Apa bener musik klasik bisa bikin pinter? *Explained With Animation*

Beranda

...

The Lounge
Apa bener musik klasik bisa bikin pinter? *Explained With Animation*

parchedcell

06-10-2016 02:15

Apa bener musik klasik bisa bikin pinter? *Explained With Animation*

Benarkah Mendengarkan Musik Klasik Membuat Kita Pintar?

Menjelang ujian, pasti ada fenomena seru diantara pelajar-pelajar Indonesia untuk mengerjakan soal dengan baik. Ada yang belajar mati-matian sampai mimisan atau justru sibuk membuat contekan aneka bentuk, hmm… mungkin agan salah satunya? dan mungkin juga ada yang diantara agan-agan yang lebih milih dengerin musik klasik semalam suntuk karena agan pernah denger katanya bisa membuat agan lebih pintar. Tapi, benarkah musik klasik bisa mencerdaskan otak kita dalam sekejap?

Quote:

Cekidot versi animasinya gan ( biar lebih ngerti!):

Quote:

Bener ga yah gan?

Dan ternyata… anggapan ini tidak benar gan! Mitos musik klasik yang kononnya dapat mencerdaskan segenap nusa dan bangsa ini, sebetulnya merupakan kesalahpahaman interpretasi dari artikel yang diterbitkan dalam salah satu jurnal ilmu pengetahuan yang bergengsi di dunia yaitu “NATURE”, dari artikel ini menjelaskan mengenai hasil eksperimen 3 peneliti asal University of California di Irvine, Amerika Serikat. Eksperimen mereka melibatkan sekelompok mahasiswa yang dikumpulkan untuk mendengarkan sonata karya komposer ternama “Wolfgang Amadeus Mozart”, atau lebih tepatnya dari music piece “Mozart’s Sonata for Two Pianos in D Major (K. 448)” yang diperdengarkan selama 10 menit.

Rupa-rupanya nih, kemampuan spasial-temporal para mahasiswa yang terlibat beneran mengalami peningkatan sebesar 8 sampai 9 persen. Lho jadi bener dong jadi nambah pinter?
Tunggu dulu…..agan sebelumnya musti tau dulu apa itu kemampuan spasial-temporal…..
Jadi, kemampuan spasial-temporal sendiri adalah kemampuan untuk mengenali ruang, bentuk, dan arah. Jadi bukan semata-mata agan menjadi pinter karenanya…

Quote:

Terus… emang apa yang terjadi sebenernya?

Bagaimanapun, peningkatan kemampuan khusus ini salah diterjemahkan banyak orang sebagai peningkatan seluruh IQ alias kecerdasan intelektual kita. Buat lebih jelasnya biarlah ane membawa agan-agan untuk melihat awal dari kepopuleran mitos ini…
Pada tahun 1991 Seorang otolaryngologist, eits maaf gan, ini ituh nama lainnya dokter spesialis Telinga-Hidung-Tenggorokan alias dokter THT, bernama Alfred A. Tomatis yang berkebangsaan Prancis mengeluarkan buku yang menyatakan bahwa mendengarkan karya Mozart dan musik klasik lainnya dapat memicu penyembuhan tubuh dan perkembangan otak.

Lalu beberapa tahun kemudian, seorang pendidik sekaligus musisi bernama Don Campbell menerbitkan buku berjudul “Mozart effect” yang langsung laris manis di pasaran. Saking booming-nya, survei menemukan bahwa 73% mahasiswa pengantar psikologi di Amerika Serikat bahkan percaya bahwa mendengarkan musik Mozart bisa menambah kecerdasan. Gubernur negara bagian Georgia dan Tennessee di Amerika Serikat pun sampai menyiapkan dana khusus untuk membagikan CD musik Mozart gratis bagi setiap bayi yang baru lahir.

Quote:

Ternyata bukan karena musik klasiknya gan!

Akhirnya seperti saat kita sedang main pesan berantai, semakin lama anggapan ini tersebar, justru semakin ngawur. Entah bagaimana, sebuah artikel di Amerika Serikat menulis bahwa Efek Mozart bisa membantu anak-anak meningkatkan kinerja pikiran mereka. Sebuah artikel koran di Tiongkok bahkan menyatakan bahwa bayi yang mendengarkan musik Mozart sejak dalam kandungan bisa lahir lebih pintar dari bayi-bayi yang lain.

Setelah diteliti lebih lanjut, rahasia meningkatkan kinerja otak kita ternyata bukan musik Mozart atau musik klasik lainnya, tapi kegairahan emosional! Atau ejoyment arousal

artinya, apa pun yang membuat kita enjoy, kemungkinan besar dapat membuat kita berpikir dan mengerjakan tugas dengan lebih baik. Hal ini tidak cuma berlaku buat musik klasik, tetapi juga musik lain seperti rock keroncong, dangdut, bahkan campur sari, dan bahkan bukan cuma karena dari indera pendengaran, membaca novel yang kita suka, berjoget dan menari pun juga bisa memberikan efek yang sama. Tapi untuk memberikan efek kesiagaan (alertness) yang sekaligus memberikan ketenangan (relaksasi), hanya cocok didapat dari musik.

Quote:

Musik memang bisa memicu hormon endorfin bisa mengurangi stres, membuat kita rileks, dan membantu kita berpikir jernih. Bagaimanapun, efek ini cuma bersifat sementara bukan selamanya. Jadi, daripada kita cuma tidur-tiduran sambil mendengarkan musik klasik yang makin membuat ngantuk, lebih baik kita memanfaatkan waktu untuk belajar sambil enjoy makan bakso. Kalo agan sendiri gimana gan? Apa emang suka musik klasik sebagai pendamping saat belajar atau mungkin pake musik metal?