Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

GanBatanyaDonkAvatar border
TS
GanBatanyaDonk
Ternyata KPR Masih Mahal, Dimana Kemudahan Memiliki Rumah?
Selamat sore agan-agan sekalian, ane mau share pengalaman ngambil Kredit Rumah yang baru ane lakukan bulan September 2016 ini. Sebelumnya ane mau cerita singkat mengapa ane semangat ngambil rumah, karena ane sering baca-baca berita tentang perekonomian negara yang katanya membaik sehingga saat ini kepemilikan rumah bagi masyarakat sedang dipermudah oleh pemerintah. Salah satu buktinya yang ane tahu adalah aturan DP rumah yang saat ini diringankan 10% untuk rumah pertama, 15% untuk rumah kedua dan 20% untuk rumah ketiga, jika beli rumah melalui KPR.

Eh setelah dijalanin ternyata gak semulus yang dikira. Jadi ceritanya begini, setelah cari-cari info dan hitung-hitung simulasi pakai kalkulator KPR online di sebuah website ane putuskan pakai KPR Bank Muamalat dengan paket DP 20% (lho kok..? ini kan rumah pertama, ya nanti ane cerita lebih lanjut). Jadi paket tersebut ane pilih karena bunganya ringan yang 5% fix 6 tahun, kemudian tahun ke 7-8 naik, lalu tahun 9-10 naik lagi.

Rumah yang ane ambil tipe 45 yang harganya Rp 340.000.000, duit tabungan ane untuk DP ada Rp 40.000.000, jadi awalnya waktu ambil brosur ane pikir dah aman banget DP 10% alias Rp 34.000.000. Kemudian setelah bincang-bincang sama marketing KPRnya dia bilang mank DP di Muamalat masih 20% tak bisa kurang. Okelah ane gak masalah, karena pikir masih bisa cari pinjaman ke sana sini nutupin DP, dan developer juga mau sisa DP diangsur 3 bulan.

Setelah itu ane bayar DP 45.000.000 cash ke developer sementara pihak bank ngurus administrasi KPR ane, sisa DP Rp 23.000.000 diberi waktu 3 bulan untuk pelunasan oleh developer. Jadi secara kasar ane pinjam duit ke Bank untuk KPR adalah Rp 272.000.000 yang didapat dari harga rumah –dikurang DP yang angkanya Rp 340.000.000- Rp 68.000.000, tul kan?. Trus setelah ketemu lagi dengan marketingnya ane bilang pinjamannya naikin jumlahnya jadi RP 290.000.000 untuk sekalian ane bayar administrasi KPR dan BPHTB ke Dispenda karena ane mank tak punya uang lagi, dia bilang akan diusahain. Dengan pinjaman dinaikin, ane gak apa-apa kalau angsurannya perbulan juga ikut naik. Dengan pinjaman Rp 290.000.000, marketing ngitung angsuran ane Rp 2.800.000/bulan selama 6 tahun, kemudian Rp 4.120.000/bulan pada tahun ke 7-8 dan Rp 6.050.000/bulan pada tahun ke 9-10. Dengan catatan boleh ngebom tanpa penalty maksimal Rp 135.000.000. Kalau ngebom KPR itu katanya akan memperkecil angsuran. Kemudian dia juga ngasi tahu biaya administrasi dan notaris itu jumlahnya sekitar Rp 15.000.000 (OMG!!, that’s a lot of money) ditambah lagi biaya pajak BPHTB ke Dispenda alias pemerintah besarnya Rp 8.500.000. Jadi biaya tetek bengek beli rumah yang diluar harga rumahnya itu adalah Rp 23.500.000 (adminitrasi + BPHTB), damn!!.
Setelah sepekan berkas KPR ane serahin ke Bank Muamalat, kemudian ane dapat telpon dari Bank Muamalat pusat, katanya KPR yang bisa dicairkan untuk pinjaman ane Cuma Rp 264.000.000, jadi kekurangannya ane harus nambah bayar DP lagi ke developer. Kalau dihitung jadi begini Rp 340.000.000 - Rp 264.000.000 = Rp 76.000.000. Berarti kekurangan DP ane yang harus dibayar ke Developer Rp 31.000.000 yang bisa diangsur selama 3 bulan.

Yang ane gak habis pikir tuh begini, mengapa pihak bank meng-usahakan pembeli mambayar DP sebesar mungkin kepada developer. Tentu hal ini akan memperkecil dana yang mereka cairkan untuk kredit rumah tersebut. Apakah maksudnya supaya meminimalkan resiko jika seandainya ane gak mampu bayar kredit dan rumah disita, sehingga dengan duit Rp 264.000.000 mereka bisa nyita rumah seharga Rp 340.000.000??. Dan kemana juga kebijakan DP 10% untuk rumah pertama yang katanya buah dari paket kebijakan ekonomi jilid keberapa tuh dari pemerintah?. Ane juga terpikir apa mungkin kondisi seperti ini menggambarkan keadaan perbankan yang likuiditasnya rendah sehingga susah mencairkan dana, kalaupun cair dengan sangat ketat dan memberatkan nasabah. Jujur saat ini gaji ane Rp 7.000.000/bulan dan rasanya ane bisa ngangsur sampai Rp 4 juta perbulan. Semua berkas gaji, kontrak kerja, rekening koran dalam persyaratan KPR dah ane serahin ke pihak bank. Bahkan mereka minta kartu kredit ane ditutup, dan juga udah ane lakuin. Ane juga tak pernah bermasalah kredit ditempat manapun diatas muka bumi ini. Jadi ane masih bingung masalahnya di mana sampai membuat mereka sangat khawatir. Yang jadi masalah sekarang adalah ane gak punya uang cash lagi untuk tetek bengek plus nambahin DP yang kurang tadi karena jadi bertambah jumlahnya entah jadi berapa persen, ane dah malas ngitung karena dongkol oleh keribetan ini.

Mungkin agan-agan punya saran/ide/masukan tentang cerita ane ini, ane berharap sih ada yang punya info KPR atau lintah darat/ rentenir atau opsi lainnya yang bisa lebih mudah dan ringan dari yang ane alamin ini. Tolong di share ya, terimakasih.

Data yang mungkin berguna kalau ada yang mau ngitungin KPR:
Harga Rumah: Rp 340.000.000
DP yang dah ane bayar: RP 45.000.000
Gaji ane RP 7.000.000/bulan

0
5.9K
45
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.