Rokurokubi merupakan salah satu siluman yang dipercaya oleh masyarakat di Jepang dengan perawakan seorang wanita cantik bersanggul dengan mengenakan sebuah kimono khas Jepang, hanya saja ‘katanya’ wanita tersebut dapat memanjangkan lehernya. Rokurokubi ini ada karena seorang wanita cantik telah melanggar aturan yang tercantum dalam Agama Buddha, oleh karena itu wanita tersebut dikutuk oleh Buddha hingga akhirnya memiliki leher yang panjang. Masyarakat Jepang percaya bahwa pada siang hari mereka akan berubah wujud menjadi manusia biasa, sehingga sulit untuk dibedakan dengan masyarakat pada umumnya. Mereka berbaur dan melakukan aktivitas seperti manusia biasa.

Memang, pada saat siang hari mereka terlihat seperti masyarakat biasa. Akan tetapi, saat menjelang malam leher mereka akan memanjangkan lehernya, terutama saat tengah malam. Masyarakat Jepang mempercayai bahwa Rokurokubi akan keluar rumah jika hendak memanjangkan lehernya, bermaksud untuk menghindari keluarganya agar mereka tidak mengetahui bahwa ia adalah Siluman. Hantu ini sangat senang menakut-nakuti orang dengan leher panjangnya itu.

Siluman ini biasanya sering berjalan seorang diri ketika tengah malam dan ia sangat senang menakuti orang yang tengah mabuk. Siluman ini memiliki sebuah kebiasaan layaknya vampir, yakni menghisap darah. Apabila menjelang pagi, leher mereka akan kembali seperti semula.

Nukekubi hampir sama seperti
Rokurokubi yakni, pada siang hari,
Nukekubi ini akan terlihat seperti wanita normal biasa, akan tetapi yang membedakannya saat menjelang malam hari kepalanya akan terlepas dari tubuhnya dan terbang untuk mencari mangsa. Pada saat Nukekubi telah berhasil menemukan mangsanya, hal yang pertama ia lakukan yakni berteriak (guna menambah ketakutan si korban), kemudian ia akan menggigit si korban.

Sementara kepalanya terlepas, tubuh Nukekubi akan menjadi tidak berdaya, bahkan dapat dikatakan ‘mati’. Ada beberapa legenda yang mengatakan bahwa kelemahan siluman tersebut yakni, jika kepalanya tidak dapat menemukan badan yang dimilikinya hingga matahari terbit, maka ia akan mati.

Pada Siang hari, Nukekubi mencoba untuk berbaur dengan masyarakat di sekitarnya. Bahkan terkadang mereka hidup dengan berkelompok dan meniru layaknya keluarga normal di lingkungan manusia. Ada suatu hal yang membuatnya berebeda dengan keluarga normal (manusia), hal tersebut dapat dibedakan dengan memperhatikan sekitar pangkal lehernya. Nukekubi ini mempunyai simbol garis merah di sekitar pangkal lehernya, tepat pada letak dimana kepalanya itu melepaskan diri pada saat malam hari. Hanya saja, makhluk ini bisa dikatakan ‘pintar’ karena perbedaannya itu dapat dengan mudah disembunyikan, sehingga para manusia tidak dapat membedakan atau menyadarinya. Mereka (Nukekubi ), biasanya menyembunyikan simbol garis merahnya menggunakan sebuah perhiasan yang dipakainya, bahkan tidak jarang juga yang menggunakan pakaiannya sendiri.

Seorang penulis bernama
Lafcadio Hearn , pernah membuat sebuah buku yang menceritakan tentang Nukekubi yang berjudul
Kwaidan. Hanya saja, banyak yang mengatakan bahwa Lafcadio Hearn telah keliru dalam mengidentifikasi makhluk tersebut. Kekeliruan tersebut yakni diantara Nuke – Kubi dengan Rokuro – Kubi . Nuke – Kubi dengan Rokuro – Kubi memang tampak sama, akan tetapi perbedaan yang dimiliki sangatlah banyak, Rokuro – Kubi merupakan siluman yang mirip dengan Nukekubi, hanya saja kepala Rokuro – Kubi ini tidak melepaskan diri dari tubuh, melainkan memanjangkan lehernya. Bahkan Rokuro – Kubi ini tidak seagresif Nukekubi dan yang paling membedakannya adalah pada saat menjelang malam, mereka dapat menjalani hidup layaknya manusia biasa dan menyembunyikan identitas aslinya sebagai siluman.

Kuyang merupakan siluman yang memiliki wujud yang hampir sama dengan Nukekubi hanya saja berasal dari Indonesia, dimana ia memiliki kepala layaknya manusia dengan organ tubuh yang masih menempel. Kuyang ini dapat terbang melayang di udara, sebagian orang mengatakan bahwa asal-usul siluman ini berawal dari sebuah ilmu hitam yang bertujuan untuk mendapat keabadian.

Siluman ini sering mencari mangsa darah dari seorang bayi yang baru lahir atau bisa juga dari wanita yang tengah melahirkan. Masyarakat meyakini bahwa ia tidak menemukan bayi ataupun wanita yang tengah melahirkan, maka ia akan terbang mencari pembalut seseorang yang dibuang dan masih penuh darah segar.