Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok membuat panggung politik Jakarta berantakan. Ahok membuat banyak partai politik (parpol), termasuk elite-elite yang “memusuhinya”, menjadi tak berdaya. Berbagai serangan yang dilakukan oleh lawan politik tidak membuat popularitas dan elektabilitas Ahok melorot, bahkan semakin bertambah.

Partai-partai politik yang tergabung dalam Koalisi Kekeluargaan, yang terdiri atas Partai Gerindra, PKS, PAN, PPP, PKB, dan Partai Demokrat, merasa gusar. Enam partai itu masih kebingungan untuk menentukan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang akan diusung pada Pemilihan Gubenur (Pilgub) 2017.

Situasi politik Ibukota kembali menghangat setelah Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto memastikan bahwa partainya mengusung Ahok dan kadernya, Djarot Saiful Hidayat dalam Pilgub DKI Jakarta. Dari sejumlah pernyataan elite PDIP, sebenarnya jawaban itu sudah diketahui sejak beberapa waktu lalu.

Peta politik menjelang Pilgub DKI Jakarta pun kembali dinamis. Partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Kekeluargaan semakin bingung untuk menentukan pasangan calon yang akan diusung nanti. Memang, Partai Gerindra yang memotori koalisi itu telah mempunyai satu nama untuk diusung sebagai cagub, yakni pengusaha muda Sandiaga S Uno. Namun, Koalisi tampaknya belum satu suara untuk mengusung nama itu. PKS mempunyai nama lain, demikian juga Partai Demokrat yang belum sepaham dengan Gerindra.

Sikap ambigu partai-partai di Koalisi Kekeluargaan sebenarnya patut dipahami. Popularitas dan tingkat keterpilihan (elektabilitas) calon-calon yang akan mereka usung masih kalah jauh dibandingkan Ahok. Berbagai lembaga survei menyebutkan elektabilitas Ahok masih jauh di atas nama-nama seperti Sandiaga Uno, Yusril Ihza Mahendra, atau Mardani Ali. Menurut survei, tokoh yang berpeluang untuk menyaingi Ahok hanya Wali Kota Surbaya Tri Rismaharini. Namun, Risma tidak mungkin merapat ke Koalisi Kekeluargaan karena dia adalah kader ideologis PDIP, yang sangat patuh dengan arahan-arahan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Bagi kita, keputusan PDIP yang akhirnya mengusung Ahok-Djarot tentu merupakan kabar gembira. Sikap PDIP itu menunjukkan partai itu benar-benar mendengarkan suara rakyat, terutama di Jakarta, yang direpresentasikan dari berbagai hasil survei.

PDIP, Partai Golkar, Partai Nasdem, dan Partai Hanura, akan menjadi kekuatan besar di Jakarta. Bersama Ahok-Djarot, empat partai itu bisa bersinergi dengan baik untuk membangun Kota Jakarta yang aman, nyaman, dan manusiawi. Dengan dukungan yang kuat di DPRD DKI Jakarta nanti, Ahok-Djarot bisa menuntaskan persoalan-persoalan di Ibukota yang menumpuk dan selama ini terkesan dibiarkan.

Kita berharap partai-partai di Koalisi Kekeluargaan tidak melakukan kampanye negatif terhadap lawan di Pilgub DKI Jakarta nanti. Kita ingin Jakarta tetap aman dan nyaman serta tidak terganggu oleh ingar bingar dunia politik yang bisa jadi memanas selama masa kampanye nanti.

Kita berharap isu-isu seputar suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) tidak menjadi mainan utama pihak-pihak yang berkontestasi nanti. Para pasangan calon lebih mengedapankan visi, misi, serta program-program yang akan mereka implementasikan jika terpilih nanti. Dengan demikian, pemimpin Jakarta yang terpilih nanti benar-benar tokoh yang memiliki komitmen tinggi untuk menuntaskan berbagai persoalan di Ibukota.

http://www.beritasatu.com/blog/tajuk/4929-garagara-ahok.html