- Beranda
- The Lounge
8 Perbedaan Sistem Pendidikan yang Baik dan Buruk
...
TS
jacknicholso
8 Perbedaan Sistem Pendidikan yang Baik dan Buruk
Quote:
Selamat datang di trit ane gan
Spoiler for HT:
Terima kasih buat mimin momod dan kaskuser sekalian trit ini jadi HT
Quote:
Beberapa waktu lalu sempat dihebohkan gara2 wacana full day school gan,
ada yang bilang ini bagus ini gak bagus
Sebenernya apa sih ciri2 sistem pendidikan yang baik itu gan?
Cekidot
ada yang bilang ini bagus ini gak bagus
Sebenernya apa sih ciri2 sistem pendidikan yang baik itu gan?
Cekidot
Quote:
1. Jangan lupa soft skill
Kebanyakan pendidikan yang kurang baik, hanya berfokus pada hard skill. Sejauh anda pintar pelajaran, anda dikategorikan sangat sukses disekolah. Mengapa demikian? Karena hal itu lebih mudah. Pendidikan yang baik tidak hanya berfokus pada hard skill namun juga soft skill. Mereka mengajarkan bagaiamanbekerja kelompok, presentasi di depan umum, mempertahankan argumen dan kemampuan lainnya yang sangat berguna di kehidupan nyata.
Kebanyakan pendidikan yang kurang baik, hanya berfokus pada hard skill. Sejauh anda pintar pelajaran, anda dikategorikan sangat sukses disekolah. Mengapa demikian? Karena hal itu lebih mudah. Pendidikan yang baik tidak hanya berfokus pada hard skill namun juga soft skill. Mereka mengajarkan bagaiamanbekerja kelompok, presentasi di depan umum, mempertahankan argumen dan kemampuan lainnya yang sangat berguna di kehidupan nyata.
Quote:
2. Membuat senang
Sebagian besar siswa akan senang sekali ketika sekolahnya libur… Mengapa demikian? Banyak sekolah yang membuat siswanya takut / benci dengan sekolah dengan gurunya yang tidak bersahabat / killer atau pelajaran yang membosankan. Pendidikan yang baik harus membuat siswa betah di sekolah dengan materinya yang menyenangkan. Pelajaran sejarah tidak harus melulu menghafalkan tahun berapa kerajaan Majapahit berdiri dan sebagainya, namun lebih menceritakan hal – hal yang menarik pada kerajaan Majapahit. Menonton filmMajapahit, bercerita kesuksesan Raja – rajanya, tiap anak berkelompok membuat drama cerita Majapahit sehingga siswa akan sangat tertarik mempelajari Majapahit, dan tidak sabar mendengar kelanjutan.
Sebagian besar siswa akan senang sekali ketika sekolahnya libur… Mengapa demikian? Banyak sekolah yang membuat siswanya takut / benci dengan sekolah dengan gurunya yang tidak bersahabat / killer atau pelajaran yang membosankan. Pendidikan yang baik harus membuat siswa betah di sekolah dengan materinya yang menyenangkan. Pelajaran sejarah tidak harus melulu menghafalkan tahun berapa kerajaan Majapahit berdiri dan sebagainya, namun lebih menceritakan hal – hal yang menarik pada kerajaan Majapahit. Menonton filmMajapahit, bercerita kesuksesan Raja – rajanya, tiap anak berkelompok membuat drama cerita Majapahit sehingga siswa akan sangat tertarik mempelajari Majapahit, dan tidak sabar mendengar kelanjutan.
Quote:
3. Pertumbuhan Menyeluruh
Banyak sekolah yang hanya memperhatikan nilai akademis siswanya. Sejauh siswa ini memiliki nilai bagus di rapot, urusan selesai. Namun bukan begitu seharusnya sekolah yang baik. Banyak sekali faktor yang harus diperhatikan seperti kecerdasan jasmani, emosional, spiritual dan lainnya. Bagaimana siswa dapat miliki badan sehat, bergaul dengan baik, menyelesaikan masalahantar sebayanya, saling mendukung dan mendoakan satu sama lain.
Banyak sekolah yang hanya memperhatikan nilai akademis siswanya. Sejauh siswa ini memiliki nilai bagus di rapot, urusan selesai. Namun bukan begitu seharusnya sekolah yang baik. Banyak sekali faktor yang harus diperhatikan seperti kecerdasan jasmani, emosional, spiritual dan lainnya. Bagaimana siswa dapat miliki badan sehat, bergaul dengan baik, menyelesaikan masalahantar sebayanya, saling mendukung dan mendoakan satu sama lain.
Quote:
4. Boleh Membuat Keputusan Sendiri
“Jawabanmu benar, tapi karena tidak sesuai cara yang bapak/ibu guru ajarkan nilai mu dikurangi”, Betapa banyak siswa yang tidak boleh membuat keputusan sendiri, mengambil kelas apa yang diinginnya, cara mengerjakan soal yang diinginnya, semuanya harus sesuai dengan keinginan sekolah dan pengajar. Sehingga siswa tidak menjadi individu yang bebas, namun seperti tahanan penjara yang harus melakukan segala sesuatunya berdasarkan peraturan. Bayangkan jika siswa boleh memilih tugas akhirnya sendiri.Siswa dengan kesukaan menggambar, membuat komik kemerdekaan, siswa dengan kesukaan menyanyi mengkomposisi lagu dengan tema nasionalis, siswa dengan kesukaan berpuisi membuat puisi kemerdekaan. Pada kehidupan nyata hampir semua keputusan berada ditangan individu entah pilihan karir, tempat tinggal, pasangan hidup dan lainnya. Apa jadinya generasi masa depan jika dididik dengan pemikiran“ikut gurunya saja, daripada salah dimarahi”
“Jawabanmu benar, tapi karena tidak sesuai cara yang bapak/ibu guru ajarkan nilai mu dikurangi”, Betapa banyak siswa yang tidak boleh membuat keputusan sendiri, mengambil kelas apa yang diinginnya, cara mengerjakan soal yang diinginnya, semuanya harus sesuai dengan keinginan sekolah dan pengajar. Sehingga siswa tidak menjadi individu yang bebas, namun seperti tahanan penjara yang harus melakukan segala sesuatunya berdasarkan peraturan. Bayangkan jika siswa boleh memilih tugas akhirnya sendiri.Siswa dengan kesukaan menggambar, membuat komik kemerdekaan, siswa dengan kesukaan menyanyi mengkomposisi lagu dengan tema nasionalis, siswa dengan kesukaan berpuisi membuat puisi kemerdekaan. Pada kehidupan nyata hampir semua keputusan berada ditangan individu entah pilihan karir, tempat tinggal, pasangan hidup dan lainnya. Apa jadinya generasi masa depan jika dididik dengan pemikiran“ikut gurunya saja, daripada salah dimarahi”
Quote:
5. Belajar Cara Belajar
Hal di dunia ini sangat banyak yang bisa dipelajari. Lebih baik mengajarkan siswa memancing, daripada memberikan ikannya. Sama dengan pembelajaran, lebih baik mengajarkan siswa cara belajar, dengan begitu apapun yang ingin diketahui dapat dikuasai oleh individu tersebut. Berapa banyak guru yang mengajarkan siswa “bagaimana cara belajar”. Ada teori yang mengajarkan bahwa anda dapat belajar apapun dalam 20 jam, bagaimana caranya? Pecahlah bahan pelajaran tersebut dengan sekecil mungkin.
Contohnya: “Belajar bermain bulu tangkis”
Belajar memegang raket
Belajar posisi berdiri/footwork
Belajar teknik memukul
Belajar teknik berpasangan
dst…
Ternyata teknik memegang raket juga banyak bisa dibagi lagi menjadi:
Memegang posisi netral
Memegang posisi forehand
Memegang posisi backhand
dan seterusnya… Banyak sekali teknik belajar yang membuat proses belajar menjadi lebih efektif, namun sayangnya pendidikan yang kurang baik masih belum mengajarkan hal – hal ini disekolah, namun hanya mengajarkan materi pembelajarannya saja.
Hal di dunia ini sangat banyak yang bisa dipelajari. Lebih baik mengajarkan siswa memancing, daripada memberikan ikannya. Sama dengan pembelajaran, lebih baik mengajarkan siswa cara belajar, dengan begitu apapun yang ingin diketahui dapat dikuasai oleh individu tersebut. Berapa banyak guru yang mengajarkan siswa “bagaimana cara belajar”. Ada teori yang mengajarkan bahwa anda dapat belajar apapun dalam 20 jam, bagaimana caranya? Pecahlah bahan pelajaran tersebut dengan sekecil mungkin.
Contohnya: “Belajar bermain bulu tangkis”
Belajar memegang raket
Belajar posisi berdiri/footwork
Belajar teknik memukul
Belajar teknik berpasangan
dst…
Ternyata teknik memegang raket juga banyak bisa dibagi lagi menjadi:
Memegang posisi netral
Memegang posisi forehand
Memegang posisi backhand
dan seterusnya… Banyak sekali teknik belajar yang membuat proses belajar menjadi lebih efektif, namun sayangnya pendidikan yang kurang baik masih belum mengajarkan hal – hal ini disekolah, namun hanya mengajarkan materi pembelajarannya saja.
Quote:
6. Mendorong Pemikiran Kritis
“Jangan banyak tanya” “Pokoknya ya begitu” “Kamu ini kurang ajar ya, menantang guru”, kalimat diatas merupakan ciri pendidikan yang kurang baik. Dimana siswa harus menerima mentah – mentah yang diajarkan pendidik, dan tidak boleh bertanya atau mengasah topik lebih dalam. Pendidikan yang baik akan mendorong siswa untuk menguji teori yang telah ada. Bayangkan jika semua siswa pasrah saja ketika guru di kelas menjelaskan bahwa matarilah yang mengitari bumi. Tidak ada orang yang berani berpikir bahwa ada kemungkinan teori ini salah. Guru / ilmuan juga manusia, semua ilmu yang berada di buku tulis tidak bisa dijamin 100% kebenarannya, siswa yang terlatih berpikir kritis, terbiasa mengolah segala informasi yang ada, tidak hanya mentah – mentah menerimanya.
“Jangan banyak tanya” “Pokoknya ya begitu” “Kamu ini kurang ajar ya, menantang guru”, kalimat diatas merupakan ciri pendidikan yang kurang baik. Dimana siswa harus menerima mentah – mentah yang diajarkan pendidik, dan tidak boleh bertanya atau mengasah topik lebih dalam. Pendidikan yang baik akan mendorong siswa untuk menguji teori yang telah ada. Bayangkan jika semua siswa pasrah saja ketika guru di kelas menjelaskan bahwa matarilah yang mengitari bumi. Tidak ada orang yang berani berpikir bahwa ada kemungkinan teori ini salah. Guru / ilmuan juga manusia, semua ilmu yang berada di buku tulis tidak bisa dijamin 100% kebenarannya, siswa yang terlatih berpikir kritis, terbiasa mengolah segala informasi yang ada, tidak hanya mentah – mentah menerimanya.
Quote:
7. Mendorong siswa untuk beropini
Bagaimana jika pertanyaan pada ujian bukan “Apakah ideologi yang paling baik?” Dan jawaban yang benar sudah tercantum pada buku jawaban, selain itu salah. Melainkan “Apa menurutmu ideologi yang paling baik?”. Semua jawaban dapat dibenarkan, baik yang menjawab sosialis, komunis, liberal ataupun kapitalis. Mengapa demikian? karena untuk menjawab pertanyaan tersebut, siswa harus menguasai semua ideologi, apa kelebihan dan kelemahannya, dan bagaimana jika ideologi itu diimplementasikan ke kondisi masyarakat yang ada saat ini. Semua boleh memiliki pandangannya masing – masing, semua boleh berpendapat asalkan berlandaskan teori yang benar. Seberapa banyak siswa yang dapat mencontek?Tidak ada orang yang memiliki pemikiran 100% sama, pendidik tidak perlu menjaga siswa untuk tidak mencotek, semua bebas memberikan opini.
Bagaimana jika pertanyaan pada ujian bukan “Apakah ideologi yang paling baik?” Dan jawaban yang benar sudah tercantum pada buku jawaban, selain itu salah. Melainkan “Apa menurutmu ideologi yang paling baik?”. Semua jawaban dapat dibenarkan, baik yang menjawab sosialis, komunis, liberal ataupun kapitalis. Mengapa demikian? karena untuk menjawab pertanyaan tersebut, siswa harus menguasai semua ideologi, apa kelebihan dan kelemahannya, dan bagaimana jika ideologi itu diimplementasikan ke kondisi masyarakat yang ada saat ini. Semua boleh memiliki pandangannya masing – masing, semua boleh berpendapat asalkan berlandaskan teori yang benar. Seberapa banyak siswa yang dapat mencontek?Tidak ada orang yang memiliki pemikiran 100% sama, pendidik tidak perlu menjaga siswa untuk tidak mencotek, semua bebas memberikan opini.
Quote:
8. Membantu siswa menemukan bakatnya
Di sistem pendidikan yang buruk banyak siswa yang tidak bisa matematika, dan tertekan karena dianggap bodoh oleh guru dan teman sebayanya. Pendidikan yang baik tidak mempermasalahkan siswa yang lemah di suatu bidang, dan membantu mereka menemukan bidang terkuatnya. Tidak ada yang peduli apakah Lionel Messi / Cristiano Ronaldo jago di bidang matematika. Jika mereka menganut sistem pendidikan yang buruk, mereka mungkin akan dianggap kurang berbakat karena nilai matematikanya jelek. Tapi pendidikan yang baik tidak berfokus pada kelemahan siswa, namun ke bakat yang kemungkinan dimilikinya. Tidak masalah tidak pintar matematika, namun bisa jadi pelukis. Tidak masalah tidak pintar fisika, namun bisa menjadi sastrawan hebat.
Di sistem pendidikan yang buruk banyak siswa yang tidak bisa matematika, dan tertekan karena dianggap bodoh oleh guru dan teman sebayanya. Pendidikan yang baik tidak mempermasalahkan siswa yang lemah di suatu bidang, dan membantu mereka menemukan bidang terkuatnya. Tidak ada yang peduli apakah Lionel Messi / Cristiano Ronaldo jago di bidang matematika. Jika mereka menganut sistem pendidikan yang buruk, mereka mungkin akan dianggap kurang berbakat karena nilai matematikanya jelek. Tapi pendidikan yang baik tidak berfokus pada kelemahan siswa, namun ke bakat yang kemungkinan dimilikinya. Tidak masalah tidak pintar matematika, namun bisa jadi pelukis. Tidak masalah tidak pintar fisika, namun bisa menjadi sastrawan hebat.
Quote:
Original Posted By mrgets►
Membahas sistem pendidikan yang sempurna ga akan ada habis-habisnya.
Kalo gue bercermin pada diri gue waktu masih sekolah dan kuliah dulu, mungkin gue akan ikut-ikutan apa kata orang Indonesia lainnya seperti sistem pendidikan Indonesia bobrok, ga lebih baik dari malaysia, harus bercermin dari Finlandia, bla bla bla dan seterusnya.
Menteri Pendidikan bukan orang bodoh. Mereka pasti rajin melakukan riset pendidikan di dunia internet dan mendegarkan apa pendapat rakyat soal sistem pendidikan yang baik. Dan gue percaya, siapapun menteri pendidikannya pasti pengen sesegera mungkin mengubah sistem pendidikan kita seperti yang selama ini kita idam-idamkan.
Sayangnya mereka terkendala hal-hal berikut ini:
1. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat padat
2. Jumlah sekolah yang masih kurang (faktanya ada anak yang masih ga sekolah walaupun jumlahnya semakin hari semakin berkurang)
3. Infrastruktur sekolah masih terpusat di pulau Jawa dan Sumatera, mau ekspansi ke pulau lain terkendala biaya yang sedikit
4. Uang BOS keburu di korupsi sama birokrasi pemerintah
5. Kebijakan sekolah gratis baru terlaksana menyeluruh baru-baru ini, sebelumnya sudah ada tapi hanya di segelintir propinsi
6. Guru pada tua, sistem ngajarnya masih gaya tua, boro-boro mau upgrade skill, cara buka Google aja masih nanya muridnya
7. Masih belum adanya sistem yang secara pasti dapat meng-asess pola pikir, daya belajar, pemikiran rasional, kreativitas, dan segudang aspek pendidikan anak lainnya yang patut dipertimbangkan secara menyeluruh untuk seluruh Indonesia.
Ah, kalo gue tulis disini akan banyak banget deh.
Kalo ente semua berkaca sama negara maju pun seperti Amerika Serikat, sistem pendidikan mereka sendiri masih dinilai bobrok sama masyarakatnya sendiri. Dan ini diamini oleh beberapa pakar di negara itu sendiri. Salah satu yang cukup populer adalah mengenai sistem pendidikan Amerika Serikat yang 'katanya' membunuh kreativitas siswa-siswinya sehingga pikiran mereka begitu kaku dan cenderung menggunakan otak kiri.
Gue bukanlah guru, dan gue setuju sama apa yang disebutkan si TS. Cuma saat ini yang gue perhatikan pendidikan kita tidak ubahnya seperti infrastruktur internet kita. Yakni masih di fokuskan pada pemerataan. Sejauh yang gue tau, pada saat ini pemerintah berusaha semaksimal mungkin agar anak-anak di pedesaan bisa menikmati pendidikan yang setara dengan mereka yang di kota. Soal sistem pendidikan yang kita inginkan selama ini masih begitu jauh dari harapan.
Mau sekolah gratis 100% dan guru-gurunya bergelar S2 semua seperti Finlandia? Maka bersiap-siap aja semua nilai pajak kita naik berlipat ganda dan semua harga produk dalam negeri kita melonjak drastis.
Dah segitu dulu aja..
BTW, sekedar komeng ya...
Gue dulu SD swasta di Sumatera. Pada saat itu, gue melihat temen-temen gue adalah pelajar yang bersemangat. Nggak ada jam pelajaran yang tidak diisi dengan hujanan pertanyaan dari murid-muridnya sampe-sampe wali kelas gue waktu itu kewalahan menjawab pertanyaan temen-temen sekelas gue.
Begitu beranjak ke SMP negeri, mental temen-temen gue yang SD dulu semangat pada melempem... Kalo bertanya pas jam pelajaran mau habis, dihujat, dianggap menghalangi kelas pulang cepet. Kalo bertanya banyak, dibilang sok pintar, sok cari perhatian sama guru. Efeknya, dianggap sebagai nerds dan dikucilkan. Kalau diskusi, semuanya dilempar ke bocah-bocah yang pintar, sisanya pada males dan bermental 'yang penting punya nilai'.
Aneh ya... We still judge people based on their scores.. And why is that?
Komen Bermutu
Membahas sistem pendidikan yang sempurna ga akan ada habis-habisnya.
Kalo gue bercermin pada diri gue waktu masih sekolah dan kuliah dulu, mungkin gue akan ikut-ikutan apa kata orang Indonesia lainnya seperti sistem pendidikan Indonesia bobrok, ga lebih baik dari malaysia, harus bercermin dari Finlandia, bla bla bla dan seterusnya.
Menteri Pendidikan bukan orang bodoh. Mereka pasti rajin melakukan riset pendidikan di dunia internet dan mendegarkan apa pendapat rakyat soal sistem pendidikan yang baik. Dan gue percaya, siapapun menteri pendidikannya pasti pengen sesegera mungkin mengubah sistem pendidikan kita seperti yang selama ini kita idam-idamkan.
Sayangnya mereka terkendala hal-hal berikut ini:
1. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat padat
2. Jumlah sekolah yang masih kurang (faktanya ada anak yang masih ga sekolah walaupun jumlahnya semakin hari semakin berkurang)
3. Infrastruktur sekolah masih terpusat di pulau Jawa dan Sumatera, mau ekspansi ke pulau lain terkendala biaya yang sedikit
4. Uang BOS keburu di korupsi sama birokrasi pemerintah
5. Kebijakan sekolah gratis baru terlaksana menyeluruh baru-baru ini, sebelumnya sudah ada tapi hanya di segelintir propinsi
6. Guru pada tua, sistem ngajarnya masih gaya tua, boro-boro mau upgrade skill, cara buka Google aja masih nanya muridnya
7. Masih belum adanya sistem yang secara pasti dapat meng-asess pola pikir, daya belajar, pemikiran rasional, kreativitas, dan segudang aspek pendidikan anak lainnya yang patut dipertimbangkan secara menyeluruh untuk seluruh Indonesia.
Ah, kalo gue tulis disini akan banyak banget deh.
Kalo ente semua berkaca sama negara maju pun seperti Amerika Serikat, sistem pendidikan mereka sendiri masih dinilai bobrok sama masyarakatnya sendiri. Dan ini diamini oleh beberapa pakar di negara itu sendiri. Salah satu yang cukup populer adalah mengenai sistem pendidikan Amerika Serikat yang 'katanya' membunuh kreativitas siswa-siswinya sehingga pikiran mereka begitu kaku dan cenderung menggunakan otak kiri.
Gue bukanlah guru, dan gue setuju sama apa yang disebutkan si TS. Cuma saat ini yang gue perhatikan pendidikan kita tidak ubahnya seperti infrastruktur internet kita. Yakni masih di fokuskan pada pemerataan. Sejauh yang gue tau, pada saat ini pemerintah berusaha semaksimal mungkin agar anak-anak di pedesaan bisa menikmati pendidikan yang setara dengan mereka yang di kota. Soal sistem pendidikan yang kita inginkan selama ini masih begitu jauh dari harapan.
Mau sekolah gratis 100% dan guru-gurunya bergelar S2 semua seperti Finlandia? Maka bersiap-siap aja semua nilai pajak kita naik berlipat ganda dan semua harga produk dalam negeri kita melonjak drastis.
Dah segitu dulu aja..
BTW, sekedar komeng ya...
Gue dulu SD swasta di Sumatera. Pada saat itu, gue melihat temen-temen gue adalah pelajar yang bersemangat. Nggak ada jam pelajaran yang tidak diisi dengan hujanan pertanyaan dari murid-muridnya sampe-sampe wali kelas gue waktu itu kewalahan menjawab pertanyaan temen-temen sekelas gue.
Begitu beranjak ke SMP negeri, mental temen-temen gue yang SD dulu semangat pada melempem... Kalo bertanya pas jam pelajaran mau habis, dihujat, dianggap menghalangi kelas pulang cepet. Kalo bertanya banyak, dibilang sok pintar, sok cari perhatian sama guru. Efeknya, dianggap sebagai nerds dan dikucilkan. Kalau diskusi, semuanya dilempar ke bocah-bocah yang pintar, sisanya pada males dan bermental 'yang penting punya nilai'.
Aneh ya... We still judge people based on their scores.. And why is that?
Quote:
Sumur: Apaperbedaan.com
Diubah oleh jacknicholso 21-09-2016 04:22
0
42.7K
Kutip
352
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.8KThread•89.9KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya