JAKARTA, KOMPAS.com - Penyediaan rumah menjadi salah satu bagian penting dalam majunya sebuah negara. Rumah menjadi pilar tumbuh kembangnya keluarga yang baik dari sisi kesejahteraan, kesehatan hingga aspek sosial.

Kementerian Perkerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan memperkirakan hingga tahun 2025 angka kebutuhan rumah di Indonesia mencapai 30 juta unit.

"Kebutuhan akan perumahan hingga tahun 2025 diperkirakan mencapai lebih dari 30 juta unit, sehingga kebutuhan rumah baru diperkirakan mencapai 1,2 juta unit per tahun," ungkap Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR Maurin Sitorus dalam diskusi Harian Kompas dan Radio Sonora di Kampus UGM, Jakarta, Sabtu (17/9/2016).

Menurut dia, mengacu pada UUD 1945, setiap warga negara Indonesia harus mendapatkan tempat tinggal atau rumah layak huni.

"Namun dalam kenyataannya, negara masih belum mampu dan jauh dapat memenuhi dan melaksanakan kewajiban untuk menyediakan rumah layak huni bagi rakyat lndonesia," tambahnya.

Maurin menjelaskan, dengan kebutuhan rumah yang terus meningkat setiap tahunnya, di sisi lain ada keterbatasan dalam pelaksanaannya.

"Keterbatasan lahan dalam memenuhi kebutuhan tanah untuk perumahan terus menjadi masalah yang memerlukan penanganan secara komprehensif," paparnya.

Sementara, lanjut Maurin, kekurangan rumah (backlog) berdasarkan konsep kepemilikan mencapai 13,5 juta unit. Adapun kekurangan rumah berdasarkan konsep penghunian 2014 sebanyak 7,6 juta unit.

Selain itu, dia menambahkan untuk mengatasi berbagai persoalan dalam penyediaan rumah bagi masyarakat adalah dengan sinergitas antar lembaga negara dan pihak swasta.

"Perlunya kolaborasi antara pemerintah, perbankan, developer hingga akademisi dalam rangka menyediakan perumahan kepada masyarakat berbasis pembiayaan kolektif untuk mewujudkan pembangunan perumahan yang berkelanjutan," ungkapnya.

Menurut Maurin, ke depan dalam pembangunan sejuta rumah akan memberikan efek domino berupa solusi atasi pengangguran karena bisa menyerap banyak tenaga kerja dalam program tersebut.

"Sektor perumahan merupakan sektor yang luar biasa pentingnya, strategisnya bagi perekonomian, sektor perumahan adalah lokomotif perekonomian karena berkaitan dengan 170 industri lain. Jika sektor perumahan bergerak, maka 170 sektor industri lain bergerak," pungkas Maurin.

Penulis: Pramdia Arhando Julianto
Editor: Wisnubrata

Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...s.30.juta.unit

#################################

Wow !!!

Backlog ga akan permah selesai kalau penduduk dimari masih terus doyan ngecrot sana sini tapi ga mikirin dampak kedepannya.

Maklum lah mungkin ada misi ngecrot maksimal utk nguasain dunia. TAPI SAYANG caranya tetep aja BLOON maksimal

Dan uniknya, orang disini sepertinya susah sekali ya diajak utk mikir panjang. Atau mungkin memang sudah tidak bisa diajak berpikir




Skema :

1. HUTAN ALAM > babat habissss
paling gampang itu ya babat hutan yg masih alami nan perawan. Cara paling murah dan paling gampang, tinggal dibuldozer cling hutan berubah jafi ladang.

2. JADI SAWAH/KEBUN/LADANG > orang kaya baru bos
Yoi, si petani ini mulai berkembang usahanya, lahannya yg subur menghasilkan banyak sekali panen dan mereka banyak sekali dapat uang. Dan sayangnya ketika uangnya banyak mereka masih dapat konsep

"BANYAK ANAK BANYAK REZEKI "

Lebih2 petani krn MALAS MIKIR atau EMANG GA BISA MIKIR mereka terus Beranak crot crot crooot ga pake mikir akhirnya cling si 1 petani punya anak 5 yg harus dia kasih makan.

3. PETANI KAYA MULAI BERKEKURANGAN > mulai miskin bos
Si anak makin besar, dan kelima dari mereka pada akhirnya juga ngikutin jejak ortunya, percaya dengan konsep purbakala dan crotttt sebanyak2nya 1 anak hasilin 5 cucu.

Seperti peribahasa "BUAH JATUH TIDAK JAUH DARI POHONNYA" orang bodoh akan menghasilkan anak yg kelakuannya 11 12 dr ortunya, petani yg kaya itu akhirnya mati dan lahan tsb dibagi2 ke 5 anaknya

4. KEMISKINAN SISTEMIK DIMULAI > rejeki mulai seret ni bos
Si anak butuh hidup, dia belajar bertani dr ortunya tapi sayang karena sawahnya dah dipecah penghasilan si anak tentu hanya 1/5 dr ortunya, dia dapet hasil yg lebih sedikit. Tapi disisi lain si anak punya perilaku yg sama bodoh dg ortunya. Dia juga BERANAK 5 hahaha...

Lambat laun, hasil pertanian semakin kecil, akhirnya si anak ga dapet duit maksimal spt bapak ibunya dan lahan pertanian dijual. Dan mulailah para pemegang modal masuk. Developer udah ngincer orang2 bloon tadi


5. ANAK KAYA MENDADAK > diujung jurang kemiskinan
Si anak yg udah "berhasil" jual harta ortunya akhirnya dapet duit gede, doi seneng minta ampun, tapi sayang si bloon ini ga mikirin hidup selanjutnya. Setelah dijual dia kudu makan apa. Ya namanya aja orang bloon

Dia beli benda2 yg ga penting dan konsumtif. secara mau nikmatin hidup enak nan instant. Dia beli mobil, dia main cewek, judi dsb. Ujung2nya duitnya habis. Tapi eh tapi... dia masih ada 5 anak yg kudu dikasih makan.



6. JADI SI MISKIN LALU PROTES KE PEMERINTAH ANAK2 GA PUNYA RUMAH > miskin beneran ni bos
ya terus menerus seperti itu polanya, si anak mati dan jika masing2 anak punya 5 = 25 cucu dan dari 1 rumah berlahan besar tinggal 25 cucu yang cuma bisa ngontrak karena ga punya rumah. Cucu bingung mau nyalahin siapa, ujung2nya protes ke pemerintah buat nyediain rumah murah. Karena kontrakannya digusur gara2 ga ada IMB dan AMDAL.

Moga2 bisa dilihat alur kebodohan yang dibuat bangsa ini, disegala aspek polanya hampir sama. Yang membedakan hanya konteksnya.

"Kemiskinan ternyata diciptakan sendiri oleh orang2 yang malas/tidak mau berpikir panjang"

"Masalah yang seharusnya tidak ada juga diciptakan sendiri oleh orang2 yang malas/tidak mau berpikir panjang