Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jipercbnAvatar border
TS
jipercbn
DON’T BRO ME, IF YOU DON’T KNOW ME, BRO!
DON’T BRO ME, IF YOU DON’T KNOW ME, BRO!

DON’T BRO ME, IF YOU DON’T KNOW ME, BRO!
follow ig : dusk town


Judul tulisan ini emang terdengar agak keras dan belagu ya. Disini bukannya gue mau mengajak teman-teman untuk mengeksklusifkan diri atau membeda-bedakan, tetapi sekedar sharing tentang hal yang terkesan remeh tapi sebenernya penting untuk di aplikasikan dalam lingkup pergaulan permotoran.

Sering banget kita menemukan artikel atau tulisan di media otomotif dimana si penulis mengimbuhkan kata “bro” di depan nama narasumbernya. Atau mungkin di acara-acara motor dimana pembawa acara di panggung dan para pehobi motor saling menyapa dengan panggilan “bro”, padahal mungkin kenal juga engga sama orang-orang yang mereka sapa “bro”.

DON’T BRO ME, IF YOU DON’T KNOW ME, BRO!
Kalau dirunut dari asal kata “bro” sendiri yang merupakan kependekan dari kata “brother”. Apabila dilihat makna kata “brother” sendiri menurut kamus bahasa Inggris Merriam-Webster adalah:

A male who has the same parents as another or one parent in common with another
One related to another by common ties or interests
Merujuk ke penjelasan di atas, maka penggunaan kata “brother” di kalangan pencinta roda dua lebih ke penjelasan nomor dua, dimana seorang individu memiliki sebuah bentuk hubungan atau ikatan yang berdasarkan kesamaan ketertarikan/hobby, dalam hal ini motor.

Panggilan “bro” sendiri untuk saat ini seakan menjadi salah satu kalimat yang digunakan untuk meligitimasikan eksistensi di dunia permotoran. Seakan-akan setelah membeli motor dari dealer dan berdandan ala anggota outlaw biker gang dari ujung kaki sampai ujung kepala maka semua pengendara motor yang lain adalah “bro”. Sekali lagi gue tekankan, disini tidak ada maksud untuk mendeskreditkan bahwa golongan tertentu bukan “bro” kita, tetapi untuk lebih memahami term yang menurut gue sudah digunakan terlalu loose, sehingga kehilangan esensi dari kata itu sendiri.

ESENSI KELUARGA DAN PERSAUDARAAN

DON’T BRO ME, IF YOU DON’T KNOW ME, BRO!

DON’T BRO ME, IF YOU DON’T KNOW ME, BRO!

Apabila menilik ke dunia Motorcycle Club atau yang akrab dikenal sebagai “MC”, penggunaan kata “bro” sendiri tidak segampang diluaran. Dalam mekanisme keanggotaan di motorcycle club biasanya setiap anggota akan melewati beberapa tingkatan. Sebut saja sebagai prospect atau probationary ketika baru awal direkrut atau direkomendasikan oleh salah satu anggota club. Berikutnya setelah lolos masa “percobaan” anggota baru tersebut akan memasuki fase virgin member, atau anggota baru sebelum akhirnya mencapai tingkatan full atau life member. Ikatan persaudaraan yang bersifat kekeluargaan dan saling menghargai satu sama lain sangatlah kental di dunia MC ini. Berangkat dari ikatan kekeluargaan itulah penggunaan kata “bro” atau “brother” di dunia MC merupakan sebuah bentuk saling menghargai satu sama lain di komunitas yang terbilang unik ini. Panggilan “bro” tidak digunakan secara sembarangan disini, rasa persaudaraan itu terbentuk dari segala macam proses kaderisasi dan pengalaman yang sudah mereka lewati bersama sebagai bagian dari keluarga MC tersebut. Kalimat “Don’t bro me, if you don’t know me” juga sedikit banyak muncul dari kalangan MC, walaupun tidak semua ya.

DON’T BRO ME, IF YOU DON’T KNOW ME, BRO!

Bisa dibilang dari dunia motorcycle club juga penggunaan panggilan “bro” di komunitas motor bermula. Tetapi tetap harus dipahami, mereka bisa saling memanggil “bro” atau brother melalui satu proses yang tidak sebentar. Bahwa kata panggilan “bro” sendiri kuat akan rasa saling menghargai satu sama lain.

Contoh sederhananya seperti ini deh, bilanglah kalian adalah pencinta budaya roda dua yang tertib dan sangat menghargai perbedaan di kalangan pehobi motor. Dengan adanya penyeragaman dengan kalimat “All Bikers, All Brother“, apakah kalian mau diidentikan dengan golongan bikers yang suka ugal-ugalan di jalanan, menggunakan sirene dan lampu rotator seakan-akan mereka penguasa jalanan dan harus selalu didahulukan? Atau mungkin disamakan dengan para pengendara motor yang suka mengambil jalur orang, melawan arah, hanya karena jalur mereka macet dan mereka males antri? Dan lebih parahnya kalo ditegur malah mereka lebih galak dan ngotot padahal udah jelas mereka melanggar. Kalo gue pribadi sih ga mau ya, karena gue pribadi jujur saja tidak bisa menghargai oknum pengendara motor seperti itu, apalagi sampai dianggap saudara atau keluarga… amit-amit deh.

Naaah, balik lagi ke esensi kata panggilan “bro” tadi. Apabila panggilan “bro” itu datang dari riding buddies kita atau teman-teman satu komunitas tongkrongan tertentu, kita pasti tidak akan berkeberatan. Karena kita sudah memiliki ikatan dan cerita tertentu dengan mereka. Akan berbeda apabila panggilan “bro” tadi datang dari orang yang kita tidak kenal, terlepas apakah dia juga sesama pehobi motor. Apa salahnya dimulai dengan saling berkenalan dulu, minimal kita jadi tau namanya. Ngobrol-ngobrol dikit tentang motor kesayangan supaya kita bisa saling mengenal, dan selanjutnya bisa membentuk sebuah hubungan pertemanan yang didasari oleh “mutual respect” tanpa harus dibatasi oleh kapasitas mesin motor, atau dari komunitas mana kita berasal. Kan aneh ya kalo saling menyapa “bro”, tetapi “bro” yang satunya kalo dijalan inginnya di istimewakan, tanpa mau perduli dengan hak “bro-bro” pengguna jalan yang lain.

Intinya, janganlah menyapa dengan panggilan “bro” hanya sekedar untuk terlihat keren, atau sekedar karena kita ga tau namanya, supaya gampang panggil “bro” aja. Menyapa orang dan menganggap orang lain sebagai brother atau saudara kita sendiri harus tulus tanpa ditunggangi oleh agenda-agenda tertentu. Gimana bisa dianggap saudara kalo motivasinya main motor tidak berasal dari passion dan rasa persaudaraan, tetapi lebih karena gengsi atau sekedar untuk mengambil keuntungan tertentu dari orang lain.

Lagipula, di kalangan pecinta budaya roda dua yang jumlahnya tidak banyak ini, kita tetap bisa bergaul dengan nyaman dan saling menghargai tanpa harus menggunakan embel-embel “bro” apabila kita memang memiliki passion yang sama. Dan dari situlah esensi dan makna dari sebuah ikatan “brotherhood” atau persaudaraan bermuara.

DON’T BRO ME, IF YOU DON’T KNOW ME, BRO!
tapi harus juga suport local culture

cheers
DON’T BRO ME, IF YOU DON’T KNOW ME, BRO!
Diubah oleh jipercbn 13-09-2016 20:07
0
5.2K
76
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread83.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.