Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

beritamodelAvatar border
TS
beritamodel
Menguak Lingkaran Sponsor Klub Sepakbola Indonesia
Sepakbola Indonesia terus menggeliat. Kendati lebih banyak diselimuti awan duka dan beragam persoalan, gemuruh olahraga paling populer sejagat ini tetap tak pernah berhenti. Perkara gemuruh positif atau negatif itu soal lain. Yang pasti semua itu telah menjadi warna tersendiri sepakbola negeri ini.

Sepakbola memang seksi. Saking seksinya banyak orang berebut dan ingin menjadikannya sebagai panggung. Sekalipun kondisinya terkadang tak bersahabat, hasrat orang untuk terlibat ke dunia sepakbola Indonesia tetap tinggi. Akibatnya tidak jarang terjadi perebutan kekuasaan bahkan gontok-gontokan yang berimbas pada kekisruhan dan polemik.



Simak saja ketika sepakbola Indonesia (baca: PSSI) akan menggelar pemilihan pemimpin baru, banyak sosok mulai dari yang sudah dikenal, baru dikenal sampai yang belum dikenal berbondong-bondong mendaftarkan diri. Sadar atau tidak magnet yang dimunculkan sepakbola telah menarik berbagai kalangan untuk ikut “bertanding”. Soal terpilih atau tidak urusan nanti.

Pastinya banyak hal yang bisa dibuat dalam sepakbola mulai dari aspek permainan sampai bisnisnya. Jika digarap secara serius potensi bisnis sepakbola Indonesia sangat besar. Sektor inilah yang membuat orang-orang berduit mulai melirik untuk menjadikan sepakbola sebagai lahan bisnis yang basah.

Basis massa atau pendukung klub sepakbola adalah potensi pasar yang menggiurkan. Coba tengok klub-klub ternama dunia seperti Real Madrid, Barcelona di Spanyol, Manchester United, Chelsea di Inggris, Juventus, AC Milan di Italia, atau Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund di Jerman yang sukses meraup keuntungan besar dari ladang ini. Dengan pengelolaan yang baik dan profesional, klub-klub ini terus memupuk pundi-pundi hartanya.

Seperti halnya negara-negara maju yang sudah menjadikan sepakbola sebagai industri, sepakbola Indonesia pun sebenarnya juga diarahkan menuju ke sana. Sayangnya, entah karena ketidakmampuan pengurus di setiap rezimnya, gerak menciptakan sepakbola menjadi industri sangat lambat.

Berawal dari Persib

Spoiler for :


Cross Ownership

Spoiler for :



Nah, sisi negatifnyaadalah rentan terjadi kolusi, mengingat keterkaitan antara pemilik atau pengelola klub dengan pemilik produk sponsor. Jika tidak diawasi, bukan tidak mungkin kepemilikan bersama klub bisa terjadi. Padahal itu sangat dilarang oleh FIFA.

Isu cross ownership (kepemilikan klub bersama) tengah menjadi fokus perhatian utama FIFA belakangan ini. Maklum, banyak pengusaha kaya raya asal Timur Tengah yang belakangan hobi membeli klub-klub elite Eropa.

Menurut Djoko Driyono, Direktur Utama PT GTS selaku operator Indonesia Soccer Championship 2016, di Indonesia, kemungkinan itu bisa terjadi. Karena itu penelusuran kepemilikan akan tetap dilakukan oleh PT GTS. Djoko menegaskan pihaknya akan tetap concern untuk menghindari adanya cross ownership.

Hanya saja, kata Djoko, tetap ada persoalan krusial yang dihadapi saat meneliti cross ownership. Di antaranya ada kepemilikan dua klub yang sejatinya dikuasai satu orang atau kelompok, namun berbeda nama di klub yang lain. Dengan kata lain, cuma pinjam nama orang lain atau orang kepercayaan di klub yang kedua atau ketiga. “Itu yang sangat sulit dilacak. Butuh usaha lebih,” katanya kepada Hanif Marjuni dari Offside.co.id.

Spoiler for IMAGE:


SUMBER OFFSIDE.CO.ID
Diubah oleh beritamodel 08-09-2016 01:40
0
3.9K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.