JAKARTA,WOL – Anggota Komisi III
DPR Nasir Djamil mengatakan ada
baiknya Badan Intelijen Negara (BIN)
lebih dioptimalkan dalam pencegahan
serangan kelompok radikal. Baik
Warga Negara Indonesia (WNI) di
dalam negeri, maupun yang sedang
ada di luar.
Kata Nasir, sama seperti intelejen
milik Kedutaan Besar (Kedubes)
Amerika Serikat. Intelijen Kedubes
Amerika sempat memberikan warning
kepada warganya, saat sebelum
insiden serangan teror di Thamrin,
Jakarta Pusat, Januari 2016 lalu.
Sehingga warning tersebut bertujuan
untuk meminimalisir jumlah korban
dari serangan teror.
“Januari, kasus Thamrin dan Sudirman.
Itu kan rumor yang berkembang
Kedubes Amerika sudah kasih warning
kepada warganya, yang ada di
Indonesia untuk tidak atau menjauhi
wilayah Thamrin dan Sudirman. Nah
itu artinya intelijen di kedubes
Amerika bekerja secara aktif,” kata
Nasir di Gedung DPR, Senayan,
Jakarta, Kamis (1/9).
Dirinya menginginkan fungsi demikian
dimiliki oleh intelijen Indonesia.
Tentunya untuk pengurangan resiko
terhadap korban terorisme.
Menurut politisi Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) itu setelah orde baru
Indonesia memiliki banyak intelejen di
tiap sektor. Semisal, jaksa kawasan
strategis dan keamanan.
“Nah bagaimana lembaga intelijen
bekerja sesuai UU yang ada, mampu
berkoordinasi supaya tidak jalan
sendiri-sendiri,” kata dia.
“Jadi sebenarnya kita punya potensi
yang kuat dalam intelijen. Sayangnya
memang intelijen kota ini ada
intelijennya masing-masing pasca
orba sehingga koordinasi ini tidak
berjalan dengan baik,” tambah Nasir.
http://waspada.co.id/warta/komisi-ii...perti-amerika/
Jangan mimpilah bung! Amerika Serikat itu intelnya udah menyebar ke seluruh dunia, ketika ada event penting, sekalipun itu berada di Zambia sana, pasti intel amerika sudah lebih dulu hadir disana.