2,4 miliar tahun lalu, Bumi mengalami periode zaman es. Selama periode itu, suhu Bumi menurun. Salju jatuh selama musim dingin, namun tidak meleleh selama musim panas. Dari waktu ke waktu, permukaan dunia tertutup lembaran-lembaran es. Permukaan es yang berwarna putih memantulkan ​​sinar matahari kembali ke angkasa, dan siklus pendinginan dimulai.

Gletser besar terbentuk di kutub, bergerak perlahan ke arah khatulistiwa, menyembunyikan air laut sepanjang perjalanan. Pergerakan itu mengubah wajah Bumi. Ketika air laut membeku, ketinggian permukaannya menurun, mengungkap dataran yang sebelumnya berada di dalam laut. Wilayah yang tak tersentuh es mengalami perubahan iklim yang tidak biasa.

Setidaknya Bumi telah mengalami lima periode zaman es. Setiap periodenya, terjadi pembekuan selama puluhan ribu tahun, pencairan sementara, dan kemudian pembekuan lagi. Pencairan sementara terjadi ketika gletser menghangat, permukaan air laut meningkat dan air kembali melintasi tanah. Berdasarkan siklus tersebut, kita sekarang berada di tengah-tengah zaman es, terhitung sejak 11.000 tahun yang lalu. Tidak ada yang dapat memastikan berapa lama lagi pembekuan Bumi. Es masih menutupi Antartika dan Greenland, menjebak 75 persen air tawar Bumi. Sampai seluruh es itu mencair, bergabunglah denganku dalam penggalian sejarah es di Bumi.





Matahari memanaskan Bumi, tetapi jumlah energi panas yang diterima bervariasi. Hal ini karena sudut kemiringan orbit Bumi berfluktuasi dalam tiga pola yang berbeda, yang dikenal sebagai siklus Milankovitch.

Siklus pertama dikenal sebagai eccentricity. Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam orbit elips. Namun, bentuk orbit ini berubah-ubah dari waktu ke waktu, yang berlangsung selama 100.000 tahun.

Siklus kedua, dikenal sebagai obliquity. Sudut kemiringan Bumi relatif terhadap bidang orbitnya, antara 22,1 - 24,5 derajat selama 40.000 tahun. Semakin besar kemiringan, semakin ekstrim musim Bumi.

Siklus ketiga dikenal sebagai precession. Bumi berputar melambat selama 26.000 tahun.

Berdasarkan siklus tersebut, ketika Bumi menerima sedikit energi panas matahari, akan terjadi musim panas yang dingin, bahkan mungkin memicu zaman es.









Sebelum zaman es terakhir berakhir, Bumi dipenuhi hewan yang aneh namun mengagumkan. Makanan berlimpah ruah, memungkinkan mereka tumbuh berkembang dengan ukuran yang sangat besar.

Dengan lapisan lemak, kulit dan rambut yang tebal, berguna menjaga suhu tubuh tetap hangat. Karakteristik yang dimikian membuat mereka menjadi pejuang zaman es.

Pesaing mereka dalam bertahan hidup hanyalah manusia. Manusia berkelana sepanjang permukaan es dengan modal tombak, bersaing dengan predator puncak merebutkan makanan. Mammoth dan mastodon merupakan spesies kunci zaman es, keduanya begitu sering muncul dalam ukiran gambar di dinding gua tempat bersemayamnya manusia purba. Tapi sekitar 50.000 tahun yang lalu, suhu Bumi meningkat. Megafauna zaman es, setidaknya 177 spesies mamalia besar, punah.





Manusia purba mulai menjelajahi Eropa, Asia dan Amerika Utara pada saat periode glasial terakhir pada bulan September sekitar 110.000 tahun yang lalu. Sebagian besar memilih ke arah selatan yang lebih hangat. Namun ada juga yang tinggal di utara. Bagi mereka yang ada di utara, suhu yang dingin hanya memberikan tiga pilihan: bermigrasi, beradaptasi atau mati.

Manusia Neanderthal menjadi salah satu penghuni utara. Berbadan besar, tulang lengan dan tulang kaki yang pendek membantu menghemat panas tubuh. Mereka membangun hunian sederhana, kulit hewan sebagaai selimut, dan membakar kayu untuk penghangat ruangan. Sehari-hari mereka berburu rusa merah (red deer), jika suhu mendingin, mereka berburu rusa (reindeer).

Berbeda dengan manusia utara, manusia yang tinggal di selatan memiliki teknologi dan keterampilan komunikasi yang lebih canggih. Hunian yang lebih kompleks, tulang menjadi alternatif penghangat ruangan, dan berdagang.

Sekalipun ada perbedaan, cara mereka berburu tetap sama, bekerjasama dalam tim dengan bersenjatakan tombak untuk berburu binatang besar seperti mammoth dan mastodon. Sisa buruan yang tak termakan diubah menjadi barang kebutuhan sehari-hari. Sungguh, kecerdasan dan kecerdikan manusia zaman es mengajarkan pada kita, manusia modern, untuk terus bertahan dalam situasi sesulit apapun itu.