Miliarder Rawat Istri Lumpuh Selama 25 Tahun & Tetap Setia, Bagaimana Ceritanya?
TS
uploadhani
Miliarder Rawat Istri Lumpuh Selama 25 Tahun & Tetap Setia, Bagaimana Ceritanya?
:kangen Welcome to My Post:kangen
Hallo Agan semuanya, sudah lama saya tidak ngepost lagi di Forum
Disini saya ingin membuat post yang menarik hasil jelajah saya di Faceb**k tadi, karena ceritanya cukup menyentuh
Tidak ada repsol di antara kita Gan
Langsung aja ya menuju ke inti cerita, yaitu di bawah ini. Selamat membaca
Quote:
Kekuatan cinta bisa membuat seseorang kuat melakukan sesuatu yang dipandang sulit di mata orang lain. Salah satu kisah yang menceritakan kesetiaan dan kekuatan cinta seorang suami terhadap istri, dibagikan oleh seorang pengguna Facebook bernama Tommy Dyan Kurnia Putra. Ia membagikan kisah tentang Eko Pratomo Suyatno, suami yang setia merawat istrinya yang sudah lumpuh selama 25 tahun. Eko merupakan seorang miliader yang penuh dengan cinta terhadap sang istri. Ia juga tak mengizinkan anak-anaknya untuk merawat istrinya dengan alasan yang mengharukan.
Sabar, baca dulu di atas ini ya biar dapat feelnya
Quote:
Kisah Nyata...
Sang Miliader, Merawat Sendiri Istri Selama 25 Tahun.
Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang tokoh di balik kemajuan industri reksadana di Indonesia sekarang ini, juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksa dana besar di negeri ini. Ia tergolong miliader.
Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan, pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tulisan ini, bukan hendak menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Tetapi, kesehariannya yang luar biasa.
Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja, bahkan sudah mendekati malam. Tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.
Cobaan menerpa, tatkala istrinya melahirkan anak yang ke empat. Tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah, bahkan terasa tidak bertulang. Lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia gendong istrinya ke depan TV, agar tidak merasa kesepian. Istrinya sudah tidak dapat bicara, selalu hanya terlihat senyum.
Untunglah kantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya untuk makan siang. Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yang dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan mata, namun bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan.
Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yang masih kuliah.
Pada suatu hari?
Saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya ? karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing ? Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu: Semua anaknya dapat berhasil. Dengan kalimat yang cukup hati-hati, si anak sulung berkata:
"Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak. Bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu," kata si sulung dengan air mata berlinang.
"Sudah ke empat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibu pun akan mengijinkannya. Kapan bapak menikmati masa tua bapak? Dengan berkorban seperti ini, kami tidak tega melihat bapak, kami berjanji akan merawat ibu sebaik-baiknya secara bergantian," tambah si sulung melanjutkan permohonannya.
"Anak-anakku? Jika perkimpoian dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi. Tetapi ketahuilah, dengan adanya ibu kalian di sampingku, itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian." Sejenak kerongkongannya tersekat.
"Kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta, tidak satu pun dapat dihargai dengan apa pun. Coba kalian tanya ibumu, apakah dia menginginkan keadaamnya seperti ini? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaannya seperti sekarang? Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit?" Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak- anaknya.
Meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno. Mereka juga menyaksikan butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno, yang dengan pilu menatap mata suami yang sangat dicintainya.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta di Jakarta untuk menjadi narasumber. Host mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno, kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa? Di saat itulah meledak tangis Pak Suyatno, bersama tamu yang hadir di studio yang kebanyakan kaum perempuan pun tidak sanggup menahan haru.
Pak Suyatno bercerita: "Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkimpoian tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian, semua itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, yang sewaktu sehat dia dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya, bukan dengan mata. Dia memberi saya empat anak yang lucu-lucu. Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama, itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintai dia apa adanya. Jika dia sehat pun, saya belum tentu mau mencari penggantinya, apalagi dia sakit," katanya sembari berurai air mata.
"Setiap malam saya bersujud dan menangis. Saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas saja. Saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya. Cinta saya kepada istri saya, sepenuhnya saya serahkan kepada Allah."
Pagi-pagi udah mewek ane gan
Spoiler for Wajah dari Bapak Eko:
Quote:
Intisari dari cerita ini yang ane dapat:
Kalau kita mencintai seseorang, cintailah orang tersebut dengan setulus-tulusnya bagaimanapun keadaan ia sekarang. Karena cinta yang tulus tidak memandang fisik, tapi karena sesuatu yang bernama "Rasa Nyaman".
Semoga post ini dapat bermanfaat buat Agan/Wati sekalian, karena jujur saja ini langsung berdampak positif ke hati saya.
Dimana saat ini, saya akan bersungguh-sungguh mencintai pasangan saya.