Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

homeworxoutAvatar border
TS
homeworxout
[Lomba] Bapak dan Penyakit Anehnya
Quote:


Semua kembali ke suatu kejadian yang gue inget samar-samar, waktu itu gue masih 3-4 tahun. Sekitar tahun 1993-1994, Bapak pulang dari kantor dan mengeluh ada yang aneh di kepalanya. Kulitnya mengelupas seperti berketombe. Tapi ketombenya lebih parah. Bapak bilang kalo dia abis makan di warung dan mungkin keracunan makanan. Setelah pergi ke Puskesmas, Bapak malah diberi shampoo. Entah shampoo warung atau obat berbentuk shampoo.

Tapi ternyata kulit yang mengelupas itu menyebar kemana-mana.

Di tangan. Punggung. Dada. Perut. Betis. Paha.

Luas areanya mulai dari sebesar koin sampe setengah lengan. Kalo lagi parah, kulitnya jadi tipis dan merah. Kalo lagi kering, kulitnya jadi keras bersisik. Gue setiap pagi sering nyapu rumah dan itu kulit sebesar remah Happy Tos ada dimana-mana. Ibu sering bercanda kalo kulitnya dibikin kerupuk aja.

Quote:


Melihat kondisi Bapak yang seperti itu, banyak orang yang rekomen obat dan orang-orang “pinter”. Jaman itu masih jaman pra-internet dan keluarga gue tinggal di kota kecil, jadi informasi masih sangat kurang.

Suatu hari, gue liat banyak kadal mati yang dijemur di depan rumah. Gue, yang paling ga suka reptil, tanya ke Ibu, “Itu kadal buat apa?”.
“Buat obat penyakitnya Bapak”, jawab Ibu. Atau intinya seperti itu. Itu kadal setelah kering kemudian digoreng dan dimakan pake kecap. Katanya sih mujarab, tapi ga mempan ke Bapak gue.

Di lain hari, Bapak marah-marah dan ngusir tukang refleksi yang tetep nerusin mijet kakinya padahal udah dibilang sakit. Waktu itu ada yang bilang refleksi bisa nyembuhin penyakit itu.

Pernah juga ada orang pinter yang ngeluarin paku dari perut dengan cara digigit, luka dan bekasnya sampe sekarang masih ada. Pernah pula pergi ke salah satu ustad “Pemburu Hantu” yang akhirnya Bapak bilang “Penipu tuh!”. Pernah nyoba mindahin penyakit ke kambing. Pernah makan akar-akaran. Rutin berendem air belerang. Tusuk jarum. Semua dicoba.

Waktu gue kelas 5 SD, sempat Bapak berobat ke dokter saat ikut pendidikan di Bandung. Samar di ingatan gue, tapi, somehow, Bapak di-opname di rumah sakit karena katanya overdosis dan kecanduan obat dokter. Berat badannya naik parah, giginya abis. Ibu sampe harus nyusul ke Bandung dan gue ditinggal sebulanan. Pernah pula, Bapak bilang kalo udara di Jakarta lebih “ramah” ke kulitnya jadi Bapak sempet pindah kerja ke Jakarta untuk beberapa tahun.

Setelah 10 tahunan bergelut dengan penyakit itu, ada sodara yang inform kalo ternyata penyakitnya punya nama.

Psoriasis.

Belum ada obatnya.

Quote:


Quote:

Yang paling parah dari psoriasis adalah efek ke mental penderitanya. Sebagai anggota keluarga, gue ngerasain banget. Dari cerita sodara-sodara, Bapak orangnya ramah, pandai bergaul dan berprestasi. Tapi yang gue liat selama ini mungkin sisa keramahannya setelah dihajar psoriasis.

Bayangin hidup di masyarakat yang belum terinformasi dengan kulit yang ngelupas di tangan, kaki, muka dan kepala lo. Kemanapun lo pergi, pasti ada yang bikin lo selalu self-concious dan ga nyaman. Entah pandangan orang ke diri lo, atau pertanyaan yang ga ada abisnya seperti “Itu kulitnya kenapa, Pak?”. Bisa ngebayangin reaksi orang-orang yang langsung keluar dari kolam saat lo masuk buat berobat di kolam belerang, even itu udah tengah malem. Bapak gue seperti menarik diri dari kehidupan sosial karena kondisi kulitnya.

Dari segi karir, Komandannya Bapak bilang mending Bapak istirahat aja di rumah. Dan Bapak bener-bener istirahat di rumah, selama 6-7 tahun. Karirnya udah ga tau deh kaya gimana. Alhamdulillah masih tetep dapet gaji jadi gue bisa nerusin sekolah dan kuliah.

Semakin bertambah umur, gue semakin bisa ngertiin keadaan Bapak saat itu. Laki-laki di umur 30 tahunan bisa dikatakan lagi masa emasnya. You know, keluarga masih muda semua dan karir masih panjang. Orang bilang gara-gara penyakitnya Bapak beda dengan yang dulu. Bapak yang sekarang lebih tempramental dan keras kepala. Baik ke keluarganya, apalagi ke orang lain. Stress, insecurity or even depression. I’m not going to get deeper into that, since it’s better to just let it go.

Sakitnya Bapak berpengaruh besar ke keluarga. Bapak seperti bikin penghalang besar di sekelilingnya, sehingga komunikasi kami ke dia sangat-sangat terbatas. Gue belum pernah ngebahas sesuatu yang mendalam sama bapak gue karena Bapak gampang tersulut gara-gara hal remeh temeh. Praktis hampir ga ada diskusi-diskusi di keluarga seperti di teori-teori normatif. Hal ini berdampak ke skill sosial gue. Selain gue jadi super cuek, banyak hal yang mesti gue pelajari sendiri. Hal-hal yang seharusnya gue pelajari di lingkup keluarga. Dari segi ekonomi, keluarga stuck. Ga kerja artinya ga ngejar karir dan pastinya gaji naik seadanya. Untung ada bantuan dari sodara-sodara dan Ibu juga buka toko di pasar.

Sekarang, Bapak udah ga terlalu mikir lagi dengan penyakitnya. Literally, muka badak aja (LOL, gue bahkan pake penyakitnya buat bahan candaan). Kalo terlalu mikir malah stress dan akhirnya jadi memperburuk kondisi kulitnya.


Quote:


Terlepas dari penyakitnya, kesehatan bukan perkara diri sendiri. Kesehatan juga menyangkut orang-orang yang lo sayangin di sekitar lo. Ketika lo sakit, keluarga lo juga ikut sakit. Pendidikan anak lo ga maksimal, ekonomi keluarga lo terganggu, hubungan lo dengan orang lain juga berubah. Gue udah liat beberapa keluarga yang lebih menderita dari keluarga gue akibat ada salah satu keluarganya yang sakit parah. Entah itu diabetes, gagal ginjal atau kanker.


Jangan egois, mulailah jaga harta lo yang paling berharga; Kesehatan.




Quote:

tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
2.8K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Health
HealthKASKUS Official
24.7KThread10.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.