HugesHolicAvatar border
TS
HugesHolic
[CATPER] Pendakian Gunung Arjuno via Lawang Turun via Tretes (6 - 12 Agustus 2016)


"Alam adalah bentangan anugerah yang tak ternilai harganya, maka itu jagalah anugerah Tuhan ini dari tangan - tangan perusak."



Untuk melihat rincian waktu dan biaya, silahkan kunjungi blog saya disini



Awalnya, destinasi kami adalah gunung Agung di Bali. Namun kerena faktor lain hal sebagainya, kami memutuskan untuk berbelok arah hingga akhirnya pilihan jatuh pada gunung Arjuno, Jawa Timur. Gunung ini sedikit sekali pendakinya gan, mungkin kalah pamor dengan gunung sebelah yang sudah melambung tinggi namanya karena dijadikan latar tempat syuting film "5CM", Gunung Semeru dengan segala keindahannya. Kami memutuskan untuk mendaki lewat jalur Lawang dan kemudian turun lewat jalur Tretes. Ya, kami lintas jalur yang artinya kami membawa semua perlengkapan dan peralatan hingga ke puncak, kemudian melipir turun untuk menuju Tretes. Legenda yang kami baca dari internet, bahwa jika kita mendengar suara alunan gamelan pada saat pendakian maka kita diharuskan untuk segera turun karena jika tidak nanti hal yang tidak di inginkan mungkin akan terjadi. Dilengkapi pula dengan beberapa "kuburan" yang kami lihat sepanjang jalur pendakian kian menambah rasa seru pada perjalanan kali ini.

Kami berangkat dengan jumlah personil 12 orang dan inilah catatan perjalanan kami.

6 Agustus 2016

Kereta Matarmaja melaju dari ibu kota menuju kota apel dengan cepat. Desiran suara rel kereta yang beradu membuat suasana dalam gerbong kian syahdu. Gerbong yang sebagian besar terisi oleh pendaki - pendaki itu melaju tak ayal peluru yang melesat cepat. Kami berangkat pukul 15.15 dan estimasi tiba di stasiun malang pukul 08.45.

7 Agustus 2016

Benar saja, pukul 08.40 kita sudah tiba di kota apel. Lebih cepat 5 menit dari jadwal yang seharusnya. Tiba disana kami langsung sarapan pagi di warung "Bu Nur" yang lokasinya tepat di depan taman seberang stasiun. Setelah sarapan, kami bertemu dengan mas "Mamek", supir angkot yang sudah kami kenal cukup lama yang senantiasa mengantar kami jika kami berpergian menuju gunung - gunung di Jawa Timur. Kami membeli logistik yang belum sempat kami beli saat di Jakarta, kami belanja logistik seperti sayuran dan bahan makanan serta bumbu di pasar yang tak jauh lokasinya dari stasiun. Setelah itu, kami diantar menuju pos perizinan pendakian via lawang. Pos perizinan ini tak nampak lebih dari sekedar rumah biasa, dengan pagar tinggi, di dalamnya ada sebuah garasi mobil dan pintu menuju pos. Di dalamnya juga tak seperti pos pada umumnya, malah lebih seperti dapur umum, tetapi itu tak menjadi masalah bagi kami. Kami menyerahkan fotocopy KTP beserta uang simaksi sebesar (lupa gan, ntar ane update lagi hehe). Setelah mendapat izin, kami bergegas packing semua logistik yang baru ke dalam carier masing - masing. Tepat pukul 15.06 kami berangkat menuju pos 1.



Perjalanan menuju pos 1 berupa kebun teh yang cukup luas, dari sini kita dapat melihat sekelebat bayangan gagahnya puncak Arjuno yang di tutupi awan tipis. Medannya berupa bebatuan dan tanah kering yang cenderung menghasilkan debu. Jalur cenderung landai dan sesekali ada tanjakan panjang. Di pos 1 kita dapat menemukan sebuah shelter berukuran sedang. Tiba di pos 1 pukul 17.09 dan istirahat sejenak. Pukul 17.15 kami melanjutkan pendakian menuju pos 2. Di jalur ini tim kami mulai melambat karena logistik yang cukup banyak dan berat membuat satu persatu kami dilanda lelah. Akhirnya malam pun memeluk angkasa dengan gelapnya yang indah. Karena kondisi tim yang sudah mulai kelelahan, kami memutuskan untuk buka camp di pos 2 saja. Pukul 19.59 kami tiba di suatu lahan yang cukup luas untuk mendirikan 3 tenda. Karena kami duga lokasi pos 2 masih jauh, kami memutuskan untuk buka camp di tempat itu. Dari posisi kami mendirikan tenda, dapat dilihat megahnya kemerlap lampu kota Malang dan sekitarnya disertai taburan bintang yang kian membuat suasana malam itu indah. Kami pun terlena hingga kami baru istirahat pukul 23.02.

8 Agustus 2016

Pukul 05.01 tepat kami bangun. Suasana sangat dingin, ditambah dengan angin semilir yang terkadang bertiup. Langit pun semakin terang menujukkan keindahannya. Maha suci Allah yang masih memberikan kami kesempatan untuk menyaksikan indahnya pemandangan matahari terbit disertai lampu kota yang masih menyala. Tepat di hadapan kami, Puncak Mahameru berdiri gagah dibalut awan tebal di bawahnya. Dibelakang kami, terdapat hamparan sabana rumput ilalang setinggi betis orang dewasa. Terhampar pula pemandangan perbukitan dan di kejauhan nampak Puncak Arjuno menyapa. Karena pancaran sinar dari matahari pagi yang berwarna kuning ke-emasan, padang sabana itupun terlihat berwana emas. Memanjakan mata bagi siapapun yang memandangnya.





Setelah foto sana sini, sarapan dan packing, kami melanjutkan pendakian pukul 08.12. Tak lebih dari 5 menit berjalan, tibalah kami di pos 2 yang terdapat shelter yang lebih luas dan juga terdapat sumber air. Karena air yang dibawa kami terasa cukup, (1 orang membawa 3 botol air ukuran 1,5 liter) kami tak mengisi air di sumber air itu. Perjalanan dilanjutkan dengan memasuki hutan yang cukup rapat, namun tak lama setelah itu kami kembali keluar dari hutan kecil itu dan bertemu padang sabana lagi. Sejauh mata memandang hanya ada rerumput ilalang yang bergoyang tertiup angin. Sangat disarankan untuk memakai sun block bila mendaki pada musim kemarau karena sinar matahari begitu menyengat kulit.







Kurang lebih 3 jam kami berjalan dengan jalur menanjak, melipir, menuruni bukit sabana, kami tiba di pos 3 Mahapena pukul 13.32.
Kami berisitirahat sejenak di pos ini dengan diselimuti kabut. Di sudut pos dekat dengan bebatuan, terdapat sebuah dupa yang sudah terbakar. Tak kami hiraukan dupa itu, kami lantas melanjutkan menuju pos berikutnya yaitu pos 4 Nggombes. Tiba di pos ini sekitar pukul 16.52 dan langsung membuka camp karena hari semakin malam. Kondisi di pos ini sangat luar biasa dingin. Angin berhembus kencang diantara pepohonan. Tak henti - hentinya angin bertiup hingga kami selesai masak dan makan pun angin masih dengan kencang menggoyang - goyangkan flysheet yang kami pasang di depan tenda kami sebagai penutup atas saat memasak. Kami terlelap pukul 20.02. Pendakian hari ini sangat melelahkan karena hampir seharian kita trekking dengan medan yang menanjak dan jauh melipir beberapa bukit.



9 Agustus 2016

Pagi harinya, pukul 05.25 kami terbangun. Kami telat lewat 25 menit dari jadwal yang seharusnya. Angin masih bertiup sangat kencang dari kemarin sore hingga pagi hari. Selama kami tidur pun tenda serasa di goyang - goyang kan oleh angin yang bertiup sangat kencang. Di pos ini kami bertemu beberapa orang yang mendaki juga, namun saat itu tak terlalu saya hiraukan karena sibuk packing. Dari pos ini, Puncak semakin jelas terlihat, namun masih terlihat cukup tinggi dan jauh. Pukul 07.22 kami berangkat dari pos 4 Nggombes menuju Puncak Arjuno. Perjalanan menuju puncak harus melewati suatu daerah yang terkenal mistis, yaitu Lali Jiwo. Konon katanya bila kita melewati jalur ini tidak boleh bengong sama sekali. Entah mengapa. 30 menit berjalan, kami tiba di Lali Jiwo. Medannya berupa tanah bebatuan yang cenderung berdebu. Trek sepanjang jalur dari Lali Jiwo menuju Puncak adalah menanjak terus tanpa bonus landai. Landai hanya sedikit sekali dan dipergunakan untuk istirahat sejenak. Kondisi hutan rapat, yang tak lama kemudian hutan semakin jarang dan yang ada hanya berupa pepohonan dan pada akhirnya akan bertemu dengan batas vegetasi. Tanaman khas ketinggian pun mulai terlihat yaitu cantigi. Sejenak berisirahat, kami dapat melihat kota Malang dan sekitarnya dari ketinggian.





Beberapa meter dari puncak, kami dapat melihat jelas teman kami yang sudah tiba di puncak terlebih dahulu. Semangat pun mulai berkobar tatkala mereka meneriakkan kalimat yang membuat darah kami berdesir. "PUNCAK!". Kalimat itu seakan memberi tenaga ekstra walaupun kaki sudah lemas di tambah terik matahari yang menyengat, belum lagi carier yang kami bawa sangat berat terasa dengan logistik masih sekitar 80%. Pukul 13.23, kami tiba di Puncak Arjuno. Di puncak kami hanya bertemu 1 kelompok lain dari surabaya. Kondisi puncak cerah dan matahari bersinar sangat terik. Tetapi itu tidak menghalangi kegembiraan kami akan keberhasilan mencapai puncak Arjuno. Ransel - ransel Carrier kami pun kami letakkan dipinggir bebatuan. Dan kami pun berfoto ria diatas sambil menikmati keindahan Puncak Arjuno. Tak lupa saya bersujud syukur diatas bebatuan tanda terima kasih pada Allah karena telah di izinkan untuk menggapai puncak Arjuno. Subhanallah, perasaan yang sangat luar biasa.







Tak lama kami berada di atas puncak. Sekitar pukul 14.38 kami turun melipir menuju jalur Tretes. Treknya sangat ekstrim dan membutuhkan konsentrasi karena medan bebatuan yang terjal. Tak jauh dari puncak, kami menemukan lokasi datar yang dimana terdapat seperti makam dari bebatuan. Kami berjalan pelan sambil mengucap permisi dan kemudian berjalan menuruni bukit hingga masuk ke hutan. pukul 16.44 kami tiba di Watu Gede dan pukul 18.19 tiba di Lembah Kidang. Kami bermaksud untuk langsung turun ke Pos 3 Pondokan yang mana jarak dari Lembah Kidang ke Pondokan tak lebih dari 15 menit. Namun hingga pukul 21.09 kami tak menemukan Pondokan. Seharusnya, dari Lembah Kidang jalur menuju ke Pondokan itu melipir ke kiri, namun kami salah jalur. Alih - alih ke jalur yang benar, kami malah masuk ke lembahan dan mengikuti saluran pipa warga. Saya pun merasa ada yang aneh, referensi dari internet mengatakan tak lebih dari 15 menit dari Lembah Kidang menuju Pondokan, tetapi ini sudah lebih dari 2 jam kami tak kunjung menemukan Pondokan. Kami malah menemukan sebuah aliran air di lembah dan juga sebuah pondokan (gubuk) dari kayu kecil. Salah satu anggota kami Sari kelelahan hingga dia muntah - muntah. Karena tak kunjung menemukan jalur dan kondisi tim yang kelelahan, kami memutuskan untuk buka camp di samping pondokan (gubuk) kecil itu. 10 meter dari lokasi buka camp, terdapat pipa air yang menjuntai sehingga kami tak kehabisan persediaan air.

10 Agustus 2016

Pukul 05.30 kami terbangun. Kami mempersiapkan tim yang terdiri dari 2 orang, yaitu saya dan Habibi untuk pergi lebih dahulu mencari jalur yang benar. Untung saja kami membawa HT, jadi komunikasi pun tetap terjalin lancar. 30 menit berjalan, kami tiba di Lembah Kidang. Ternyata jalur yang benar itu berada tak jauh dari lokasi camp kita. Hanya berkisar 25 - 30 menit. Jalur menuju Pondokan itu sangat jelas, dengan tanda sebuah tali yang di ikat ke batang pohon di samping jalur tersebut.





Pukul 09.12 kami telah bertemu di pertigaan jalur tersebut dan langsung saja menuju Pos 3 Pondokan.Benar saja tak lebih dari 15 menit kami sudah melihat banyak bangunan pondokan disana. Ada lahan untuk buka camp disana, ada juga sebuah warung yang menjual gorengan dan air. Bau belerang pun tercium oleh hidung kami. Setelah beristirahat selama kurang lebih 2 jam, kami langsung melanjutkan perjalanan menurun hingga pos 2 Kopkopan, jalur Tretes pada pukul 11.21. Jalur ini minta ampun gan, bebatuan semua yang bikin kaki jadi sakit. Di tengah jalur kami juga menemukan mobil jeep yang sedang naik keatas. Luar biasa kuatnya mobil itu, tanjakan pun di libas olehnya. pukul 12.34 sebagian dari kami termasuk saya tiba di Kopkopan. Sambil menunggu yang di belakang, saya dan teman - teman meluruskan kaki sejenak sambil membuka sepatu. Kaki rasanya sakit sekali. Di pos Kopkopan ini terdapat sumber air yang cukup melimpah, ada juga sebuah pondokan yang sepertinya itu adalah warung, tapi saat kami disana warung itu tutup, jadi di jadikan tempat isirahat pendaki yang mau naik ataupun turun. Area sekitar pos ini juga luas. Bisa mendirikan sekitar 6 - 8 tenda. Pukul 13.58 sisa tim dibelakang pun tiba. Ternyata Ramdan kakinya sakit jadi dia sedikit melambat jalannya. Kami tak mau berlama - lama, jadi pukul 14.12 langsung turun lagi menuju pos 1 Pet Bocor. Jalurnya masih sama, berbatu berbatu berbatu dan berbatu. Ada beberapa jalur pintas tapi saya tidak lewat jalur pintas itu. Di pertengahan jalur turun, ada sebuah makam lagi dari bebatuan di sebelah kanan. Di jalur berbatu itu pula, saya mendengar suara babi. "Nggggreeeek Ngggreeeekk" bunyinya sangat dekat sekali. Saya menoleh ke asal suara itu di sebelah kiri saya. Seekor babi besar seukuran kambing dewasa muncul diantara semak - semak. Lantas saja kami semua kocar kacir. "Husshh hussshh" saya mencoba mengusir babi itu. Tapi tak di hiraukan sama sekali hingga akhirnya dia pergi dengan sendirinya. Saya pun di tinggal berdua dengan Sari, yang lain kocar kacir di depan.

2 jam sudah berjalan, kami tiba di sebuah pos. Namun pos itu kosong, terdapat palang pintu nya juga. Sepertinya ini adalah pos untuk mobil jeep yang ingin naik keatas. Tak jauh dari situ, kami tiba di Pos 1 Pet Bocor. Pos ini terbilang unik karena namanya diambil dari pipa air yang bocor. Di pos ini lega sekali, ada bangunan mirip rumah yang mana itu adalah warung. Di warung ini kami beristirahat sejenak sambil memesan teh hangat. Harganya 6000 rupiah pergelas. Jam sudah menunjukkan pukul 16.34. Kami takut tak ada lagi angkot untuk menuju daerah Bululawang, rumah ibu nya Sari yang akan kami jadikan tempat beristirahat. Pukul 17.10 kami tiba di pos perizinan Tretes. Setelah melapor, kami langsung mencarter angkot menuju terminal kemudian diteruskan dengan bus, disambung lagi dengan carter mobil menuju daerah Bululawang. Tiba di rumah Sari di daerah Bululawang pukul 20.12. Kami lansung beberes, mandi, makan bakso malang dan istirahat.

11 Agustus 2016

Kami terbangun cukup siang, karena jujur saja tubuh kami sangat kelelahan. Hari ini akan kami habiskan dengan jalan jalan menjelajahi kota Malang diantar oleh mas Mamek. Dengan modal Rp.30.000 per orang kami sudah bisa keliling Malang seharian. Kami mengunjungi daerah Selecta, makan apel langsung dari kebonnya gan. Cukup bayar 25 ribu per orang sudah bisa makan apel sampe gigi sakit. Kalo mau bawa pulang, boleh dengan harga per ons Rp.3000. Setelah jalan - jalan puas makan apel, kami menuju Alun - Alun Batu gan. Disini kami menghabiskan waktu cukup lama, makan bakso malang, foto - foto, kuliner, belanja pernak pernik khas batu, dll. Hari mulai gelap, sekitar pukul 19.23 kami menuju sekret pecinta alam universitas Malang "Jonggring Salaka". Tujuannya sih sekedar silaturahmi gan hehehehe. Setelah ngobrol sana sini, akhirnya kami pulang menuju rumah Sari lagi.



12 Agustus 2016

Setelah solat jumat, kami bergegas menuju stasiun gan. Suasana siang hingga sore waktu itu hujan gerimis gerimis gitu. Menambah suasana nyaman kota malang gan hehe. Waktu itu juga mau ada acara ulang tahun Arema gan. Jadi tiap sudut kota itu spanduk Arema semua. Sambil menunggu kereta jam 17.00, kita jalan jalan dulu kan sekitar stasiun, belanja oleh-oleh, pernak pernik dan baju. Kita pun masuk stasiun jam 16.30 karena sudah dibuka. Tepat pukul 17.00 sore, kereta Matarmaja tujuan Ps.Senen sudah melaju kencanng. Keesokan harinya kita tiba di pasar senen pukul 09.45. Dari sana, kita berpencar kembali ke rumah masing masing hehe.


Sekian catatan perjalanan saya kali ini. Semoga dapat menjadi rujukan bagi yang ingin mendaki gunung Arjuno khususnya via Lawang.
Bila ada kesalahan saya mohon maaf dan mohon koreksinya.


Silahkan kunjungi blog saya untuk melihat rincian waktu tempuh dan rincian biaya, disini

"Gunung adalah keindahan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Agung. Mendakilah dengan bijak."

emoticon-Sundulemoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul emoticon-Sundul
0
8.6K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
Catatan Perjalanan OANCKASKUS Official
1.9KThread1.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.