Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cingelingAvatar border
TS
cingeling
Apakah benar kita punya kembaran tidak sedarah?
Apakah benar kita punya kembaran tidak sedarah?

Seberapa besarkah kemungkinan kita bertemu orang yang benar-benar mirip dengan kita? BBC Future menelusurinya.

Wajah adalah identitas. Digunakan polisi untuk menangkap penjahat, kita gunakan untuk mengenali teman di jalan, dan untuk berbagai hal. Dalam waktu dekat, wajah mungkin akan digunakan sebagai kata sandi telepon genggam atau akses untuk bisa masuk ke rumah atau kantor.

Dengan dasar cara pikir seperti itu, kita cenderung yakin bahwa wajah seseorang itu unik. Dan tiba-tiba ilusi itu hancur.

"Waktu itu saya orang terakhir yang masuk ke pesawat. Ternyata ada orang yang menduduki kursi saya, saya minta dia pindah. Ketika dia membalik badan, saya lihat mukanya, mirip sekali dengan saya," cerita Neil Douglas, yang saat itu sedang terbang ke Irlandia menghadiri pesta pernikahan rekannya.

"Semua orang di pesawat melihat ke arah kami dan tertawa. Saat itulah saya mengambil foto selfie."

Peristiwa unik tersebut berlanjut saat Douglas tiba di hotel dan menemukan 'kembarannya' itu sedang di sana juga. Lagi-lagi mereka bertemu di bar. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk berbincang dan minum bersama.

Apakah benar kita punya kembaran tidak sedarah?
Pepatah di banyak negara menyebut kalau setiap orang itu punya doppelganger, kembaran yang tidak berhubungan darah. Orang-orang yang matanya sama dengan mata ibu Anda, hidung ayah Anda, bahkan punya tahi lalat sama dengan Anda.

Konsep ini telah menyita imajinasi selama ribuan tahun. Banyak orang yang menjadikannya subyek untuk buku - menginspirasi puisi dan membuat banyak orang ketakutan.

Namun, apakah doppelganger itu benar-benar ada? Kita hidup di planet yang ditinggali tujuh miliar orang, jadi besarkah kemungkinan seseorang terlahir dengan wajah yang sama dengan Anda? Ini adalah pertanyaan 'bodoh', tetapi memiliki implikasi serius - dan jawaban dari pertanyaan itu lebih rumit dari yang Anda bayangkan.

Dan faktanya, hingga beberapa waktu terkahir, tidak ada yang berupaya untuk mencari tahu. Hingga akhir tahun lalu, Teghan Lucas melaksanakan uji coba tentang risiko salah tuduh terhadap pelaku pembunuhan.

Dengan menggunakan kumpulan foto anggota militer Amerika dan bantuan dari rekan-rekannya di Universitas Adelaide, Teghan menganalisis wajah hampir 4.000 orang, dan mengukur jarak dari indra-indra utama, misalnya mata atau telinga. Selanjutnya, dia mencari kemungkinan bahwa muka dua orang mungkin saja sama.

Kemungkinannya hanya satu dari 135 orang yang memiliki doppelganger


Apa yang ditemukannya, membuat para penegak hukum lega, dan orang-orang yang berusaha mencari kembaran bersedih. Pasalnya, kemungkinan dua orang memiliki delapan ciri wajah yang sama, adalah kurang satu dari satu triliun orang.

Alhasil, dari 7,4 miliar penduduk bumi, hanya satu dari 135 orang yang memiliki doppelganger. "Sekarang jika ada orang di pengadilan bertanya, 'bagaimana kalau yang melakukan adalah orang lain yang mirip dia?' Kami punya jawabannya, bahwa kemungkinannya sangat kecil," kata Teghan.

Apakah benar kita punya kembaran tidak sedarah?

Upaya dengan pencocokan ciri wajah ini, bisa dijelaskan dengan anekdot 'monyet Shakespeare'. Jika seekor monyet didudukkan di dekat mesin ketik, ia bisa saja mengetik judul dari sebuah karya Shakespeare.

Itu adalah sebuah kepastian di matematika. Si monyet punya peluang satu dari 26 (huruf), untuk pertama kali mengetik huruf 'M' dari karya Shakespeare 'Macbeth'. Namun, untuk huruf kedua, peluangnya mengecil menjadi satu dari 676 (26 x 26). Dan untuk huruf keempat, kemungkinan menjadi satu dari 13 quintiliun. Alhasil, kemungkinannya bisa mengecil sangat cepat.

Untuk karakter wajah manusia, peluangnya semakin kecil karena yang dilihat seharusnya lebih dari delapan ciri wajah.

Namun, hasil penelitian tersebut bukan berarti kita hampir pasti tidak akan pernah menjumpai orang yang sangat mirip dengan kita. Ini karena studi tersebut dengan menggunakan alat ukur.

Jadi, kalau telinga Anda panjangnya 60mm, sementara doppelganger Anda panjang telinganya 59mm, maka Anda sudah dinilai tidak mirip dengan 'kembaran' Anda.

Padahal mata kita tidak menangkap sampai sedetil itu. Sesuai kata ahi statistik asal Amerika Serikat, David Aldous, bahwa ini "tergantung 'mirip' seperti apa yang kita maksud. Mirip sesuai apa yang di katakan mesin pemindai, atau mirip bagi mata manusia."

Apakah benar kita punya kembaran tidak sedarah?

Francois Brunelle, yang telah memotret 200 pasang orang yang mirip untuk proyek I'm not a look-alike, setuju dengan itu.

"Bagi saya, doppelganger yang dimaksud itu adalah di saat kita melihat dia dan berpikir bahwa dia adalah orang lain. Jadi, lebih ke bagaimana bahasa tubuh dan cara bertindak. Ketika mereka dilihat sendiri-sendiri, mereka terasa sangat mirip. Namun, ketika mereka kita sandingkan saling bersebelahan, kita mulai sadar kalau mereka tidak mirip."

Ketika detail ciri wajah tidak lagi dinilai penting, kemungkinan kita memiliki 'kembaran' semakin besar. Namun, benarkah hipotesa ini? Untuk mencari tahu, kita akan telusuri apa yang terjadi di otak ketika bertemu wajah yang familiar.

Ingat kembali ilusi wajah Bill Clinton dan Al Gore yang beredar di internet pada tahun 1997. Di foto tersebut kedua lelaki itu berdiri bersebelahan. Kalau diperhatikan pelan-pelan, terlihat bahwa seluruh 'isi' wajah Gore, termasuk matanya, hidungnya dan mulutnya, sudah diganti dengan 'isi' wajah Clinton. Meskipun begitu, Al Gore tetap terlihat normal, seperti Al Gore.

Itu adalah salah satu contoh bagaimana wajah disimpan di otak. Wajah lebih terlihat seperti peta daripada gambar. Ketika kita tiba-tiba bertemu seorang teman di jalanan, otak akan langsung mulai mengenali ciri-cirinya - misalnya rambutnya dan warna kulitnya - sama seperti bagaimana kita mengenal Italia hanya dari bentuknya di peta.

Apakah benar kita punya kembaran tidak sedarah?

Untuk memastikan bisa mengenali seseorang dalam kondisi apapun, otak 'mempekerjakan' area yang kerap dikenal sebagai fusiform gyrus, untuk merangkai segala informasi yang ada. Dengan informasi menyeluruh ini kita akan jauh lebih akurat dalam mengenal tempat kita.

"Kebanyakan orang berfokus pada karakteristik yang dangkal, misalnya gaya rambut, bentuk alis mata," kata statistikawan Nick Fieller. Penelitian juga mengungkapkan kita cenderung melihat ke mata, mulut dan hidung.

Orang dengan wajah standard akan gampang bertemu orang yang mirip

Sehingga tinggal menunggu waktu, kita akan menemukan kembaran kita. "Ada sangat banyak gen di dunia yang membuat unik wajah dan hidup jutaan orang." Kata Winrich Freiwald yang mempelajari ekspresi wajah dari Universitas Rockefeller. "Jika seseorang punya wajah 'rata-rata', maka kemungkinan untuk menemukan kembarannya semakin besar."

Misalkan seorang lelaki memiliki rambut pendek pirang, bermata cokelat, hidung padat berdaging, muka bulat dan berkumis-jenggot. Penelitian untuk mencari adakah orang yang benar-benar sama dengan Anda, memang sangat sulit. Tetapi dari hasil riset lain, 55% penduduk dunia memiliki mata bewarna cokelat.

Apakah benar kita punya kembaran tidak sedarah?

Sementara itu satu dari 10 orang memiliki wajah bundar. Lalu hidung. Studi terhadap foto-foto yang diambil di Eropa dan Israel memperlihatkan hidung besar adalah yang paling banyak. Dari sudut pandang penulis, ini adalah yang paling tidak menarik.

Dan akhirnya - selebat apa rambut orang-orang? Jika Anda berpikir bahwa penelitian soal ini sulit dilakukan, Anda salah. Sebanyak 24.300 orang yang disurvei di Florida, 82% laki-laki memiliki rambut pendek, lebih pendek dari bahu. Rambut pirang ternyata hanya 2%.

Sebagai ibu kota janggut dunia, mayoritas lelaki Inggris punya janggut dan hanya satu dari enam lelaki yang punya janggut penuh.

Jadi, berdasarkan perhitungan sederhana, laki-laki dengan mata cokelat, berambut pirang, bermuka bundar, hidung besar, berambut pendek dan berjanggut penuh, kemungkinannya adalah satu dari 100.000 orang.

Jadi, lelaki tersebut kemungkinan punya 74.000 doppelganger. Jadi berapa peluang bahwa setiap orang punya 'kembarannya' saat ini di bumi? Cara paling mudah adalah dengan memperkirakan jumlah wajah yang mirip dan membandingkannya dengan jumlah orang yang saat ini hidup.

Anda mungkin berharap bahwa jika ada 7,4 miliar wajah berbeda di dunia, dengan 7,4 miliar manusia yang hidup di bumi, maka ada satu 'kembaran' untuk setiap orangnya. Namun, kita perlu setidaknya 150 miliar orang agar itu secara statistik dinilai besar kemungkinannya untuk terjadi.

Apakah benar kita punya kembaran tidak sedarah?

Masalah ini di dunia statistik serupa dengan kasus 'kolektor kupon'. Misalnya ada 50 kupon di dalam sebuah botol. Setiap pengambilan satu kupon, kupon itu harus dikembalikan ke botol. Berapa kali kita harus memgambil kupon sampai seluruh kupon terambil setidaknya sekali?

Sebentar saja kita sudah mengambil beberapa kupon berbeda pertama. Masalahnya adalah untuk menemukan kupon-kupon terakhir: secara rata-rata peluang terambilnya kupon terakhir adalah 50 kali pengambilan. Jadi, agar bisa mengambil semua 50 kupon, kita perlu melakukan pengambilan sebanyak 225 kali. Mungkin sekali bagi mayoritas orang untuk punya doppelganger, tapi apakah semua orang punya peluang sama?

"Ada beda yang sangat besar antara kadang-kadang beruntung dengan selalu beruntung," kata Aldous.

Namun, tidak ada yang tahu apa angka pertama yang dipilih. Dan memang, persepsi kita atas kemiripan wajah sangat subyektif.

Beberapa orang bahkan kesulitan mengenali diri mereka sendiri di foto, sementara ada pula yang sama sekali tidak bisa melupakan wajah orang yang pernah ditemuinya. Dan bagaimana kita melihat persamaan, sangat bergantung kepada seberapa familiar kita tehadap hal itu.

"Beberapa orang yang sangat mirip bahkan merasa 'mereka tidak mirip'. Padahal bagi orang lain, kemiripan mereka sangat jelas, aneh rasanya mendengar itu," kata Brunelle.

Menurut Fieller tetap besar kemungkinan seseorang punya doppelganger. "Saya rasa mayoritas orang punya orang lain yang mukanya mirip dengan mereka, kecuali wajah orang itu benar-benar unik," ungkapnya. Friewald setuju. "Saya rasa dengan era digital, semua itu akan lebih gampang ditemukan karena akan ada gambar hampir seluruh orang di dunia ini secara online."

Jika bertemu orang yang mirip dengan kita, kita akan merasa dekat, karena ada hal yang terasa 'dibagi' bersama orang itu.

Namun, sebenarnya mengapa kita begitu tertarik mengetahui apakah kita punya kembaran atau tidak? "Jika Anda bertemu seseorang yang sangat mirip, Anda akan langsung merasa dekat karena ada kesamaan antara Anda dan si kembaran."

Brunelle bahkan telah mendapatkan berbagai macam email, sebagian besar dari Cina, yang mencari orang-orang yang mirip dengan mereka. Mungkin karena kebijakan satu anak. Penelitian Brunell bahkan memperlihatkan seseorang akan lebih percaya dan tertarik kepada orang yang wajahnya mirip dengannya. Sebuah faktor yang berpengaruh pula pada pilihan saat pemilu.

Ini mungkin juga berasal dari hasil evolusi. Kemiripan wajah dijadikan indikator hubungan darah. Namun, di zaman globalisasi sekarang ini, "sangatlah mungkin dua orang dengan wajah serupa, sama sekali tidak punya hubungan darah," ujar Lavinia Paternoster, pakar genetika Universitas Bristol.

Namun, sebelum Anda berfantasi lebih jauh, bertukar kehidupan dengan 'kembaran' Anda, tidak ada jaminan kalau secara fisik (lainnya) Anda mirip. "Soalnya tingg saya 170cm sementara dia (si 'kembaran') 191cm... Jadi, ya cuma wajahnya saja yang mirip," kata Douglas.

ANE AMA EMAK MIRIP GAK GAN ?


Apakah benar kita punya kembaran tidak sedarah?
Apakah benar kita punya kembaran tidak sedarah?
Diubah oleh cingeling 18-08-2016 18:07
0
6.4K
40
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.