RMOL. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017 mendatang diprediksi akan memanas. Tingkat gesekan hingga perkelahian fisik sangat mungkin terjadi dalam ajang pesta rakyat ibu kota ini.

Begitu dikatakan Ketua Aliansi Masyarakat Jakarta, Rico Sinaga dalam keterangan kepada redaksi, Jumat (12/8).

"Rasa benci yang mendalam menimbulkan dendam sangat berpotensi meledak bagaikan bisul besar yang tertahan tersenggol sedikit saja pecah," sambungnya.

Pilkada DKI 2017 mendatang, lanjut Rico, sangat berbeda dengan dua pilkada sebelumnya, 2007 yang dimenangkan Fauzi Bowo dan 2012 yang dimenangkan oleh Joko Widodo.

"Seluruh aktifitas pemilihan gubernur saat itu kondusif, hampir tidak ada gesekan apalagi perkelahian fisik, karena para calon gubernur dan wakil gubernur tidak dibenci masyarakat, khususnya warga Jakarta, apalagi sampai dendam," jelasnya.

"Amarta yang dideklarasikan 2006 menjelang masa kampanye Pilgub 2007, didirikan untuk pemenangan Fauzi Bowo menjadi gubernur tahun 2007 dan relawan aktif pemenangan Fauzi Bowo pada Pilgub 2012. Kita merekam seluruh aktifitas masa kampanye dan sangat kondusif, karena para calon gubernur dan wakil gubernur kondusif tidak membuat kebencihan dan dendam."

Sebaliknya, lanjut Rico, dalam Pilkada DKI kali ini, calon gubernur, khususnya Basuki Tjahaja Purnama banyak menimbulkan luka di masyarakat. Yang paling menonjol, penggusuran yang dilakukan di kawasan Jakarta Utara.

"Relawan, tim sukses dari parpol berpotensi konflik, gesekan dan benturan karena para relawan, tim sukses itu akan peca dan melibatkan preman," tandasnya. [sam]