Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Mempermudah langkah perusahaan rintisan melantai di BEI

Perusahaan startup atau rintisan biasanya memiliki modal besar dan proyeksi keuntungan yang panjang
Perusahaan rintisan atau startup memiliki peluang untuk bisa berkembang lebih besar dengan mencari modal tambahan di bursa saham melalui Initial Public Offering (IPO).

Sayangnya, meski transaksi bisnis berbasis aplikasi yang banyak dipelopori oleh rintisan sudah menjamur, namun belum ada satu pun dari perusahaan itu yang sudah tercatat di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI).

Baru ada satu rintisan yang memasang target melakukan penawaran saham di 2018, yakni Bhinneka.com. Sementara rintisan-rintisan yang memiliki nilai valuasi besar seperti Go-Jek, Grab Indonesia, Bukalapak, Blibli.com, Tokopedia, dan lainnya belum terdengar memiliki rencana untuk IPO.

Padahal di luar negeri, bisnis perusahaan rintisan seperti Twitter, Alibaba, Amazon, Google dan Pokemon Go (Nintendo) semakin meluas setelah mereka mencatatkan sahamnya di bursa perdagangan.

Melihat kondisi ini, otoritas BEI pun memberikan peluang bagi perusahaan rintisan untuk mencatatkan sahamnya dengan persyaratan yang lebih mudah dibandingkan dengan perusahaan sektor lain pada umumnya.

Salah satunya adalah nilai aset minimal perusahaan yang hanya sejumlah Rp5 miliar. Angka itu berbanding jauh jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang harus memiliki minimal aset sebesar Rp100 miliar.

Namun, persyaratan nilai aset minimal itu juga harus dibarengi dengan proyeksi keuntungan dalam satu hingga dua tahun ke depan. "Rp5 miliar aset sudah bisa go public, tapi tahun depannya harus untung," kata Direktur Utama BEI, Tito Sulistio, dalam detik.com, Rabu (10/8/2016).

Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku saat ini tengah mempersiapkan peraturan-peraturan dan kriteria untuk perusahaan rintisan yang dapat melantai di BEI.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida, mengatakan saat ini rintisan yang berpotensi melantai di BEI dalam waktu dekat adalah yang bergerak di bidang informasi dan teknologi (IT), lantaran peluang yang dimiliki perusahaan ini cukup besar.

"Karena biasanya mereka (perusahaan IT) butuh modal agak besar di awal, kemudian mereka juga punya prospek, tapi bertahaplah," kata Nurhaida.

Pihaknya pun belum berani merinci kapan peraturan terkait perusahaan rintisan agar dapat melantai di BEI dapat direalisasikan. Hal ini dikarenakan banyaknya detail yang harus dikaji lebih dalam agar tidak menimbulkan masalah lagi ke depannya.

Sementara, untuk program jangka menengah dan panjangnya, OJK akan melakukan pembinaan bagi perusahaan rintisan sebelum melakukan IPO. Perusahaan rintisan ini akan dibina terlebih dahulu di sebuah wadah yang disebut inkubator.

Masuknya rintisan ke inkubator yang dibentuk OJK ini dilakukan agar mematangkan pengelolaan keuangan dan manajemen perusahaan agar kinerja ke depannya dapat menghasilkan keuntungan yang membaik.

Inkubator yang dimaksud adalah tempat di mana pemilik rintisan bisa bertemu langsung dengan para investor yang memiliki ketertarikan pada usaha tersebut. Keduanya nantinya akan berdiskusi mengenai rencana bisnis ke depan, dan jika tertarik, investor dapat langsung menanamkan modalnya ke rintisan tersebut.

Setelah rintisan dibina dalam sebuah wadah yang disebut inkubator, rintisan yang sudah dianggap mapan baru bisa melantai di BEI. Program pembinaan yang dilakukan OJK ini merupakan program jangka menengah untuk melancarkan langkah startup melantai di BEI.

"Nanti kalau mereka sudah besar dan sudah mulai bisa masuk ke pasar modal, mereka bisa di IPO-kan. Tapi ini kan program untuk jangka panjang atau menengah untuk mereka sampai menjadi perusahaan go public atau Tbk," tutur Nurhaida.

Di lain pihak, pendiri situs belanja daring, Tokopedia, Leontinus Alpha Edison, mengaku pihaknya belum berencana untuk membawa perusahaannya untuk mengumpulkan modal lebih banyak dari publik.

Karena, saat ini dana investasi yang didapatkan dari para investor dinilainya masih cukup untuk membiayai operasional Tokopedia dalam beberapa tahun ke depan. "Kalau masih bisa mengumpulkan modal sendiri, mengapa harus IPO?" ungkapnya dalam Beritasatu.com.

Untuk diketahui, pada Oktober 2014, Tokopedia berhasil mendapatkan dana investasi sebesar USD100 juta dari SoftBank Internet and Media dan juga Sequoia Capital.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...elantai-di-bei

---

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.7K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.idKASKUS Official
13.4KThread739Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.