Metrotvnews.com, Medan: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy‎ melemparkan wacana yang membuat sejumlah pihak bereaksi. Yaitu memberlakukan sistem belajar satu hari atau full day school. Bagi sebagian pihak, bila wacana itu direalisasikan, masalah pendidikan sekolah akan bertambah.


Bagi Menteri Muhajir, banyak orang tua yang bekerja dan tak bersama dengan anak-anaknya. Orang tua pekerja, yaitu bapak dan ibu, lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja.


Menteri hasil reshufle menggantikan Anies Baswedan itu menganggap full day school sebagai solusi. Orang tua tak perlu lagi pusing memikirkan pengasuh untuk mendampingi anak-anak. Sebab, anak-anak akan lebih aman di sekolah.


Anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan tak sependapat dengan Muhajir. Tak semua orang tua di Indonesia menghabiskan waktu di tempat kerja. Masih banyak ibu di Indonesia yang berkonsentrasi dengan tugas di rumah, termasuk mengurusi anak-anak.


Bagi politikus PDI Perjuangan itu, orang tua bekerja merupakan dilema di kota besar seperti Jakarta. Tapi Indonesia bukan hanya Jakarta. Masalah itu tak ditemukan di daerah lain.


"Jadi jangan jadikan persoalan di Jakarta menjadi kebijakan yang berlaku secara nasional," kata Sofyan dalam rilis yang diterima Metrotvnews.com, Selasa (9/8/2016).




(Anak-anak sekolah di Kendal, MTVN - Iswahyudi)


Bila wacana itu direalisasikan, lalu siapa yang akan bertanggung jawab memberi makan siang pada siswa? Tentunya pemerintah harus mempertimbangkan masalah itu. Jika orang tua yang bertanggung jawab, artinya kesulitan mereka semakin bertambah. Orang tua harus menyetor biaya tambahan untuk kebutuhan anak-anaknya di sekolah. 


Bila itu diserahkan pada negara, artinya pemerintah harus memikirkan anggaran tambahan. Selain itu, pemerintah juga harus menambah penghasilan guru karena jam kerja mereka pun semakin panjang.


"Belum lagi sekolah akan kesulitan menyiapkan ruang kelas kalau jumlah kelas yang ada saat ini terbatas," ujar Sofyan.


Saat ini, orang tua melibatkan anak-anak di kegiatan nonakademik. Misal les musik dan olahraga. Nah bila memberlakukan full day school, pemerintah juga harus memperhatikan kebutuhan tersebut.


"Lantaran itu, Komisi X akan memanggil Menteri Muhadjir untuk menjelaskan wacana tersebut," ujar Sofyan yang pernah mencalonkan diri sebagai Wali Kota Medan itu.




(Muhadjir Effendy berpose setelah dilantik menggantikan Anies Baswedan sebagai Mendikbud, MI - Panca Syurkani)


Senada dengan itu, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, pun menganggap wacana tersebut bias. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menolak wacana tersebut. Alasannya, wacana itu tak cocok diterapkan di daerah, seperti Banyuwangi.


"Seharusnya kebijakan nasional juga mempertimbangkan keberagaman wilayah dan karakter di daerah," ungkap Anas di Banyuwangi.


Di desa, tutur Anas, masih banyak anak yang membantu orang tua bekerja di sawah sepulang sekolah. Ada juga anak yang ikut ibunya membatik. Menurut Anas, itu merupakan bagian dari pengalaman dan interaksi anak dengan orangtua.


"Interaksi itu merupakan pembentukan karakter anak secara utama dan sederhana," pungkas Anas.


Forum Ukhuwah Silaturahmi Pendidikan Alquran (Fuspaq) Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, pun menolak wacana tersebut. Bila itu direalisasikan, 700 tempat pendidikan Alquran (TPA) di Kendal bakal mati.


"Guru-guru TPA menganggur. Anak-anak juga kurang mendapat pendidikan baca tulis Alquran," kata Ketua Fuspaq Kendal, Mustamsiki.


Sumber : http://news.metrotvnews.com/read/201...ikan-bertambah

---

Kumpulan Berita Terkait PENDIDIKAN :

- Full Day School Direalisasikan, Masalah Pendidikan Bertambah

- SMN Lampung Kibarkan Merah Putih di Perbatasan RI-PNG

- Ahok Tunggu Kajian Kebijakan Full Day School