Aku menutup pintu mobil dan kemudian menyetop taksi untuk meneruskan perjalanan menuju rumahku. Dalam perjalanan pulang malam ini pun hadir kembali rasa yang selalu menyelimutiku, “penyesalan”.

Begitulah sekelumit cerita hidupku, percakapan seperti tadi selalu ada untuk menutup sebuah hari ku yang aku benci Selalu ku benci, akan tetapi aku membutuhkan ini. Ah.. beratnya hidup ini.. aku menghembuskan nafas yang entah telah berapa kali untuk hari ini.




Hm.. bahkan supir taksi ini terlihat sama seperti lelaki hidung belang lainnya, melihatku seperti orang kelaparan. Muak, tetapi sepertinya aku memang terlihat pantas untuk itu, ya label “murahan” yang menempel pada diriku. Mungkin sebagian orang yang melihatku sekarang juga akan berfikir seperti ini. Yasudahlah toh yang melihat juga hanya “mas” tadi dan supir taksi ini.

Jam di handphoneku menunjukkan pukul tiga pagi




Aku meninggalkan taksi dan masuk ke dalam rumahku. Gelap, ya sepertinya orang rumah sudah tidur semua. Siapa juga yang masih bangun jam segini? Pikirku. Hmm, banyaksih, orang-orang yang mungkin masih mencoba bertahan hidup melawan kerasnya hidup ini.

Aku masuk kamarku dan menguncinya, hari ini melelahkan. Ku lepaskan pakaianku dan langsung masuk ke dalam selimutku. Hangat dan nyaman, tak lama mata ku terlelap..