Ahok: Pernah Dalam Sejarah Partai Mengatur Saya?
Jakarta - Kandidat calon gubernur petahana Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menolak tawaran menjadi petugas partai sebagai syarat dapat diusung ke Pilgub DKI 2017. Meski begitu, akhirnya Ahok juga
didukung tiga partai politik, yakni Partai NasDem, Hanura, dan Golkar.
"Aduh, mau petugas partai bagaimana? Orang partai kan semua mengusung mendukung. Semua sudah sama. Pernah enggak dalam sejarah politik, partai
mengatur saya?" kata Ahok di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (10/8/2016).
Ahok menepis kekhawatiran bahwa dirinya bakal menjadi petugas partai karena kini telah didukung parpol, dan juga menempuh jalur parpol, menuju Pilgub DKI 2017. Dia juga pernah menolak tawaran
harus menjadi kader partai untuk mendapat
dukungan partai.
"Terus hari ini orang minta saya, 'Kalau mesti
dicalonkan mesti masuk partai saya.' Saya bilang, 'Enggak bisa.'," kata Ahok.
Dia menjelaskan, semua partai bersikap menawari
dirinya menjadi kader. Hal ini dikemukakannya saat
ditanyai partai apa gerangan yang menyodorkan tawaran menjadi kader agar Ahok mendapat dukungan.
"Ya enggak, semua partai mesti menawari dong. Ya
kan?" jawab Ahok.Sebagaimana diketahui, setelah mendapat dukungan tiga parpol, pihak Ahok masih berusaha menggalang
dukungan dari PDIP.
Momen keakraban Ahok dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam mobil Volkswagen Caravelle pada 28 Juli kemarin menjadi peristiwa jelang Pilgub yang mengundang
tanda tanya, apakah jadi Ahok didukung PDIP atau
tidak. Apalagi di dalam mobil juga ada Presiden
Jokowi, mantan tandem Ahok di Jakarta yang juga
kader PDIP. Apa yang dibicarakan dalam mobil itu? "Nanti aku kasih rekaman video nya. Mau tau aja," kata Ahok sambil bercanda.
Ahok juga menceritakan kembali perjalanan
politiknya. Garis besarnya, Ahok tak pernah mau
diatur-atur partai. Dia sempat menjadi Sekretaris
Jenderal (Sekjen) Partai Perhimbunan Indonesia Baru (PIB). "Pernah enggak partai ngatur-ngatur? Jadi Sekjen, gue
(saya) berhenti, keluar, ini Kartu Anggota, ini saya
Sekjen. Saya berhenti," kata Ahok.
Lantas dia masuk ke Partai Golkar. Saat itu dia diberi peringatan agar tak maju ke Pilgub DKI 2012, atau Ahok dipecat dari partai. Namun Ahok memilih maju
ke Pilgub DKI. "Masuk ke Golkar, kalau kamu calon di DKI, nanti kita pecat. Pecat saja. Berhenti saya," kata Ahok.
Ahok kemudian mendarat ke Gerindra. Namun gara-
gara Ahok tak setuju Pilkada dilakukan via DPRD, Ahok keluar dari Gerindra yang mendukung Pilkada tak langsung itu.
"Apa masih kurang (bukti tak bisa diatur partai)?"
tandas Ahok.
SUMBER : m.detik.com/news/berita/3272105/tolak-jadi-petugas-partai-ahok-pernah-dalam-sejarah-partai-mengatur-saya
Mahok harus ingat kesombongan itu bisa menghancurkan siapapun.
Jangan arogan kalau ternyata juga masih butuh pihak lain terutama partai. Dulu koar-koar bermulut besar "Aku gak butuh partai" dan sok paten di jalur independen dan hasilnya adalah
Dan buat #PapaNovanto, yang ditolong bisa saja menikam balik demi untuk popularitas dan "menaik-naiki" dirinya sendiri..