• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • [KOMBAT MERDEKA] Daan Mogot, namanya diabadikan di Jakarta Barat - Tangerang

sien.ly8082Avatar border
TS
sien.ly8082
[KOMBAT MERDEKA] Daan Mogot, namanya diabadikan di Jakarta Barat - Tangerang





Daan Mogot, Namanya diabadikan menjadi jalan terpenting penghubung Jakarta - Tangerang


Nama jalan “Daan Mogot”, pasti sudah sering kita dengar. Itu adalah sebuah nama jalan yang menghubungkan antara Ibukota Jakarta (perempatan Grogol, Jakarta Barat) dengan Kota Tangerang yang masuk wilayah Provinsi Banten. Tapi, tahukah kita, bahwa Daan Mogot adalah seorang perwira militer berpangkat mayor, dan merupakan salah seorang pahlawan nasional yang gugur pada tanggal 25 Januari, 68 tahun silam (tepatnya, 1946), sewaktu terjadi pertempuran di area markas pasukan tentara Jepang di kawasan Kelurahan Lengkong Wetan, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Daan Mogot lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 28 Desember 1928. Nama lengkapnya, Elias Daniel Mogot. Ia anak kelima dari tujuh bersaudara, buah cinta dari pasangan Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang. Saudara sepupu Daan Mogot, antara lain Kolonel Alex E. Kawilarang (Panglima Siliwangi, serta Panglima Besar Permesta), dan Irjen Pol A. Gordon Mogot, mantan Kapolda Sulut.

Pada tanggal 24 Januari 1946, Mayor Daan Jahja menerima informasi, bahwa pasukan NICA Belanda sudah menduduki Parung, dan akan melakukan gerakan merebut depot senjata tentara Jepang di depot Lengkong (belakangan diketahui bahwa Parung baru diduduki NICA bulan Maret 1946). Agresi provokatif NICA Belanda ini tentunya bakal mengancam kedudukan Resimen IV Tangerang, dan MAT secara serius. Karena itulah, pihak Resimen IV Tangerang berencana melakukan tindakan pengamanan. Mayor Daan Jahja selaku Kepala Staf Resimen, segera memanggil Mayor Daan Mogot dan Mayor Wibowo, perwira penghubung yang diperbantukan kepada Resimen IV Tangerang.

Keesokan harinya, tanggal 25 Januari 1946, lewat tengah hari sekitar pukul 14.00 wib, setelah melapor kepada komandan Resimen IV Tangerang Letkol Singgih, berangkatlah pasukan TKR dibawah pimpinan Mayor Daan Mogot dengan berkekuatan 70 taruna MAT, dan delapan tentara Gurkha. Selain taruna, dalam pasukan itu terdapat beberapa orang perwira yaitu Mayor Wibowo, Lettu Soebianto Djojohadikoesoemo, dan Lettu Soetopo. Kedua Perwira Pertama ini adalah perwira polisi tentara (Corps Polisi Militer/CPM sekarang). Ini dilakukan untuk mendahului jangan sampai senjata Jepang yang sudah menyerah kepada sekutu diserahkan kepada KNIL-NICA Belanda, yang waktu itu sudah sampai di Sukabumi, Jawa Barat, menuju ibukota Jakarta. Setelah melalui perjalanan yang berat karena jalannya rusak dan penuh lubang-lubang perangkap tank, serta penuh barikade, pasukan TKR tersebut tiba di markas Jepang di Lengkong sekitar pukul 16.00. Pada jarak yang tidak seberapa jauh dari gerbang markas, truk diberhentikan dan pasukan TKR turun. Mereka memasuki markas tentara Jepang dalam formasi biasa. Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo dan taruna Alex Sajoeti berjalan di muka dan mereka bertiga kemudian masuk ke kantor Kapten Abe. Pasukan Taruna MAT diserahkan kepada Lettu Soebianto dan Lettu Soetopo untuk menunggu di luar. Gerakan pertama ini berhasil dengan baik dan mengesankan pihak Jepang.

Di dalam kantor markas Jepang ini Mayor Daan Mogot menjelaskan maksud kedatangannya. Akan tetapi Kapten Abe meminta waktu untuk menghubungi atasannya di Jakarta, karena ia mengatakan belum mendapat perintah atasannya tentang perlucutan senjata. Ketika perundingan berjalan, rupanya Lettu Soebianto dan Lettu Soetopo sudah mengerahkan para taruna memasuki sejumlah barak dan melucuti senjata yang ada di sana dengan kerelaan dari anak buah Kapten Abe. Sekitar 40 orang Jepang disuruh berkumpul di lapangan. Kemudian secara tiba-tiba terdengar bunyi tembakan, yang tidak diketahui dari mana sumbernya. Letusan tembakan tersebut segera disusul rentetan tembakan yang menyalak dari tiga pos penjagaan bersenjatakan mitraliur yang tersembunyi dan diarahkan ke pasukan taruna yang terjebak. Serdadu Jepang lainnya yang semula sudah menyerahkan senjata, dan sempat berbaris di lapangan, sontak berhamburan merebut kembali sebagian senjata mereka, yang belum sempat dimuat ke dalam truk.

Pertempuran tidak berlangsung lama, karena pasukan Indonesia bertempur di lingkungan kamp serdadu Jepang, dengan persenjataan dan amunisi peluru yang terbatas. Dalam pertempuran, Mayor Daan Mogot terkena peluru pada paha kanan dan dada. Tapi ketika melihat anak buahnya yang memegang senjata mesin mati tertembak, ia kemudian mengambil senapan mesin tersebut dan menembaki lawan sampai ia sendiri dihujani peluru tentara Jepang dari berbagai penjuru.

Akhirnya, seperti juga dinyatakan oleh Mayjen TNI (Purn) R.H.A. Saleh, Peristiwa Lengkong ini adalah peristiwa kecil apabila dilihat dari sudut besarnya usaha bangsa untuk memperoleh dan mempertahankan kemerdekaannya. Tapi, Peristiwa Lengkong mempunyai arti besar, apabila dijadikan ukuran dari pengorbanan yang dapat dan patut diberikan bagi kepentingan Nusa dan Bangsa. Semoga semangat perjuangan dan dharma bakti kepada Bangsa dan Negara yang dimiliki oleh para pahlawan kita itu, dapat pula dimiliki oleh generasi penerus, untuk pembangunan Negara dan Bangsa. Daan Mogot yang jasanya sangat besar dalam peristiwa ini namanya diabadikan menjadi jalan terpenting penghubung Jakarta dan Tangerang dengan kali Mookevart yang membelah di tengahnya.


Museum Lengkong Tangerang
Diubah oleh sien.ly8082 10-08-2016 17:30
0
2.7K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.