Alasan 1,4 Juta Ekstasi Freddy Tak Disita Saat di Cina
TS
maize.farmer
Alasan 1,4 Juta Ekstasi Freddy Tak Disita Saat di Cina
Spoiler for Freddy Budiman:
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Deputi Penindakan Badan Narkotika Nasional (BNN) Benny Mamoto akhirnya angkat bicara terkait dengan tudingan mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI (BAIS TNI) Soleman B. Ponto soal penangkapan dan penggerebekan 1,4 juta ekstasi milik Freddy Budiman pada 2012.
Soleman heran, jika informasi pengiriman ekstasi itu berasal dari polisi Cina, kenapa tidak disita oleh polisi Cina? "BNN yang menggeledah. Maka di sini saya menduga ada kepentingan BNN, kenapa barang ini (kontainer berisi ekstasi) bisa keluar (dari pelabuhan)?" katanya kemarin, Senin, 8 Agustus 2016.
Benny Mamoto membenarkan penangkapan 1,4 juta ekstasi milik Freddy itu berasal dari Cina. Informasi rahasia ini kemudian dibahas lima negara, termasuk United Nation Office on Drugs and Crime, gabungan polisi narkoba dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Negara-negara lain bersepakat akan memburu jaringan narkoba di balik pemilik kontainer itu, termasuk Cina. Maka kepolisian Cina membiarkan kontainer tersebut meluncur ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. "Kalau ditangkap di sana (Cina) kan buntu. Tidak ketahuan siapa yang order," ucap Benny kemarin, 8 Agustus.
Setelah tiba di pelabuhan, Benny memerintahkan anggotanya untuk menyusup ke kontainer berkode TGHU yang diangkut kapal YM Instruction Voyage 93. Tujuannya untuk memastikan bahwa kontainer tersebut memuat narkotik.
Saat penggerebekan, Soleman juga ikut memerintahkan TNI memeriksa kontainer. Namun perintah itu dihalangi Benny. Ia mengaku sengaja tak memberi izin TNI membongkar kontainer tersebut karena kepentingan penyelidikan. "Saat itu BNN belum mengetahui siapa pemesan 1,4 juta butir ekstasi tersebut," ujar purnawirawan inspektur jenderal ini.
Soleman juga heran BNN sangat detail mengetahui isi kontainer yang memuat ekstasi itu. Menurut Benny, BNN memiliki kewenangan khusus yang menjadi senjata rahasianya, sesuai Pasal 75 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. "BNN memiliki kewenangan khusus untuk melakukan control delivery dan undercover buy," tuturnya.
Temuan itu kemudian mulai bererot. "Pertama kami tangkap sopirnya, lalu nyambung-nyambung sampailah ke Freddy Budiman, nyambung ke Chandra Halim alias Akiong," kata Benny. Dari sini, Benny baru bisa menangkap orang yang memesan, yakni Freddy. "Makanya Freddy ditangkap belakangan, setelah penangkapan anak buahnya."
Benny menjelaskan, Freddy dan Akiong mendapatkan narkoba itu dari bandar asal Cina bernama Wang Chang Su. Informasi itu didapat dari kepolisian di Cina melalui sebuah forum internasional. Antar-negara berbagi informasi untuk mengungkap jaringan narkoba hingga akarnya.
Aparat Selundupkan Narkoba? Ini Versi Mantan Ketua BAIS
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis, Laksamana Muda (Purn) Soleman B. Ponto menduga ada keterlibatan aparat Bea Cukai dan Badan Narkotika Nasional dalam penyelundupan narkoba asal Cina yang diimpor terpidana mati Freddy Budiman. Sebabnya, kata dia, BNN mengetahui segala detail tentang kontainer bermuatan narkoba tersebut.
Ia menceritakan awal mulanya BNN mengaku mendapatkan berita dari kepolisian Cina tentang kontainer pembawa narkoba bernomor TGHU 0683898. "Buat saya itu surprise," kata Soleman dalam jumpa pers yang ia gelar menanggapi testimoni Freddy di Jakarta, Senin 8 Agustus 2016.
Menurut dia, badan intelijen saja sulit untuk mendapatkan informasi detail terkait kontainer.
Setelah ada pengakuan Freddy Budiman yang disampaikan Koordinator Kontras Haris Azhar, ia kembali mempertanyakan BNN yang memiliki informasi lengkap terkait data Bill of Leading. "Itu yang tahu hanya pemilik, tidak ada orang lain yang tahu," kata dia. "Dalam bill isinya adalah akuarium, bagaimana BNN sudah tahu isinya narkoba," kata dia.
Berdasarkan pengakuan dalam testimoni yang ditulis Haris Azhar, Freddy selalu menghubungi anggota BNN, kepolisian, dan Bea Cukai setiap akan memasukkan narkoba. Selain itu, ada pengakuan Freddy yang mempertanyakan narkoba pesanannya masih beredar ketika BNN menangkapnya. "Artinya ketika ditangkap ada kemungkinan bahwa barang ini lepas," ujar Soleman.
Soleman Ponto mengklaim pada 25 Mei 2012, ia menerima laporan bahwa Serda Supriyadi, anak buahnya, ditahan BNN karena mengeluarkan kontainer berisi narkoba dari Tanjung Priok. Supriyadi, kata dia, menjelaskan bahwa kontainer itu adalah kontainer ketiga yang tidak dilaporkan oleh Bea Cukai. "Staf saya bertanya kepada petugas intelijen Bea Cukai Tanjung Priok, mengapa perintah Kepala BAIS untuk memeriksa kontainer itu tidak dilaksanakan?" kata dia.
BNN menangkapn kontainer tak tercatat tersebut ketika keluar dari pelabuhan. Apabila dibuka di pelabuhan dan mengetahui isi kontainer ketiga adalah narkoba, kata Soleman, maka kontainer tersebut tak bisa keluar pelabuhan. "Maka di sini saya menduga ada kepentingan BNN, kenapa barang ini bisa keluar," kata dia.
ARKHELAUS W.
1. mulai terbuka ..
ternyata tahun 2012 penyelundupan ekstasi oleh Freddy menggunakan koperasi milik intelijen TNI ..
kayaknya memang bagi2 duit terlihat benar, bagaimana mungkin koperasi BAIS TNI bisa terlibat kayak begini? dan peran oknum2 Bea Cukai dan BNN perlu dikejar ..
isunya ekstasi yang sudah ditangkap BNN, kemudian bisa beredar di pasaran ..
2. Mengapa Haris baru membuka masalah ini sekarang? setelah 2 tahun?
apakah ada kemungkinan karena Haris menunggu untuk orang2 yang disebutkan namanya "turun tahta" dulu?
ada yang bisa kasih clue?
masak koperasi TNI main kontainer?
pantas aja dwelling time kita lama .. soalnya yang main TNI, Bea Cukai, Polisi .. dll
masak koperasi BAIS TNI main kontainer
Diubah oleh maize.farmer 09-08-2016 17:51
0
4.8K
Kutip
54
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!