Foto2 pembantaian terhadap pengedar narkoba di Filipina setelah presiden baru ‘Rodrigo Duterte’ mendekrarasikan perang terhadap narkoba menuai kecaman berbagai pihak baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, terutama pihak HAM. Lebih dari 300 orang terbunuh hanya dalam 1 bulan setelah presiden memerintahkan polisi menangkap pengedar maupun pemakai narkoba dipenjarakan ataupun dikubur.




President Duterte telah dijuluki ‘The Punisher’ karena kebrutalannya memerangi narkoba. Dia memerintahkan polisi melaksanakan eksekusi terhadap pengedar dan pemakai narkoba, yg edan adalah dia mendesak warga untuk membunuh pengedar dan juga pengguna narkoba.




Hampir 300 pengguna dan pengedar narkoba telah tewas sejak mulai Juli ini, dan jumlah korban akan bertambah terus. Dari kantor seketaris komunikasi mengatakan bahwa 60.000 pecandu narkoba telah menyerahkan diri pd pihak berwenang.




Presiden Duterte meminta polisi menggandakan semangat pembasmian dan mengabaikan kemarahan pihak2 yg tdk setuju atas jumlah kematian yg terus bertambah, Duterte mengatakan bahwa narkona telah menenggelamkan negaranya dan semua ini harus segera dihentikan.




Pengacara hak azasi manusia menyatakan keprihatinan mendalam atas kebrutalan diluar kendali dalam memerangi narkoba, korban tewas terus bertambah, dan sebagian tidak terkonfirmasi identitasnya, karena muka mereka dilakban.








Apakah semua yg tewas bener2 pemakai dan pengedar narkoba?

Janji kampanye untuk memberantas narkoba dan criminal ditepati, mengabaikan HAM dan proses praduga tak bersalah, dan juga proses pengadilan dalam aksinya demi untuk kenyamanan dan keamanan masyarakat (katanya!)
Kritikan dan kemarahan berbagai pihak terus bermunculan. Banyak yg mengecam tindakan brutal, mengeksukusi tanpa proses pengadilan.

Diringkas dari SUMBER

Beranikah pemerintah kita menirunya?
Jadi ingat petrus, bedanya petrus secara sembunyi-sembunyi
Dan Duterte ‘the Punisher’ secara terang2an.