plazakameraAvatar border
TS
plazakamera
Full Review: DJI Osmo (Handheld Stabilizer Revolusioner "Katanya")
Anda yang tertarik dan berujung sampai pada Blogpost kali ini mungkin adalah pengguna GoPro (dan Feiyu), atau videografer, atau fans produk-produk DJI.

At least itu yang saya pikirkan pertama kali emoticon-Smilie.

Namun, melihat betapa bagus video dan media promosi DJI, tidak heran jika kita sebagai orang awam juga bertanya-tanya what is this Osmo thing??



Apa itu DJI Osmo?
Handheld stabilizer yang sudah ada kameranya (sederhananya seperti itu).

Jika Anda sudah pernah mendengar istilah drone, mungkin Anda sudah tahu tentang DJI, produsen drone paling terdepan saat ini. So what?

Well, yang membuat DJI (dengan drone-nya) begitu terkenal hingga saat ini adalah karena mereka mampu memberikan hasil video yang sangat stabil di setiap drone mereka.

Dan sekarang bayangkan, kestabilan yang fantastis (bahkan pada sebuah drone) itu ada pada stick seukuran genggaman tangan, dan membuat Anda layaknya seorang cameraman handal in no time: itulah DJI Osmo.

Sebelumnya, orang-orang yang suka videografi menggunakan perlengkapan stabilisasi video yang berat dan mahal, ada juga yang menggunakan Feiyu: sama-sama handheld stabilizer, namun mesti menggunakan kamera action seperti GoPro. Tapi kali ini kita tidak membandingkan (sedikit-sedikit sih), kali ini kita full akan membahas this new thing: DJI Osmo.

Inside The Box





Begitu membuka box Osmo, kita langsung disambut dengan hardshell handy bag, dan beberapa kotak kardus kecil yang disusun layaknya LEGO di dalam box tadi. Di dalam hardshell bag sudah disusun rapi dan aman sebuah stick penuh dengan tombol dan kamera (this Osmo thing).

Begitu menyentuh Osmo ini, saya langsung memasang kesan yang baik karena rubber skin pada handle-nya sangat nyaman, stick dan engsel-engselnya pun terlihat kokoh.

Sekilas, juga terlihat beberapa logo gembok di sekitar kamera yang nantinya pasti jadi axis stabilizer. Ini benar-benar memberikan rasa aman karena kebanyakan stabilizer (apalagi yang menggunakan motor seperti feiyu) masih belum ada yang menerapkan sistem lock pada axisnya (padahal gimbal pada stabilizer adalah hal paling penting).





Di kotak kardus kecil, kita akan mendapati baterai+charger, strap, dan manual book.

Seperti produk-produk drone DJI lainnya, DJI Osmo menggunakan seri baterainya sendiri dan berkapasitas 980 MAh: it will give you 60 minutes untuk merekam video. Dan menggunakan charger desktop, artinya ke depannya kita cukup membeli baterai cadangan (nggak perlu beli charger lagi) karena kita bisa pakai Osmo dengan satu baterai, selagi ngecharge baterai yang lain di desktop.



Handphone Holder-nya pun bisa stretch cukup lebar, cukup lebar hingga Samsung Note 5 pun masih cukup. Di gambar paling atas, saya menggunakan Iphone 6 untuk mencoba DJI Osmo ini.

Desain holdernya pun cukup unik dan aman, daripada menekan bagian atas dan bawah handphone, holder didesain untuk mencengkeram bagian ujung-ujung (atas-samping) handphone. Kita juga bisa melepas bagian holder handphone ini dan menggantinya dengan aksesoris-aksesoris Osmo yang lain (bicycle arm, misalnya).




Kamera X3 yang terpasang pun juga dilindungi dengan ciamik oleh DJI. Lensa sudah dilindungi filter dan sekaligus sudah ada lens cap-nya juga.




Ok, enough with opening the box. Sebelum kita lanjut review penggunaan DJI Osmo, ada baiknya Anda melihat spesifikasi Osmo ini:



Karena Osmo sudah include kamera,
maka pasti kualitas kamera di sini sangat krusial. Anda akan mendapatkan sensor buatan Sony, lensa wide yang setara lensa 35mm, dan f 2.8: ini akan memberikan hasil yang cukup untuk merekam video yang bagus. Ukuran foto terbesar yang bisa Anda dapatkan dari kamera ini adalah 12MP, namun video Anda mampu seukuran bioskop (4k/4096×2160 pixels).

Untuk Anda yang suka fotografi mungkin akan sedikit merasa terbatasi dengan ISO range yang hanya mencapai 1600 di foto, dan 3200 pada video. But hey, di sini Anda bisa secara manual mengganti shutter speed yang digunakan sehingga Anda bisa lebih kreatif lagi menggunakan Osmo ini untuk foto. Bahkan GoPro pun belum memberikan fitur ini.

Shutter speed yang bisa digunakan pun cukup tinggi, 1/8000 jika ingin cepat dan hingga 30s (manual mode) jika ingin menggunakan long exposure.

Untuk video, jika Anda ingin membuat slo-mo video, saya sarankan pakai resolusi di Full HD saja, Osmo akan mampu merekam hingga 120fps pada resolusi itu.

Sekarang, bagaimana dengan gimbalnya?
Sooooooo smooooothhhh…. bahkan panningnya hampir 360′. Yang saya suka dari mekanisme gimbal pada Osmo ini adalah kamera tidak selalu menghadap ke depan (layaknya Feiyu). It doesn’t matter where it starts, it doesn’t matter where it ends, it provides you stability.

Kenapa begitu penting? Pada Feiyu, kamera selalu mengadap ke depan, maka kita akan bingung setengah mati ketika entah mengapa GoPro yang terpasang di sana tidak lagi menghadap ke depan , iya kan? Di sini, daripada mengharuskan kamera menghadap ke depan, DJI memberikan fitur joystick, dimana kita bisa mengarahkan kamera menghadap mana saja. Bahkan ketika joystick tidak jalan, Anda bisa mengarahkan kamera ini kemana saja menggunakan tangan, and it’s fine (selama Anda tidak memaksa dan melewati batas-batas tilt, pan, dan roll yang disarankan).

Untuk mengenai memory, Osmo sudah dilengkapi dengan Micro SD keluaran Lexar dengan kapasitas 16Gb. Namun jika ingin mengganti ke kapasitas yang lebih tinggi, perlu diingat bahwa maximum bitrate video adalah 60Mbps (kemungkinan besar read speed memory di memory tidak boleh lebih dari ini, kita cek lagi nanti), kapasitas maksimum 64Gb dan harus support 4k.

Sudah ada built-in mic juga, tapi setelah dicoba, saya sarankan tetap menggunakan microphone eksternal untuk hasil yang lebih baik. Why? Nanti akan saya jawab.

How to use this Osmo thing…


coba play di 1080 untuk hasil yang lebih baik...



Video-video di atas direkam dengan format yang berbeda. Yang atas merupakan file asli dari memory DJI Osmo dan hanya bisa kita copy secara manual melalui Micro SD ke komputer. Sedangkan yang bawah adalah file thumbnail/temporary review yang otomatis terdowload ke handphone jika Anda memutuskan untuk play video melalui app.

Poinnya adalah: DJI Osmo sangat-sangat stabil dan sangat mudah sekali digunakan. Dengan adanya sistem joystick, mengarahkan kamera menghadap kemana saja cukup menggerakkan jempol semata, gilanya lagi pergerakannya sangat smooth (dapat dilihat di video kedua dimana saya menggerakkan kamera menghadap ke atas, gerakannya sangat halus).



Selain menggunakan joystick, Anda bahkan juga bisa mengendalikan kamera melalui app, semua gesture yang Anda buat di app akan mengarahkan kamera juga.

Untuk record video gunakan tombol start/stop (pada gambar di atas), dan jika ingin mengambil foto gunakan tombol shutter.



Trigger button di depan juga sangat berfungsi, terutama untuk Lock Mode dimana kamera hanya akan menghadap ke satu titik selama tombol trigger ditekan.

Jika tombol trigger Anda tekan 2x, kamera akan melakukan re-centering, berada di titik tengah dan menghadap ke depan.

Tekan tombol trigger 3x, maka kamera akan berada di selfie mode, dimana kamera akan berbalik dan menghadap Anda.

The App
Salah satu keunggulan utama DJI Osmo dibanding stabilizer lain (baik yang mahal dan besar maupun yang handheld seperti Feiyu) adalah aplikasi pendampingnya, DJI Go, available untuk IOS dan Android.

Kenapa App ini jadi begitu penting?
Pertama, mirip seperti GoPro, semua setting kamera bisa diubah-ubah melalui aplikasi. Bayangkan jika untuk mengatur kamera saja, Anda perlu mencopot kamera dari gimbal dan mengganti settingan setelahnya, ini yang terjadi pada gimbal dan stabilizer untuk kamera DSLR.

Kedua, sinkronisasi kamera dan liveview di app sangat cepat. Jika Anda pernah menggunakan GoPro, ketika GoPro coba Anda gerakkan, akan ada delay pada liveview yang tampak pada App, iya kan? Pada Osmo, hal ini tidak terjadi. Mungkin ini memang terkait faktor kualitas wifi yang ada pada Handphone, tapi tetap saja overall liveview pada Osmo ini masih sangat cepat.

Sebagai videografer, hal ini akan menjadi sangat krusial karena komposisi adalah segalanya. Dengan adanya sinkronisasi yang cepat, phone holder, serta bisa mengganti setting kamera secara real time, sang videografer bisa menggerakkan kamera dengan tetap memonitor komposisi supaya sesuai dengan yang direncanakan.

Berikut beberapa poin-poin plus lain dari app DJI Go untuk DJI Osmo:



Semua info yang kita butuhkan sudah kelihatan, mulai dari ISO, shutter speed, EV, resolusi, baterai, dan bahkan jumlah menit video yang bisa kita rekam dengan mempertimbangkan memory yang kita gunakan sekarang (Great!).



Ada 3 mode pada kamera yang bisa kita gunakan: Auto, S, dan M. Pada mode S, ISO akan lebih sensitif terhadap scene. ISO bisa berada pada angka-angka ajaib seperti 1220 (dalam gambar) dan memberikan hasil yang lebih baik karena benar-benar disesuaikan dengan scene yang sedang kita rekam (dan itu otomatis).

Pada mode yang lain, ISO akan adaptif juga (berubah-ubah disesuaikan dengan scene), hanya saja, ISO akan melompat-lompat di angka yang umum seperti 100, 400, 800, 1600, dll.



Opsi white balance pun juga bisa diganti dengan cepat melalui tombol “AWB” di kanan.



Mode foto pada Osmo terdapat beberapa:

Single: foto biasa
Multiple: sama seperti Burst, akan mefoto secara berkelanjutan selama sekian detik (kita yang menentukan)
Interval: sama seperti timelapse pada umumnya, Osmo akan mengambil foto setiap sekian detik.
Panorama: (Ini nih), kamera akan memutar 360′ atau 180′ (sesuai yang kita inginkan) secara otomatis dan membuat foto panorama dengan sangat rapi.
Timelapse: sama seperti mode interval di atas, hanya saja semua foto akan dicombine menjadi satu video. (Frame per second, diatur di general setting).

The Cons
Setelah kita review, kami juga menemukan kelemahan dan potensi-potensi masalah yang mungkin terjadi pada DJI Osmo.

Overheat/Terlalu Panas: kamera, gimbal, dan aplikasi yang bekerja sebegitu baiknya membutuhkan kerja keras dari sisi prosesor sehingga jadi mudah panas. DJI sudah memberikan solusi berupa built-in fan/kipas untuk ini yang langsung berputar begitu kita menyalakan DJI Osmo.
Sound yang kurang bagus: Meskipun sudah ada built-in microphone, kualitas sound yang dihasilkan masih kurang cukup untuk jadi final sound yang akan dipakai, karena itu tetap disarankan menggunakan external mic (sudah ada jack 3.5mm, dan DJI menyediakan aksesoris berupa arm untuk menempatkan external mic). Perlu diingat juga, suara kipas yang begitu keras juga berpotensi mengganggu suara yang masuk.
Kamera dirasa inferior dibandingkan GoPro: beberapa orang yang sudah mencoba Osmo merasa kualitas gambar, terutama saat malam, masih belum melewati apa yang ditawarkan GoPro Hero 4 (Karena ISO Range Osmo memang lebih rendah). But, saya pribadi tidak melihat perbedaan yang mencolok selain GoPro jauh lebih wide.
Durasi baterai: kapasitas 980 MAh dirasa sangat kurang. Total Anda hanya bisa merekam video selama 60 menit dengan 1 baterai.
Meskipun Osmo masih memiliki beberapa kekurangan yang cukup fundamental, DJI sudah berhasil merevolusi industri handheld stabilizer yang selama ini kita kenal.

Terlebih, DJI selalu memberikan customernya nilai plus dengan terus memberikan update-update software yang terjadwal dengan baik, juga aksesoris-aksesori yang sangat useful. Info di website yang lengkap serta pelayanan CS yang responsive dirasa menjadi poin utama mengapa Osmo layak dibeli, mengingat pelayanan dan informasi pada Feiyu masih kurang cepat dan kurang lengkap.

GET YOUR DJI OSMO!!!




Saya bukanlah profesional fotografer ataupun profesional videografer. Hanya sekedar tech enthusiast yang nggak tahan untuk mereview apapun yang bisa direview emoticon-Smilie

-Salam-

Patriot Widodo
0
21.3K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Photography
PhotographyKASKUS Official
14.2KThread4.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.