Kontras-News.com – Bondowoso | Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, namun di beberapa wilayah masih banyak sarana gedung sekolah yang tidak layak huni namun masih digunakan guru dan siswa untuk proses belajar mengajar. Seperti yang ada di Sekolah Dasar Negeri 05 Solor , Desa Solor Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso (04 , 12).

Beginilah suasana belajar siswa Sekolah Dasar Negeri 05 Solor yang berlokasi di Desa Solor Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso. Jumlah siswa SD ini yaitu sebanyak 55 murid. Kondisi ruangan sekolah yang berdiri sejak tahun 2005 ini sangat tidak mencerminkan sebuah bangunan sekolah. Ruangan kelas Sekolah Negeri ini hanya berdinding bambu dengan lantai tanah. Seng yang berfungsi sebagai atap pun sudah banyak yang rusak. Akibatnya, jika hujan air akan masuk kedalam ruang kelas sehingga membuat pihak sekolah terpaksa menghentikan kegiatan belajar sementara waktu. Selain itu, bangku yang jumlahnya terbatas membuat beberapa siswa harus berdesakan menggunakan bangku tersebut untuk digunakan tiga orang siswa. Enam guru mengajar para murid dengan enam papan tulis berukuran 100 x 50 centimeter, yang diikat dengan kawat ke dinding bambu. Sekolah gubuk itu didirikan dengan dana swadaya masyarakat sejak akhir tahun 2005. Pihak sekolah telah beberapa kali mengajukan proposal pembangunan gedung sekolah yang lebih layak ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bondowoso, namun hingga kini belum ada tanggapan. Orangtua murid berharap pemerintah Kabupaten Bondowoso segera membangun gedung sekolah baru agar proses belajar-mengajar menjadi lebih baik.

(“Sekolah ini saya harap bisa dibangun oleh pemerintah, agar anak – anak kami bisa belajar dengan tenang dan nyaman. Selain itu dengan di bangun gedung, sekolah sini lebih banyak siswanya.”)
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Bondowoso, Endang Hariyati, mengatakan pihaknya sudah merencanakan membangun gedung SDN 05 Solor pada tahun 2013 mendatang. Alokasi dana pembangunan untuk sekolah tersebut sudah ditetapkan dalam APBD 2013.[OKI-LIS]

sumber

Perjuangan Erah Menggapai Mimpi di Sekolah


Seorang siswi bernama Erah berlari usai mengikuti pelajaran di kelasnya, Lebak, Banten, Senin (2/12).



Erah bersama dengan teman-temannya menyusuri perbukitan saat berangkat sekolah di desa Sinar Jaya


Seorang guru mengajarkan Erah menulis di depan kelas saat kegiatan belajar mengajar di SDN 1 Giri Jagabaya, desa Sinar Jaya, Lebak, Banten, Senin (2/12). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat


Meskipun tanpa sepatu Erah (kanan) tetap semangat ikut kegiatan belajar mengajar di SDN 01 Giri Jagabaya di desa Sinar Jaya, Lebak, Banten, Senin (2/12). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat


Seorang guru mengajarkan kelas tempat dimana Erah belajar di SDN 1 Giri Jagabaya di desa Sinar Jaya, Lebak, Banten, Senin (2/12). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat


Sejumlah anak-anak keluar kelas seusai engikuti kegiatan belajar mengajar di desa Sinar Jaya, Lebak, Banten, Senin (2/12). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.

Ironis jika melihat generasi muda yang dibanggakan dan diharapkan dapat menjadi pemimpin bangsa kelak sekaligus penerus cita-cita generasi sebelumnya ternyata masih banyak yang terjerat dalam lingkaran hitam kemiskinan dan memaksa mereka untuk berhenti bersekolah. Hal ini sangat bertentangan sekali dengan undang-undang pemerintah yang menjamin setiap warganya untuk menikmati pendidikan yang layak, namun jika melihat kenyataannya saat ini masih banyak sekali anak-anak usia sekolah,terutama yang tinggal di daerah pelosok, menanggalkan seragam sekolahnya karena alasan ekonomi dan memilih untuk bekerja membantu orang tua mereka.















KLO BERKENAN kasih yg seger2 segelas aja ya gan

JNGAN DI TIMPUK DNG YA GAN