- Beranda
- The Lounge
Primadona saat ramadan
...
TS
deiphones
Primadona saat ramadan
Quote:
Makanan khas Mandailing di Tapanuli Selatan kini menjadi primadona yang diburu warga khususnya selama bulan Ramadan. Pakat, rotan muda yang dibakar dan dijadikan campuran hidangan sayur untuk membangkitkan selera menyantap makanan kala berbuka puasa. Selama Ramadan ramai pedagang yang menjualnya di beberapa area seperti Jalan Sisingamangaraja, Jalan Prof.H.M Yamin, Jalan Gatot Subroto dan Jalan Letda Sujono.
Melihat para pedagang pakat membakar batang-batang muda rotan yang berwarna hijau, menjadi daya tarik tersendiri bagi warga dan pengendara yang berlalu lalang di kawasan tersebut. Asap mengepul dari tempat – tempat pembakaran batang pakat seperti di Jalan Letda Sujono, Medan Tembung. Khomsati Harahap, seorang warga yang membeli pakat di Jalan Letda Sujono, mengatakan bahwa pakat yang dibelinya akan dicampur dengan urap. Selain urap, pakat juga bisa diolah menjadi sambal teman untuk makan hidangan ikan bakar atau dijadikan gulai kuning. “ Pakat ini mau dijadikan urap, kebetulan kami dirumah banyak yang suka, “ kata Khomsati saat ditemui Imaji, akhir pekan lalu.
Pakat sebenarnya memiliki rasa yang agak kelat dan pahit. Namun justru karena sensasi itulah yang membuat pakat menjadi idola. Kemriana Siregar, pedagang pakat mengatakan saat ini tidak hanya masyarakat Mandailing saja yang menyukai pakat. Banyak yang mengenal dan menyukai pakat. Keramaian pedagang dan para pembeli yang di sejumlah kawasan pedagang pakat membuktikan bahwa memang pakat dicari-cari.
Pakat dipilih dari rotan muda yang biasanya dibagian pucuk dan dibakar di atas api yang menyala besar hingga matang. Proses pembakaran dilakukan selama hingga 30 menit. Para pedagang menggunakan drum bekas sebagai tempat pembakaran dan merentangkan puluhan batang pakat muda diatasnya. Tentu saja batang pakat akan menghitam usai dibakarTetapi nantinya ketika akan diolah atau dimakan, pakat terlebih dahulu harus dilepaskan kulitnya. Isi dalam batang pakat berwarna putih tersebutlah yang dipotong-potong dan siap untuk dimakan langsung bersama hidangan lainnya. Ataupun diolah kembali menjadi bahan urap maupun langsung menjadi lalapan dengan sambal cabai.
Mereka yang menggemari pakat biasanya akan membeli pakat dengan porsi besar hingga puluhan batang. “ Pakat ini memiliki khasiat untuk memulihkan stamina” kata Rivai yang gemar memakan pakat untuk hidangan berbuka dan juga sahur. Harga pakat yang dijual pedagang cukup murah, hanya Rp 10.000 –Rp 15.000 untuk empat hingga lima batang pakat. Para pedagang juga mengaku dapat menghabiskan hingga ratusan batang pakat setiap harinya.
Melihat para pedagang pakat membakar batang-batang muda rotan yang berwarna hijau, menjadi daya tarik tersendiri bagi warga dan pengendara yang berlalu lalang di kawasan tersebut. Asap mengepul dari tempat – tempat pembakaran batang pakat seperti di Jalan Letda Sujono, Medan Tembung. Khomsati Harahap, seorang warga yang membeli pakat di Jalan Letda Sujono, mengatakan bahwa pakat yang dibelinya akan dicampur dengan urap. Selain urap, pakat juga bisa diolah menjadi sambal teman untuk makan hidangan ikan bakar atau dijadikan gulai kuning. “ Pakat ini mau dijadikan urap, kebetulan kami dirumah banyak yang suka, “ kata Khomsati saat ditemui Imaji, akhir pekan lalu.
Pakat sebenarnya memiliki rasa yang agak kelat dan pahit. Namun justru karena sensasi itulah yang membuat pakat menjadi idola. Kemriana Siregar, pedagang pakat mengatakan saat ini tidak hanya masyarakat Mandailing saja yang menyukai pakat. Banyak yang mengenal dan menyukai pakat. Keramaian pedagang dan para pembeli yang di sejumlah kawasan pedagang pakat membuktikan bahwa memang pakat dicari-cari.
Pakat dipilih dari rotan muda yang biasanya dibagian pucuk dan dibakar di atas api yang menyala besar hingga matang. Proses pembakaran dilakukan selama hingga 30 menit. Para pedagang menggunakan drum bekas sebagai tempat pembakaran dan merentangkan puluhan batang pakat muda diatasnya. Tentu saja batang pakat akan menghitam usai dibakarTetapi nantinya ketika akan diolah atau dimakan, pakat terlebih dahulu harus dilepaskan kulitnya. Isi dalam batang pakat berwarna putih tersebutlah yang dipotong-potong dan siap untuk dimakan langsung bersama hidangan lainnya. Ataupun diolah kembali menjadi bahan urap maupun langsung menjadi lalapan dengan sambal cabai.
Mereka yang menggemari pakat biasanya akan membeli pakat dengan porsi besar hingga puluhan batang. “ Pakat ini memiliki khasiat untuk memulihkan stamina” kata Rivai yang gemar memakan pakat untuk hidangan berbuka dan juga sahur. Harga pakat yang dijual pedagang cukup murah, hanya Rp 10.000 –Rp 15.000 untuk empat hingga lima batang pakat. Para pedagang juga mengaku dapat menghabiskan hingga ratusan batang pakat setiap harinya.
sumber:http://www.tabloidimaji.com/2016/06/...-saat-ramadan/
0
991
Kutip
16
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.3KThread•83.9KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok