Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

arfrtkAvatar border
TS
arfrtk
Lumajang, Kota Tua yang Terlupakan
Lebaran saya mudik ke kampung halaman di kec. Pasirian Kab Lumajang, saat dirumah kebanyakan nganggur tidak ada kerjaan terus saya gunakan main-main disekitar pasirian dan berhenti ke sebuah makam di puncak gunung tambuh, tiba-tiba terlintas bagaimana asal-usul kota lumajang, kemudian saya mulai menggali informasi ke orang-orang tua dan browsing akhirnya tercipta thread ini



Lumajang adalah sebuah kota kecil yang terletak disebelah timur kaki gunung Semeru di propinsi Jawa Timur. Lumajang dapat di tempuh dalam waktu sekitar 4 jam dari Surabaya ke arah selatan. Secara geografis wilayah Lumajang dikelilingi oleh pegunungan vulkanik dengan puncak-puncaknya berupa gunung api aktif. Di sebelah barat ada gunung Semeru yang merupakan gunung berapi aktif dan juga gunung tertinggi di pulau Jawa. Disebelah utara ada pegunungan Bromo yang juga merupakan gunung berapi aktif serta gunung Lemongan. Letak Lumajang yang di apit oleh pegunungan menyebabkan wilayah Lumajang mempunyai lahan yang subur. Lumajang selatan Berdasarkan beberapa penemuan arkeologis yang berupa penemuan manik-manik, beberapa watu lumpang, punden berundak dan menhir menunjukan bahwa wilayah Lumajang sudah dihuni oleh manusia prasejarah, walaupun sampai saat ini belum ditemukan fosil manusia purba. Pada masa selanjutnya yaitu masa Hindu-Budha Lumajang juga disebut-sebut dalam beberapa sumber sejarah yaitu dalam kitab Pararaton, Negarakertagama, Kidung Harsa Wijaya, Bujangga Manik, Serat Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda. Selain data tekstual di wilayah Lumajang juga ditemukan beberapa prasasti yaitu, prasasti Ranu Gembolo yang dibuat pada masa pemerintahan Kameswara raja Kediri, prasasti Pasrujambe. Prasasti Mula Malurung yang ditemukan di Kediri menyebutkan nama Lumajang dan juga disebutkan bahwa yang menjadi juru (pelindung) di Lumajang adalah Nararyya Kirana. Nararyya Kirana sendiri merupakan putra dari Nararyya Seminingrat (Wisnuwardhana). Prasasti ini berangka tahun 1177 Saka atau 1255 M, merupakan data tertulis tertua yang menyebutkan nama Lumajang. Prasasti Mula Malurung menjadi tonggak dasar penetapan hari jadi Kabupaten Lumajang.



Pada masa Majapahit, nama Lumajang (Lamajang) mulai muncul lagi terkait dengan pemberian tanah hadiah oleh Raden Wijaya kepada Arya Wiraraja atas jasa-jasanya telah membantu Raden Wijaya mengalahkan Jayakatwang. Janji Raden Wijaya kepada Arya Wiraraja diceritakan dalam kidung Panji Wijayakrama yang dikutip oleh Slamet Mulyana (2006:122) bahwa Raden Wijaya secara jujur berjanji kepada Wiraraja, jika kelak Kabul maksudnya, dapat menguasai pulau Jawa, sebagai tanda terima kasih, kerajaan akan dibagi menjadi dua antara Raden Wijaya dan Arya Wiraraja, dimana Arya Wiraraja mendapatkan Lamajang Tiga juru meliputi Lamajang, Panarukan, dan Blambangan (Rangkuti,2003:27). Sesudah Arya Wiraraja meninggal, yang menguasai Lamajang adalah Mpu Nambi. Kekuasaan Mpu Nambi di Lamajang tidak bertahan lama di karenakan serangan oleh Majapahit dibawah pemerintahan Jayanegara. Serangan Majapahit tersebut berhasil memporak-porandakan Lamajang bahkan pertahanan Mpu Nambi di Pajarakan juga ikut hancur. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Lamajang dikunjungi dalam rangka kunjungan kenegaraan. Hal itu tercatat dalam naskah Nagarakrtagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca, yang menyebutkan beberapa nama tempat di Lamajang yang disinggahi oleh Hayam Wuruk antara lain, Padhali (Ranubedali), Arenon (Kutorenon), Panggulan, Payaman, Rembang (Tempeh), Kamirahan, Kunir. Menurut Gunadi (1990) ada 8 kota kuno di Lumajang yaitu, Kertosari, Lumajang, Pajarakan, Kandangan, Kunir, Kutorenon, Kertowono dan Pasrujambe.



Lumajang pada masa Islam juga selalu menjadi incaran kerajaan-kerajaan Islam yaitu Demak dan Mataram. Secara geografis Lumajang memang harus di taklukan terlebih dahulu untuk menguasai daerah tetangganya yaitu Blambangan. Sultan Agung dari Mataram melakukan hal tersebut, sebelum melakukan penyerangan ke Blambangan, pasukan Mataram dibawah pimpinan Tumenggung Alap-alap menaklukan Lumajang. Pada saat penyerangan Mataram ke Blambangan, Lumajang menjadi pos penyerangan. Ketika Nusantara berada dibawah pengaruh VOC, Lumajang juga dikuasai oleh VOC. Pada waktu itu status Lumajang adalah kepatihan. Sedangkan pada masa Hindia Belanda, berdasarkan statblat no 319/1927 Lumajang bagian dari kabupaten Probolinggo. Lumajang terdiri dari 4 distrik, yaitu distrik Yosowilangun, Lumajang (kota), Klakah, Pasirian. Pada tahun 1928 Lumajang menjadi kabupaten sendiri, hal itu berdasarkan statblat no 319/1928 Lumajang dari kepatihan berubah menjadi Regensh atau kabupaten. Lumajang merupakan kota yang telah ada sejak masa Kediri, Singhasari, Majapahit, Islam, Kolonial, bahkan pada masa Jepang dan sesudah kemerdekaan Lumajang juga menunjukan eksistensinya. Melihat dari perjalanan Lumajang yang begitu lama, membuktikan bahwa Lumajang pantas disebut sebagai kota tua yang tetap eksis setelah Tuban. Akan tetapi kota kuno yang telah mengalami sejarah panjang sekarang masih tertidur, sejarah masa lalunya kurang mendapatkan perhatian. Bahkan perkembangan kotanya saat ini terasa lambat bila dibandingkan dengan tetangga kabupatenya yaitu Malang, Jember, dan Probolinggo.



Kerajaan Lamajang didirikan oleh seorang tokoh pengatur siasat yang mumpuni dan menjadi arsitek utama Kerajaan Majapahit, yaitu Arya Wiraraja. Arya Wiraraja adalah seorang negarawan dan tokoh politik internasional yang sebelumnya adalah seorang Adipati Sumenep. Ia sangat pandai berdiplomasi dengan sejumlah pedagang dan pejabat kerajaan luar negeri di zamannya. Wiraraja adalah keturunan Raja Airlangga dan Singosari yang kemudian memimpin Kerajaan Majapahit Timur (Lamajang) karena berhasil membantu Raden Wijaya memberontak pada Jayakatwang Raja Singosari. Kebesaran Lamajang saat itu dikenal bukan saja karena luasnya daerah kekuasaan, tetapi juga karena disana merupakan basis pemerintahan tokoh-tokoh yang disegani. Wiraraja memiliki putra bernama Adipati Nambi. Nambi inilah yang sebenarnya teman seperjuangan Raden Wijaya yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit. Berkat campur tangan dan pemikiran Wiraraja dan Nambi, Kerajaan Majapahit ini dapat berdiri dan menguasai nusantara hingga separuh dunia. Juru Kunci Makam Ki Joyoboyo menuturkan, Arya Wiraraja memilih Kerajaan Lamajang untuk dipimpinnya karena negeri ini makmur dan damai. "Jika Kerajaan Lamajang dipadankan dengan Kerajaan Majapahit yang ada di Mojokerto, Kerajaan Lamajang jauh lebih besar.” Diceritakannya, sejarah Lamajang yang paling dikenal adalah saat Adipati Nambi hendak menjenguk Wiraraja yang sedang sakit keras. Saat menjenguk, Nambi dihasut Mahapatih, salah seorang adipati dari Kerajaan Majapahit yang licik. Mahapatih sesungguhnya dititah Raja Jayanegara untuk menyampaikan pesan sembari menjenguk Wiraraja. Usai menjenguk, Mahapatih ketika menemui Jayanegara bukannya bercerita tentang sakitnya Wiraraja, melainkan bercerita tentang Nambi yang dikatakannya sedang menyusun kekuatan untuk memberontak (makar) pada Majapahit. Jayanegara pun percaya dan terpengaruh. Jayanegara kemudian mempersiapkan pasukannya untuk menyerbu Kerajaan Lamajang. Nambi yang mengetahui akan adanya penyerbuan Majapahit, lalu mencoba menyampaikan melalui surat dari daun lontar bahwa berita pemberontakan tersebut tidak benar. Sayang, Jayanegara yang saat itu masih terlalu muda menjadi raja, sudah terlalu marah dan emosi serta tetap ingin menghancurkan Kerajaan Lamajang yang Kota Raja-nya lebih besar dibanding Majapahit.



Nambi bersama pengikutnya terus berperang dengan seluruh kekuatan untuk menjaga dan mempertahankan tanah kelahirannya. Sayang, karena kalah pasukan dan persenjataan, Nambi kalah dan tewas. Akibat perang itu, Lamajang mulai tenggelam dan menjadi bawahan Majapahit. Pasca peperangan, Benteng Kota Raja Lamajang hancur. "Meski hancur, sisa bangunan kerajaan masih ada, yaitu Situs Biting," ungkap Juru Kunci Makam Ki Joyoboyo. Ya, Situs Biting adalah peninggalan peradaban Kerajaan Lamajang. Situs ini terletak di Dusun Biting, Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang. Dari situs inilah, kita dapat menyaksikan kebesaran Kerajaan Lamajang. Disana terdapat benteng dengan ketebalan 6 meter, tinggi 8-10 meter dan panjang sejauh 10 km. Disamping tembok benteng Kota Raja, di situs ini dijumpai adanya menara pengawas dan juga makam petilasan Minak Koncar. Minak Koncar dahulu adalah seorang Adipati yang menjadi tokoh legenda di Lamajang. Lokasi Situs Biting mencapai 135 hektar. Lokasi ini banyak menyimpan potensi benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit. Dalam sejumlah penggalian, pernah ditemukan ujung keris serta manik-manik bahkan pernah ditemukan kepingan uang emas.

Demikian tentang lumajang kota tua yang dilupakan... artikel ini saya susun dari berbagai sumber, baik sumber lisan maupun hasil browsing

TS merupakan warga asli lumajang yang ingin mengingatkan tentang kejayaan lumajang masa lampau kepada generasi muda..

Diubah oleh arfrtk 09-05-2019 06:18
0
7.7K
47
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.