andrianushoAvatar border
TS
andrianusho
Desa Terunik dan Teraneh di Indonesia
Indonesia memiliki desa-desa yang sangat unik bahkan aneh dari kebiasaan penduduknya atau dari desa tersebut itu sendiri. Berikut desa paling unik di Indonesia seperti yang dikutip dari terselubung.in.


1. Desa Tanpa Kasur
Spoiler for Desa Tanpa Kasur:

Dusun kasuran adalah salah satu dusun yang yang ada di desa margodadi kecamatan sayegan, sleman. Sepintas emang gak beda sama dusun yang laen gan, tapi satu hal yang membedakan adalah mayoritas penduduknya gak tidur diatas kasur.

Tradisi ini udah berlangsung turun-temurun sejak jaman nenek moyang, dan gak cuma ditaati oleh orang-orang yang udah sepuh, tapi juga orang-orang muda dan anak-anak. Meyoritas warga tidur hanya beralaskan tikar atau dipan yang gak ada kasurnya.

Kebiasaan ini tentunya bukan tanpa alasan, mitosnya aturan agar warga gak tidur diatas kasur merupakan perintah dari Sunan Kalijaga. Dusun ini dulunya emang pernah disinggahi Sunan Kalijaga ketika melakukan perjalanan untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Kalijaga berjalan dari Godean menuju arah utara, antara lain melewati Dusun Grogol dan Tuksibeduk. Sampai di Kasuran sekitar pukul 13.00-14.00 Sunan Kalijaga merasa sangat lelah. Kemudian dia meminta salah satu warga agar menggelarkan kasur untuk istirahat.

Ketika akan melanjutkan perjalanan, Sunan Kalijaga berpesan agar warga jangan sekali-kali tidur diatas kasur. Pesan tersebut masih dilaksanakan sampe sekarang, bukan hanya buat penduduk asli tapi juga buat penduduk baru.
Trus bagaimana kalo dilanggar? menurut pengakuan penduduk setempat biasanya akan terjadi hal-hal yang aneh. Seperti yang terjadi pada 11 orang mahasiswa yang sedang KKN di daerah ini, sebelumnya mereka udah diberitahu tentang peraturan tak tertulis yang dipercaya masyarakat, tapi gak tau apakah mereka bener-bener percaya atau hanya manggut-manggut tapi dalam hati menolak. Alhasil menjelang tengah malam 4 orang mahasiswa teriak-teriak histeris, teman-temannya mengira 4 orang ini masuk angin, setelah dipanggilkan dokter kondisi mereka tetap sama, setelah dipanggilkan sesepuh barulah mereka bisa tenang.

Kisah lain, salah satu warga Kasuran menidurkan anaknya yang masih kecil di atas kasur. Tanpa diketahui sebabnya anak tersebut tiba-tiba mengalami panas tinggi, menangis dan berteriak tanpa sebab yang jelas, setelah ditidurkan di ‘jogan’ (lantai) baru berhenti menangis.


2. Desa Tanpa Air Bersih
Spoiler for Desa Tanpa Air Bersih:

Lebih dari 40 tahun warga Pedukuhan Wangon, Desa Kubangsari, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, hidup tanpa air bersih. Mereka merasa hidup tak layak di negera merdeka. Pedukuhan Wangon yang berpenduduk lebih dari 2.255 jiwa ini hidup tanpa air bersih.

Air bersih bagaikan barang langka yang sulit didapat. Sementara pemerintah daerah seolah menutup mata terhadap kesulitan warganya itu. Konon katanya, desa ini kena kutukan karena ada seorang nenek-nenek yang meminta air minum ke warga desa tapi ga ada yang ngasih. Pemerintah ingin segera membangun sumur bor untuk mendapatkan air bersih, sayangnya hasilnya pun sia-sia.


3. Desa Kepiting
Spoiler for Desa Kepiting:

Sebuah perkampungan yang warganya mengalami kelainan fisik ditemukan di Dusun Ulutaue, Desa Mario, Kecamatan Mare, Bone, Sulawesi Selatan. Di sana, puluhan penduduknya menderita kelainan di jari kaki dan tangan. Mulai dari lanjut usia hingga bawah lima tahun, jari-jari mereka terbelah menjadi dua hingga mirip capit kepiting.

Di Dusun Ulutaue, baik anak-anak maupun dewasa memiliki jari terbelah dua dan terkadang hanya memiliki tiga ruas jari. Alhasil, jika difungsikan, jari mereka mirip dengan kepiting. Fenomena tersebut mereka anggap sebagai kutukan bagi mereka yang berasal dari garis keturunan yang sama.

Kendati demikian, mereka tak pernah malu dengan warga kampung lain. Bahkan hal ini sudah menjadi hal biasa seperti takdir mereka. Bisa jadi, keanehan tersebut terjadi lantaran asupan gizi yang kurang sejak usia dalam kandungan. Maklum, pekerjaan mereka sehari-hari hanyalan nelayan. Ironisnya, hingga sekarang belum satu pun tim medis atau pemerintah setepat meneliti bahkan mengobati para penduduk di kampung itu. Akibat keanehan pada jari-jari mereka, sebagian warga kampung lain ada yang merasa jijik bergaul dengan mereka. Tak hanya itu, perkampungan mereka pun diberi sebutan ‘Kampung Manusia Kepiting’ oleh warga setempat.


4. Desa Keterbelakangan Mental
Spoiler for Desa Keterbelakangan Mental:

Sebanyak 445 warga di Desa Patihan, Pandak, dan Sidoharjo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mengalami keterbelakangan mental. Kondisi ini diyakini sudah terjadi sejak 1970-an. Saat itu terjadi kemarau berkepenjangan di lereng perbukitan Rajekwesi yang menjadi awal malapetaka kemiskinan.

Kepala Desa Karang Patihan Daud Cahyono menuturkan, sejak kemarau menerjang, kondisi di sekitar perbukitan menjadi tandus dan berkapur. Tak sedikit warga yang kekurangan gizi, kekurangan iodium, sehingga menyebabkan kebodohan.

Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo Iman Sukmanto membenarkan hal tersebut. Menurut dia, salah satu penyebab keterbelakangan mental ratusan warga adalah kekurangan iodium yang banyak terdapat pada garam atau kecap. Untuk menghindari agar kasus idiot tidak berlanjut, Pemkab dan Dinkes Ponorogo terus melakukan sosialisasi perbaikan gizi kepada masyarakat, termasuk pembagian garam iodium gratis kepada seluruh warga.

Diharapkan generasi baru di kawasan tersebut tidak lagi mengidap keterbelakangan mental. Pengidap idiot parah yang sudah berusia lanjut dan tidak bisa beraktivitas sama sekali, Pemkab berencana memberikan santunan berkala sampai penderita habis.


5. Desa Teletubbies
Spoiler for Desa Teletubbies:

Dari kejauhan terlihat seperti kumpulan telur angsa raksasa. Entahlah, tapi itu yang aku rasakan ketika menginjakkan kaki di Dusun Ngelepen, Desa Sumberharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Sebuah dusun unik yang tipe rumah warganya seragam dengan bentuk mblenduk-mblenduk (bulat sempurna).

Sangat Lucu dan unik memang, letak dusun yang berada di kawasan pedesaan tradisional berpadu kontras dengan bentuk bangunan kontemporer. Sekilas mirip perkampungan Hobbit di film The Lord of the rings. Secara akademis sih dikatakan sebagai rumah domes, tapi oleh warga sekitar lebih familiar dengan sebutan rumah Teletubbies, sebuah tayangan anak-anak yang pernah popular di awal tahun 2000-an.

Jadi jangan heran jika anda akan kesulitan menemukan letak dusun ini jika menanyakan dengan nama rumah domes. Nama Rumah Teletubbies jauh lebih dikenal disini, warga setempat pun lebih bangga mengakui sebagai warga kampung Teletubbies. Nampaknya labeling masyarakat telah berjalan layaknya marketing alami disini.

Keberadaan Dusun Teletubbies di Ngelepen, Prambanan ini tidak bisa dilepaskan dari bencana gempa bumi besar yang sempat meluluhlantakan Yogyakarta pada 27 Mei 2006. Kala itu, ada satu daerah perbukitan yang mengalami kerusakan total yakni Dusun Sengir, dimana tanah kampungnya sempat ‘ambles’ sampai enam meter lebih. Karena sudah tidak layak huni lagi, warga Dusun Sengir direlokasi ke perkampungan baru, yang kini dikenal sebagai new Ngelepen.

Pemerintah waktu itu bekerja sama dengan World Association of Non-governmental Organizations (WANGO) dan the Domes for the World Foundation (DFTW) untuk membuat hunian desa baru dengan konsep rumah domes. Setidaknya ada 71 bangunan dome di Ngelepen. Tiga diantaranya berfungsi sebagai bangunan public seperti Mushola, Taman Kanak-kanak dan rumah bidan. Dari luar memang terlihat sangat sempit, tapi ketika masuk kedalam ternyata bangunan dome memiliki 2 lantai.

Bertahun-tahun setelah warga menetap di Rumah Dome, ternyata kebiasaan alami sebagai petani masih sangat melekat kuat. Alhasil, dusun dengan puluhan dome yang awalnya tertata sangat rapi dengan tanaman hias yang seragam, makin kesini makin tidak seragam lagi. Tanaman hias modern yang serasi dengan bangunan dome, diganti oleh sebagian besar warga dengan pohon pisang, pohon jagung, pohon jambu dan sebagainya. Alasannya biar lebih bermanfaat ketimbang memandang cemara atau palm yang tak bisa diapa-apakan. Gubrak !!, emang sih bermanfaat , tapi berasa seperti kebon pekarangan perkampungan desa pada umumnya.

Awalnya pasti warga Sengir berpikir keras untuk meninggali rumah dome yang terlihat seperti rumah alien di planet berbeda. Alhasil tangan alami mereka turut membentuk wajah dusun Teletubbies menjadi sangat desa sekali. Emang gak boleh kalo Teletubbies pelihara ayam, tanam pohon pisang atau jemur gabah di jalanan. Haha.

Memang, sungguh sangat unik Dusun Teletubbies ini. Terlebih rumah dome ini merupakan satu-satunya kompleks rumah dome yang ada di Indonesia, bahkan bisa dihitung dengan jari keberadaanya di dunia. Jika anda tertarik mengunjunginya, akses menuju kompleks Dusun Teletubbies ini terbilang mudah karena lokasinya tidak jauh dari obyek wisata Candi Ratu Boko, Candi Ijo dan Candi Prambanan. Sehingga dapat anda masukkan sekaligus dalam rencana perjalanan untuk mengunjungi kawasan candi-candi tersebut. Perpaduan yang unik kan, setelah dari abad millenium ala Teletubbies menuju era Tutur Tinular, jaman kerajaan ratusan tahun yang lalu. Sungguh unik!


6. Desa Pemakan Tanah
Spoiler for Desa Pemakan Tanah:

Di Tuban, sebuah desa di provinsi Jawa Timur Indonesia, tanah digunakan untuk membuat “ampo” snack krim yang dipercaya sebagai obat. Menurut Rasima, pembuat ampo di Tuban, tidak ada resep khusus untuk membuat snack yang aneh ini. Semua yang dia lakukan adalah mencari tanah yang bersih, bebas kerikil, di sawah-sawah, ditumbuk ke blok yang keras, dengan menggunakan tongkat, dan gulungan mengorek tanah itu, dengan pisau bambu. Gulungan tanah tersebut kemudian dipanggang selama satu jam. Rasima kemudian membawa makanan tersebut ke pasar, di mana dia mendapatkan sekitar $ 2 (Rp 20.000,-), untuk menambah penghasilan keluarganya.

Tuban adalah satu-satunya desa yang memakan tanah di planet ini. Ada orang, di seluruh dunia, yang menikmati makan pasir, atau kaolin, tapi tidak tanah yang dipanggang. Penduduk percaya ampo adalah pembunuh rasa sakit yang alami, dan itu membuat kulit bayi lembut, jika dimakan oleh ibu yang sedang hamil. Rasa ampo tersebut, “tidak ada yang istimewa, rasanya dingin di perutku” kata salah satu penduduk setempat Tuban, yang telah makan ampo, sejak dia masih kecil.


7. Desa Hujan
Spoiler for Desa Hujan:

Datanglah pada pagi hari saat berkunjung ke desa ini, karena ketika sore tiba, hujan selalu mengguyur tempat ini sekalipun musim kemarau. Karena penduduk merasa kuatir saat sore tiba, desa ini pun diberi nama Kwatisore.

Kwatisore adalah sebuah desa di Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Nabire, Papua. Begitu tiba di muka Kwatisore, sebuah dermaga kayu yang kokoh menyambut kedatangan setiap turis yang datang. Inilah pintu masuknya.
Nama Desa Kwatisore memang cukup unik, diambil dari “Khawatir Sore”. Dinamakan demikian karena setiap sore desa ini selalu diguyur hujan, sekalipun musim kemarau. Unik bukan?

Jalanan yang ada di Kwatisore sangat bersih. Begitupun dengan udara di sana yang begitu bersih bebas polusi. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak ada kendaraan bermotor di desa ini. Jadi, udara terbebas dari polusi asap kendaraan.

Lanjutkan terus perjalanan menyusuri Desa Kwatisore, jejeran rumah yang tersusun rapi akan menambah sedap pemandangan desa ini. Jika berkeliling pada sore hari, desa akan terlihat ramai dengan tawa riang anak-anak yang asyik bermain.

Di malam hari, Desa Kwatisore menjadi sangat gelap gulita. Penerangan begitu minim karena listrik masih sangat terbatas. Tapi justru pada malam harilah kehangatan warga desa terasa begitu kental.
Ada satu bangunan yang rutin dikunjungi seluruh penduduk pada malam hari, letaknya tepat di tengah desa. Bangunan ini digunakan penduduk untuk menonton televisi bersama-sama. Di tempat inilah para warga bercengkrama, bertegur sapa. Kebersamaan begitu terasa kental.

Kebanyakan penduduk Kwatisore memiliki pekerjaan sebagai nelayan tradisional. Mereka menggunakan kole-kole (longboat) untuk menangkap ikan. Yang unik dan tak biasa dari desa ini adalah hewan peliharaan penduduk. Beberapa penduduk Kwatisore memelihara rusa dan buaya muara. Hii!

Lebih menariknya lagi, jika menengok ke pekarangan rumah, Anda bisa melihat aneka anggrek khas papua banyak ditanam warga. Rupanya anggrek-anggrek cantik ini diambil langsung oleh warga dari dalam hutan. Jika ingin berkunjung ke sini, sebaiknya datang pada pagi hari. Karena, pada siang hari gelombang perairan Teluk Cendrawasih cukup tinggi.


8. Desa Terapung
Spoiler for Desa Terapung:

Jayapura – Danau Sentani di Kabupaten Jayapura, Papua, punya 22 pulau mungil yang tersebar di dalamnya. 24 Desa adat mendiami pulau-pulau itu, salah satunya Desa Ayapo yang semua bangunannya terapung di atas air.

Jejeran rumah terapung itu mengintip dari kejauhan. Semakin dekat, semakin terlihat bangunan-bangunan kayu yang berjejer rapi di pinggiran pulau. Betapa masyarakat Sentani masih menjunjung danau itu sebagai pusat kehidupan. Buktinya, semua rumah di Desa Ayapo menghadap danau alih-alih daratan yang ada di belakangnya. Desa ini memanjang 2 kilometer. Penduduknya sekitar 700 orang. Dinding dan tiangnya terbuat dari batang kelapa. Dulu atapnya dari daun sagu, tapi sekarang sudah berganti jadi seng.

Walaupun tampak rapuh, rumah-rumah ini sangat kuat. Orang lokal menyebut nama kayu Sua sebagai pondasi rumah itu. Kayu ini punya ketahanan luar biasa. Semakin terkena air, semakin kayu itu tahan lama. Kayu ini juga jadi pondasi jembatan terapung yang menghubungkan satu rumah ke rumah lainnya.


9. Desa Bebas Asap Rokok
Spoiler for Desa Bebas Asap Rokok:

Desa pertama yang ada di Indonesia yang bebas asap rokok dan melarang warganya untuk merokok adalah Nagari (Desa) Sitiung, Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat. Dimana di desa ini telah dilakukan penerapan larangan merokok bagi warganya, bahkan warga yang tertangkap merokok disembarang tempat diberikan sanksi tegas dari desa.

Saat ini, penerapan Peraturan Nagari telah dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari dan masyarakat Sitiung ini perlu diajukan jempol serta bisa dijadikan contoh bagi desa lain yang ada di Indonesia, dimana pemerintah setempat bersama-sama masyarakat memerangi rokok dan bertekad menjadi desa bebas asap rokok.

Dalam hal ini, pemerintah bersama Bamus membuat peraturan Desa untuk diterapkan ke masyarakat yakni menjadikan desa Sitiung bebas dari asap rokok dan menetapkan kawasan bebas asap rokok serta memberikan penghargaan kepada masyarakat yang semula merokok dan telah menyatakan tidak merokok lagi.

Baca juga: 5 Jet Pribadi Paling Mahal & Canggih Jadi Buruan Para Miliuner
Sumber: http://adventuretravel.co.id/news-and-tips/


0
4.3K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.