Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

margosaAvatar border
TS
margosa
Harga Kebutuhan Masih Selangit, Janji Pemerintah Terbukti Sekadar Pencitraan
Harga Kebutuhan Masih Selangit, Janji Pemerintah Terbukti Sekadar Pencitraan













Jakarta, HanTer - Kebutuhan pokok murah selama Ramadhan dan Lebaran 2016 terbukti sekadar pencitraan pemerintah, karena faktanya masyarakat masih menjerit tingginya harga bahan pokok termasuk pangan di pasaran.

Masyarakat masih mengeluhkan mahalnya harga kebutuhan pokok pasca lebaran 2016. Kegiatan pasar murah yang digelar pemerintah lagi-lagi belum berdampak siginifikan. Contohnya harga daging yang berada diatas Rp100 ribu per Kilogram (Kg), jauh dari target pemerintah sebesar Rp80 ribu/Kg. Begitupun dengan harga bawang yang diatas Rp40 ribu/Kg, dari target sebesar Rp25 ribu/Kg.

Harga tersebut dipantau dari Pasar Cisalak Depok, Jawa Barat, Pasar Jatinegara Jakarta Timur, dan Pasar Cibinong, Bogor, selama H+2 hingga H+4 Lebaran 2016.

“Daging Rp80 ribu/kg itu daging Jokowi (Presiden Joko Widodo), persediaan terbatas dan cuma ditempat tertentu. Pencitraan aja itu mereka (pemerintah),” kata Samawi ditemui Harian Terbit di Pasar Cisalak, Depok, Jawa Barat, Minggu (10/7/2016).

Samawi mengaku pernah mengunjungi Toko Tani Indonesia (TTI) yang berada di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Datang bersama istri pukul 8.00 WIB H-2 sebelum Lebaran, ia hanya gigit jari karena daging telah habis. Begitupun dengan komoditas cabai merah, tak didapatkannya.

“Daging sama cabai sudah habis, akhirnya cuma dapat bawang merah dan minyak goreng. Padahal ongkosnya saja sudah habis banyak, malah jadi tekor,” keluh Samawi.

Ia juga mengeluhkan minimnya sosialisasi pemerintah terhadap kegiatan pasar murah. Kegiatan yang dilaksanakan pemerintah sejak awal Ramadhan kemarin itu baru diketahuinya tak lama sebelum Lebaran tiba.

Zaenal, pedagang kebutuhan pokok di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur menyebut mahalnya harga kebutuhan pokok pasca Lebaran karena banyak pedagang yang libur dan pulang kampung sehingga ketersediaan barang menjadi sedikit. Sementara, kata dia, permintaan masyarakat masih tinggi.

“Masih mahal mas, lagian masih sepi juga yang dagang. Bawang merah jual Rp42 ribu/Kg, cabai merah Rp45 ribu/Kg, telur Rp22 ribu/Kg dan gula pasir masih Rp13 ribu/Kg,” ungkapnya.

Klaim Turun

Sementara itu, Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim harga kebutuhan pokok, termasuk pangan di DKI Jakarta turun pasca Lebaran. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan Suwandi menyebut, penurunan harga terjadi pada daging sapi has yang merosot sebesar Rp 9.410 per kilogram (kg), beras premium Rp 760 per kg, daging ayam ras turun Rp 2.000 per kg. Adapula bawang merah turun Rp 1.250 per kg, cabai merah Rp 2.100 per kg, cabai keriting turun Rp 3.000 per kg, dan kentang Rp 1.350 per kg.

Dia mengatakan, penurunan harga pangan pokok terjadi karena berbagai faktor, diantaranya dampak dari masif dan intensifnya kegiatan pasar murah dari Kementan. Selain itu efek psikologi dari Ramadan dan Lebaran yang sudah berakhir, termasuk permintaan berkurang karena masih mudik.

"Operasi pasar murah tahun ini lebih masif telah merambah ke lapak-lapak yang ada pasar tradisional," kata Suwandi.

Strategi Pemerintah

Menurutnya, agar harga pangan pokok pada Lebaran tahun depan menjadi lebih baik, perlu dilakukan peningkatan kualitas tata kelola pangan. Pertama, antisipasi dimulai dari peningkatan aspek hulu. "Saat ini sudah dilakukan antisipasi satu musim sebelumnya secara baik sehingga pasokan cukup," ucap Suwandi.

Ke depan, Kementan akan melakukan kalkukasi secara detil jumlah dan jenis produk dengan pengaturan pola tanam, pemetaan sebaran secara terperinci di sentra produksi, pemantauan harian panen, dan seluruh pangan pokok secara online. Kedua, perlu fokus perbaikan pada aspek hilir. Ini dapat dilakukan dengan memperlancar distribusi pasokan, pengelolaan sistem logistik, penanganan tata niaga, dan stabilisasi harga.

Pada aspek hilir ini fokusnya mendekatkan konsumen ke produsen dan sebaliknya. Caranya, yakni Toko Tani Indonesia (TTI) yang sudah dibangun Kementan dengan Bulog, koperasi, dan pelaku usaha lainnya untuk membeli langsung ke petani, lalu menjual langsung ke konsumen.

"Untuk itu, sejak awal pelaku di hilir mesti bermitra dengan para petani atau kelompok tani sebagaimana telah dilakukan TTI. Untuk jenis produk yang tahan disimpan lebih mudah dilakukan pengelolaan stok dan diperkuat sistem logistik yang ada," jelas Suwandi.

Dia berharap, dalam jangka menengah dan panjang, upaya tersebut membangun secara permanen serta menjamin pasokan pangan dari sentra produksi mengalir ke konsumen secara lancar. Selain itu, pangan tersedia secara cukup dengan harga wajar atau terjangkau masyarakat. "Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian," tegas dia.

(Arbi/Oni)




gile emoticon-Matabelo
Geliat ekonomi mulai nampak sampai2 permintaan sangat banyak dan harga2 kagak mau turun emoticon-thumbsup
nona212
nona212 memberi reputasi
1
3.3K
43
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.