Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bgaesAvatar border
TS
bgaes
KARYA BUYA HAMKA
emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia SELAMAT DATANG DI THREAD ANE emoticon-I Love Indonesia emoticon-I Love Indonesia


Setiap peradaban pasti terdapat tokoh yang menghasilkan karya sastra seperti kita kenal dulu di nusantara ada empu prapanca, seperti di barat ada aristoteles dan plato. Namun adakah tokoh Indonesia yang mampu menghasilkan karya sastra yang bisa di terima baik di Indonesia maupun di manca negara. Jawabannya adalah Buya Hamka, karya beliau sudah di kaji baik di dalam negeri hingga ke luar negeri baik pada masa nya dulu hingga sekarang, bahkan di negeri jiran saja masih dilakukan pengkajian dari karya-karya beliau yang jika ditengok sejarahnya beliau justru pernah dicekal oleh malaysia.

KARYA BUYA HAMKA
SIAPAKAH BUYA HAMKA
Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah, pemilik nama pena Hamka (lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun) adalah seorang ulama dan sastrawan Indonesia. Ia melewatkan waktunya sebagai wartawan, penulis, dan pengajar. Ia terjun dalam politik melalui Masyumi sampai partai tersebut dibubarkan, menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama. Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia menganugerahkannya gelar doktor kehormatan, sementara Universitas Moestopo, Jakarta mengukuhkan Hamka sebagai guru besar.

KARYA BUYA HAMKA
Hamka adalah seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, ia dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, ia meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx, dan Pierre Loti.

Hamka juga banyak menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya lain seperti novel dan cerpen. Pada tahun 1928, Hamka menulis buku romannya yang pertama dalam bahasa Minang dengan judul Si Sabariah. Kemudian, ia juga menulis buku-buku lain, baik yang berbentuk roman, sejarah, biografi dan otobiografi, sosial kemasyarakatan, pemikiran dan pendidikan, teologi, tasawuf, tafsir, dan fiqih. Di antara novel-novelnya seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah yang juga telah di film kan, dan Merantau ke Deli juga menjadi perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia dan Singapura. Beberapa penghargaan dan anugerah juga ia terima, baik peringkat nasional maupun internasional.
KARYA BUYA HAMKA
KARYA BUYA HAMKA

Namun demikian karya terbesar beliau adalah tafsir al azhar yang merupakan tafsir dari kitab suci Al Quran. Tafsir Al Quran 30 Juz yang dinamakan Tafsir Al Azhar beliau rampungkan ditemani dinginnya jeruji besi, di masa kepemimpinan Soekarno buya hamka pernah dipenjarakan karena perbedaan ideologis. Rezim berganti, orde lama berganti rezim yang dinamai orde baru. Tak disangka, Buya Hamka bisa menghirup udara bebas. Setelah bebas dari penjara, Hamka tak tahu kabar Soekarno, penguasa yang memenjarakannya kala itu. Ingatannya melompat ke masa ke belakang. Saat ia tanpa tedeng aling-aling mengritik pemerintahan yang akan memaksakan penerapan sistem demokrasi terpimpin.
Pengaruh dari kitab Buya Hamka di antaranya bisa dilihat dari penggunaan Tafsir Al-Azhar yang meluas di Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Bahkan, Malaysia dan Singapura memiliki edisi khusus dan penerbitan sendiri karya tersebut.
Selain penerbitan karya Hamka di luar Indonesia, kajian terhadap karya tersebut telah dilakukan oleh banyak sarjana, baik di luar negeri maupun dalam negeri. Di antara mereka yang mengkaji kitab ini adalah Mun’im Sirry dari Notredame University, Chairuddin Al-Hibrid dari National University of Singapore, Tuban Yusuf dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Norbani Ismail dari Georgetown University.
PENGHARGAAN
Pada tahun 1959, Hamka mendapat anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, Kairo atas jasa-jasanya dalam penyiaran agama Islam dengan menggunakan bahasa Melayu. Kemudian pada 6 Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar kehormatan tersebut dari Universitas Nasional Malaysia pada bidang kesusasteraan, serta gelar Profesor dari Universitas Prof. Dr. Moestopo.

Sekian dulu gan
Spoiler for SUMBER:


emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR emoticon-I Love Indonesia emoticon-I Love Indonesia

ANE MENERIMA

emoticon-Toastemoticon-Toast emoticon-Toast emoticon-Toast emoticon-Toast
ANE MENERIMA

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star emoticon-Rate 5 Star emoticon-Rate 5 Star emoticon-Rate 5 Star

ANE JANGAN DI

emoticon-Blue Guy Bata (L)emoticon-Blue Guy Bata (L) emoticon-Blue Guy Bata (L) emoticon-Blue Guy Bata (L) emoticon-Blue Guy Bata (L)

THREAD ANE YANG LAIN
Spoiler for :
0
3.3K
20
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread83.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.