Mungkin terkesan bombasris,yang jelas sejak BNN dibentuk ,peredaran Narkoba justru makin banyak,,maka dibentuklah BNN daerah,eeeeee hasilnya sami mawon justru makin banyak,jangan jangan ketika BNN dibentuk sampai tingkat RT juga sami mawon….Narkoba kian merajalela. Kian maraknya pengguna Narkoba cuma membuktikan bahwa barang terlarang tersebut sangat dicari ” konsumen”,semakin narkoba diperangi,semakin langka narkoba dipasaran,tapi penggunànya tida berkurang,akibatnya narkoba naik harga,akibat lebih lanjut bandar makin kaya.

Hal yang harus disafari semua pihak adalah ,keberadaan BNN dan jajaran pendukungnya sebatas memerangi petedaran Narkoba dipasaran tapi gagal mengurangi permintaan narkoba di pasaran,akibatnya ya keberadaan BNN justru sangat menguntungkan ” oknum” bandar,karena akibat ulah BNN cs Narkoba jadi barang langka tapi ” diburu ” pengguna,sehingga bandar makin ” KAYA”.

Kesimpulannya afalah UU Narkoba tahun 2009 berikut BNN dan jajarannya justru bikin Narkoba langka dipasaran,akibatnya Narkoba makin mahal,semakin mahal Narkoba semakin kaya bandat.

Ketika BNN diusulkan jadi setingkat kementerian,dengan akibat fana penanggulangan Narkoba makin besar,terjadilah kelangkaan Narkoba,akibatnya bandar makin berpesta pora. Bisa dikatakan keberadaan BNN cs justru sangat menguntungkan bandar Narkoba dalam rangka mengurangi peredaran Narkoba dipasaran sehingga harga Narkoba tetap tinggi. Indonesia belum terlambat dalam merubah taktik ” perang ” melawan Narkoba,dari pendekatan ” hard power” lewat uu narkoba dan BNN cs menjadi pendekatan ” soft power/smart power ” caranya bagaimana??? Kan Narkoba itu masalah dunia,Indonesia bisa belajar dari negara yang sukses perangi Narkoba semisal Belanda,,Denmark dll. Sumber : p4gn.karanganyarkab.go.id