Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

redfox.qrAvatar border
TS
redfox.qr
Sisi Kelam dan Cerah "Kitab Suci" Mein Kampf
Mein Kampf telah menjadi simbol kejahatan dan kengerian terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Sebuah buku yang membawa manusia ke dalam pertumpahan darah paling mengerikan, yang tak akan dapat dilupakan dalam runtutan-runtutan generasi. Buku yang telah menjadi acuan terhadap kebencian sebuah bangsa terhadap bangsa lainnya dan membuat orang-orang tak bersalah telah kehilangan nyawa mereka dalam sebuah konflik yang tidak perlu. Buku yang membawa jurang kegetiran, kesengsaraan, dan menjadi sebuah keputus asaan dalam ketidakberdayaan. Lalu, jika buku ini begitu mengerikan, mengapa dahulu Mein Kampf menjadi buku paling laris ke 2 setelah Bible, bahkan sekarangpun masih menempati urutan ketika setelah Alquran? Buku tersebut bukanlah sebuah buku agama, bukan juga sebuah buku pencerah, bukan juga sebuah buku yang membawa keberuntungan, apalagi sebuah buku yang mendatangkan banyak manfaat. Namun mengapa buku ini begitu dipuja pada jamannya?
Spoiler for buku mein kamf:

Sebelum mendalami lebih jauh, mari sedikit memahami bagaimana seluk beluk Mein Kampf terlebih dahulu. Mein Kampf dikarang oleh seorang mantan pelukis jalanan dan gelandangan kota Vienna yang tiba-tiba menjadi pahlawan Perang Dunia I, atau lebih tepatnya seorang kopral yang mendapat bintang kehormatan Ritter Kreuz (Salib Besi). Kopral itu bernama Adolf Schicklgruber, yang kemudian merubah namanya menjadi Adolf Hitler, menyesuaikan dengan nama ayah angkatnya (Hitler atau Hidler dalam logat Austria) yang telah membesarkan dirinya. Di dalam Mein Kampf Adi (sebutan kecil Hitler) menggambarkan sosok ayah angkatnya ini sebagai seorang pria yang tegas, sementara ibunya adalah ibu yang penuh kasih sayang. Intinya, ia mengawali penggambaran sosok dirinya di dalam Mein Kampf sebagai seorang pria yang lahir dari keluarga baik-baik dan terpandang. Jika ia berasal dari keluarga baik-baik dan terpandang, mengapa ia bisa menjadi pelukis jalanan dan gelandangan kota Vienna, ibukota Austria?

Ayah Hitler meninggal ketika ia berusia masih cukup muda. Warisannya sebenarnya cukup untuk membiayai kehidupan dirinya yang kala itu sedang merantau ke Vienna. Ia jauh-jauh pergi meninggalkan kampung halamannya di Inn untuk memasuki sekolah seni di Ibukota Austria. Namun setelah mencoba berkali-kali, Hitler gagal dalam ujian masuk ke sekolah seni tersebut. Ia justru disarankan untuk masuk ke jurusan Arsitektur, sebuah langkah yang sia-sia karena nilai eksaktanya semasa sekolah atas tidak pernah bagus. Akhirnya, ia mencoba peruntungan sebagai seniman jalanan, menjajakan karya-karyanya dengan harga murah, ada cerita bahwa ia menyalin lukisan-lukisan gedung Vienna dari kartu pos dan menjualnya kepada turis. Apapun itu, sebenarnya karya lukisnya tidaklah begitu buruk, ia mungkin hanya perlu bersabar untuk menjadi tenar.

Hitler adalah Hitler, dan ia barangkali adalah salah satu manusia yang paling tidak mempunyai kesabaran di dunia ini. Ia jatuh miskin dan seluruh uang warisan sang ayah habis digunakan. Ada sumber yang mengatakan bahwa ia ditipu oleh seorang penjual lukisan, sehingga lukisannya hanya mampu dijual dengan harga sangat murah. Ada sumber lain yang mengatakan bahwa hidup Hitler muda di waktu itu cukup bermewah-mewah diantaranya dengan menyewa flat kelas menengah keatas dan menonton teater secara reguler. Namun satu hal yang pasti, Hitler tidak merokok, minum alkohol, dan bermain wanita. Sebuah kebiasaan yang cukup dapat dibanggakan di kala itu. Walau bagaimanapun, Hitler sejak semula telah melihat dirinya dari sebuah sisi yang berbeda.

Di masa-masa kelam itulah, salah satu inspirasi kejam mulai merasuki diri Hitler muda. Saya sendiri membaca pada beberapa kalimat di bagian awal Mein Kampf yang mengindikasikan bahwa Hitler mulai membenci Yahudi, ketika ia jatuh miskin di Vienna. Ia menyalahkan tatanan sosial di Ibukota Austria, yang barangkali waktu itu secara notabene adalah ibu kota negara berkebangsaan Jerman terbesar, porak-poranda akibat kesalahan Yahudi. Ia mengganggap bahwa Yahudi adalah kaum yang tidak nasionalis, hanya memikirkan untungnya sendiri, dan tidak pernah merasa berkewajiban untuk mengikuti segala kewajiban warga negara. Yang lebih parah dari itu, Hitler juga menyebutkan bahwa Yahudi telah menggerogoti inti dari kebangsaan Jerman, antara lain dengan adanya perkimpoian campuran, sehingga bangsa asli Jerman tidak dapat lagi dibedakan secara jelas.

Inti dari kebencian Hitler terhadap Yahudi sebenarnya tidak jauh dari pangkal ekonomi. Yahudi, seperti kebanyakan pendatang di negara-negara maju, mempunyai tingkat kehidupan yang jauh lebih layak dibandingkan dengan warga pribumi. Sebab utamanya tidak lain adalah kemauan bekerja yang lebih. Akan tetapi, tidak seluruh tulisan tentang Yahudi yang ada di dalam Mein Kampf salah. Dalam hal tertentu, para pendatang “Kaya” itu memang tidak mau bersosialisasi, bergabung dengan komunitas, dan bahkan terkesan eklusif sehingga mereka dianggap sombong.

Singkat cerita, Hitler yang menjadi gembel pindah ke Munich Jerman untuk mencari peruntungan baru. Di sana ia sempat bekerja sebagai buruh serabutan dan memperoleh hidup yang cukup memadahi. Ketika perang meletus, ia mendaftarkan diri ke dalam resimen Bavaria, dengan sebelumnya mengajukan permohonan diri kepada Kaisar Prussia. Hitler mendapatkan ijin dan kemudian bergabung dalam satuan pengirim pesan. Tugasnya mudah namun sangat berbahaya, mengantarkan pesan ke garis depan dimana mortir, artileri dan senapan mesin memberondong terus menerus.
Spoiler for hitler:

Di dalam tugasnya, Hitler mendapatkan medali bintang salib besi “Ritter Kreuzz” atas ketekunan, kegigihan, dan (tidak dapat dipungkiri) lukanya ketika ia mendapat serangan gas beracun di garis depan. Penghargaan itu merupakan penghargaan tertinggi bagi tentara sukerala (freiwilingen) yang bergabung dengan ketersediaan tanpa paksaan. Barangkali, oleh sebab itulah ketika perang sudah usai, Hitler dengan tangan terbuka diterima kembali dalam angkatan perang Jerman yang telah dikerdilkan menjadi hanya seratus ribu prajurit saja.
Spoiler for lambang nazi:

Tahun-tahun berikutnya adalah masa yang begitu mempengaruhi pemikiran Hitler. Ia di didik oleh seorang perwira sayap kanan Jerman bernama Kapten Mayr. Kapten Mayr lah yang barangkali begitu menginspirasi tentang adanya Jerman raya di suatu hari nanti, kebencian terhadap Yahudi, dan ekspansi militer. Semua itu dituangkan Hitler dengan begitu gamblang di Mein Kampf, misalnya saja di dalam politik, Hitler menuliskan “rakyat boleh berusaha sebebas mungkin di dalam pemerintahan yang terpusat oleh satu kekuasaan.” Sebuah pernyataan yang mengisyaratkan kebebasan ekonomi namun keterikatan politik dalam satu badan, partai, atau pemerintahan. Di dalam pernyataan rasial, Hitler juga menyatakan bahwa “ras Jerman yang terbaik adalah yang masih murni.” Artinya, tidak ada campuran ras dari bangsa lain, dan terutama sekali dengan bangsa Yahudi.

Begitu dalamnya kebencian Hitler kepada Yahudi sehingga ia berulang-ulang kali menyebutkan bangsa itu sebagai perusak kebudayaan, ekonomi, dan kebangsaan Jerman. Dia menyebutkan juga bahwa kekalahan Jerman di Perang Dunia Pertama adalah berkat penghianatan bangsa Yahudi terhadap tanah air Jerman. Sebuah pernyataan yang separuh benar dan separuh salah. Benar, karena beberapa pengusaha Yahudi memang dengan sengaja melarikan dananya baik dari Prussia maupun Austria agar kekayaan mereka masih utuh, meskipun menghancurkan perekonomian dua negara Jerman itu. Salah, karena beberapa orang Yahudi juga ikut berperang membela negara tempat di mana ia lahir.

Kebencian Hitler yang lain adalah kepada komunis dan bolesvik. Sebuah kebencian yang lebih didasari pada persaingan politik daripada kepada fakta bahwa dua ideologi ini sejenis di satu sisi. Kebencian inilah yang kemudian menjadi payung dasar hukum atas penangkapan ribuan aktivis penentang Hitler ketika ia sudah berada di tampuk kekuasaan. Mirip sekali seperti yang terjadi di Indonesia ketika Orde Baru berkuasa.
Spoiler for peta jerman kala itu:

Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa Mein Kampf telah menyatukan bangsa Jerman yang tercerai-berai. Sebuah bangsa yang hancur luluh setelah Perang Dunia Pertama mampu menyatukan semangatnya dan kemudian membangun sebuah Reich yang baru. Reich yang diharapkan akan dapat bertahan selama seribu tahun lamanya. Mungkin harapan itu terlalu berlebihan, namun ketika kita menilik merek-merek dagang Jerman yang masih perkasa sekarang. Agaknya harapan itu tidak terlalu meleset dari tujuan awalnya. Sampai sekarang, Jerman masih menjadi simbol mutu dan kualitas. Dan anggapan seperti itu barangkali masih akan terus bertahan hingga beberapa generasi ke depan.
Spoiler for jerman saat ini :

sumber
Diubah oleh redfox.qr 26-06-2016 08:18
0
6.6K
59
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.