suheri.kw11Avatar border
TS
suheri.kw11
Ikan "Cara", Berlimpah tetapi Langka
KOMPAS.com — Bau amis ikan langsung menyeruak di petang yang masih terik itu. Matahari memang belum lagi terbenam di Kampung Ujung, kawasan pantai Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Senin minggu lalu.

Sebuah tempat pelelangan ikan (TPI) berdiri tegak di sana. Halaman depannya terkesan kumuh. Tumpukan sampah di bagian ujung pintu masuk meyakinkan saya kalau tempat itu sejatinya memang tak tertata rapi.

Quote:


TPI bercat putih lusuh tersebut, sebetulnya, berada di titik strategis, pertemuan antara Jalan Soekarno-Hatta dan kawasan Golo, di bibir pantai. Tak jauh dari situ ada dermaga kayu yang sudah rusak, tak terpakai.

Ada dua larik lorong panjang di dalam TPI tersebut. Di kiri dan kanannya, para penjaja ikan ramai menawarkan dagangan mereka. "Ini ikan cara," teriak Wilibrordus Surahman (30), salah seorang pedagang di situ.

Ikan cara diikat setiap sepuluh ekor dalam satu untaian tali. Lima ikat banderolnya Rp 50.000. Mata Surahman langsung berbinar tatkala duit berwarna biru itu berpindah ke genggaman tangannya.

Quote:


Terus terang, sulit untuk mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk ikan berbentuk pipih tersebut. Sepintas, hasil laut itu mirip ikan baronang (Siganus limeatus). Sederhananya, warga Labuan Bajo menyebutnya sebagai ikan cara.

Berdasarkan informasi, warga Kabupaten Manggarai, NTT, lazim menjumpai ikan jenis ini di Reo, sebelah utara Labuan Bajo. Ikan cara di Reo bentuknya lebih besar ketimbang asal Labuan Bajo. Rasanya pun relatif lebih asin daripada khas Labuan Bajo.

Kendati begitu, kedua jenis tersebut memiliki persamaan. Para nelayan di Reo dan Labuan Bajo sering mengolah ikan cara menjadi ikan asin. Nah, ikan asin inilah yang menjadi lauk makan khas baik di Reo maupun Labuan Bajo.

Quote:


Oh iya, kota pantai Labuan Bajo berada di Kabupaten Manggarai Barat. Delapan tahun lalu, ada pemekaran dari Kabupaten Manggarai menjadi tiga kabupaten, yakni Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur. Labuan Bajo adalah ibu kota Manggarai Barat. Sementara Ruteng adalah ibu kota Manggarai. Lalu, Borong adalah ibu kota Manggarai Timur.

Sekadar mengingatkan, Labuan Bajo menjadi salah satu titik pemberangkatan, khususnya bagi para wisatawan, yang akan mengunjungi Pulau Komodo. Kalau menggunakan kapal cepat, jarak tempuh ke pulau itu sekitar dua jam.

Robi, anak muda tanggung yang bekerja sebagai pengemudi mobil sewaan pariwisata, bercerita, kalau ikan cara amat lezat jika disantap sebagai teman makan nasi hangat berikut sambal tomat ala-ala racikan dabu-dabu alias sambal tomat yang penyajiannya dipotong-potong, bukan diulek. "Ikan cara bisa digoreng atau dibakar, tergantung selera," katanya.

Langka


Berbekal cerita Robi, masuk akal kemudian kalau penelusuran berujung pada pencarian tempat makan penyaji menu ikan cara. Sayang, pencarian itu menemui jalan buntu.

Tadinya, saya berpikir, makanan khas seperti itu tentu amat mudah ditemukan di berbagai tempat di Labuan Bajo. Sama halnya dengan masakan padang yang juga lumayan banyak di kota dengan pemandangan laut nan cantik itu. Sayang, hasrat seperti itu tak terkabul.

Akhirnya, sembari menenteng ikan cara, perjalanan berhenti di sebuah kafe bertuliskan "Pesona". Kafe yang letaknya dekat dengan pintu masuk pelabuhan itu sebetulnya tempat makan sederhana. Letaknya masih di Jalan Soekarno-Hatta. Ada beberapa meja kursi tertata di situ. Lampu penerangannya pun terbilang redup.

Quote:


Lalu, lantaran letaknya yang lebih tinggi lima meteran dari tepi jalan, kafe itu memiliki pemandangan langsung ke arah pelabuhan, meski, dari situ, pengunjung tak bisa menikmati panorama matahari terbenam. Soalnya, kafe menghadap arah selatan. Itu saja alasannya.

Masih mengikuti arahan Robi, ikan cara itu akhirnya masuk ke dapur. Pesanan kepada pelayan adalah agar ikan digoreng, lengkap dengan cah kangkung berikut sambal tomat. Tambahannya adalah minuman jus pisang. Di tempat ini, pisang hijau dan pisang kepok masak pohon menjadi racikan jus pisang pesanan itu.

Harus diakui, ikan cara goreng memang gurih. Sudah begitu renyah pula. Meski, perlu berhati-hati saat mengunyah durinya. Nasi hangat yang terhidang amat pas rasanya. Bisa ditebak, sebentar saja, hasrat untuk menambah nasi kali kedua muncul!
Kalau berangkat dari bincang-bincang dengan warga setempat, sebenarnya, ikan cara mampu menjadi salah satu pendukung untuk memperkenalkan Labuan Bajo dalam khazanah pariwisata meluas. Langkah sederhana adalah dengan menempatkan ikan cara sebagai menu yang tersaji di rumah-rumah makan. Terpampang di pelang nama, tertera di daftar menu makanan.

Tidak seperti sekarang. Ikan cara memang berlimpah tetapi langka lantaran tak pernah diperkenalkan kepada lebih banyak kalangan.

Ide kreatif dari pelbagai kuliner Nusantara yang mendunia seperti halnya gudeg, rendang, sate ayam, dan nasi goreng bisa ditiru tatkala memperkenalkan ikan cara. Semoga, kelak, makin banyak tempat-tempat makan di Labuan Bajo yang memasang tulisan "tersedia menu ikan cara"!

http://travel.kompas.com/read/2011/0....tetapi.Langka
Diubah oleh suheri.kw11 18-06-2016 22:44
tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
21.9K
67
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.