7 WNI Kembali Disandera Abu Sayyaf, Menlu: Ini Sudah Tak Dapat Ditoleransi
TS
aghilfath
7 WNI Kembali Disandera Abu Sayyaf, Menlu: Ini Sudah Tak Dapat Ditoleransi
Spoiler for 7 WNI Kembali Disandera Abu Sayyaf, Menlu: Ini Sudah Tak Dapat Ditoleransi:
Jakarta - Tujuh WNI kembali disandera kelompok bersenjata di Filipina Selatan yang diduga faksi Abu Sayyaf. Tujuh WNI ini anak buah kapal (ABK) dari Kapal Charles 001, dan disandera di sekitar Laut Sulu, Filipina.
Penyanderaan terjadi pada Senin (20/6) siang. Penyandera terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama membawa tiga ABK lalu kemudian kelompok kedua datang dan membawa empat ABK. Sedangkan enam ABK yang lain dibiarkan bebas.
"Pemerintah indonesia mengecam keras terulangnya penyanderaan terhadap WNI oleh kelompok bersenjata di Filipina Selatan. Kejadiaan yang ketiga kalinya ini sangat tidak dapat ditoleransi," kata Menlu Retno Marsudi dalam jumpa pers di Kemlu, Pejambon, Jakarta, Jumat (24/6/2016).
"Pemerintah akan melakukan semua cara yang memungkinan untuk membebaskan para sandera," sambung Retno.
Retno juga menyampaikan bahwa keselamatan WNI yang disandera dan belum diketahui posisinya ini menjadi prioritas.
Spoiler for Panglima TNI dan Menhan Gelar Rapat di Kantor Luhut Bahas Penyanderaan 7 WNI:
Aditya Fajar Indrawan - detikNews Panglima TNI dan Menhan Gelar Rapat di Kantor Luhut Bahas Penyanderaan 7 WNI
Foto: BBC World/ kelompok Abu Sayyaf
Jakarta - Tujuh WNI kembali disandera kelompok Abu Sayyaf. Tujuh WNI itu adalah anak buah kapal (ABK) dari Kapal Charles 001. Mereka disergap di sekitar Laut Sulu.
Menyikapi penyanderaan itu, pemerintah Indonesia segera melakukan langkah cepat. Rapat digelar di Kemenko Polhukam guna menyelamatkan para sandera.
"Pagi ini akan dilakukan Rapat koordinisi di kantor Menko Polhukam melibatkan semua pihak terkait untuk mengambil langkah secara terukur, cepat, dan aman dalam upaya pembebasan tujuh sandera," tegas Retno di Kemlu, Pejambon, Jakarta, Jumat (24/6/2016).
Retno segera bergegas ke Kemenko Polhukam di Jl Medan Merdeka Barat. Di kantor itu sudah datang Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Menhan Ryamizard Ryacudu.
Spoiler for Indonesia Kecam Penyanderaan Tujuh WNI:
JUM'AT, 24 JUNI 2016 | 12:20 WIB Indonesia Kecam Penyanderaan Tujuh WNI
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pemerintah Indonesia mengecam keras penyanderaan tujuh warga negara Indonesia oleh kelompok radikal di Filipina Selatan.
"Pemerintah mengecam keras terulangnya penyanderaan WNI. Kejadian ketiga ini tak dapat ditolerir," kata Retno usai menghadiri rapat koordinasi di Kantor Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Jumat, 24 Juni 2016.
Menurut Retno, pemerintah Indonesia sedang menguatkan komunikasi dengan pemerintah Filipina. "Kami akan verifikasi dulu apakah kejadian ini dilakukan kelompok Abu Sayyaf atau tidak," ujarnya.
Retno mengatakan, saat ini banyak informasi yang beredar, dan tak menutup kemungkinan munculnya informasi yang menyesatkan. "Jadi, kami intensifkan komunikasi dengan Manila. Kami buka semua jalur komunikasi," tutur Retno.
Sebelumnya, Retno menjelaskan tiga langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia. Tiga langkah itu merupakan hasil rapat koordinasi yang dipimpin Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan.
Menurut Retno, langkah pertama, pemerintah Indonesia akan menghidupkan kembali crisis center yang pernah bekerja dalam kasus penyanderaan oleh kelompok Abu Sayyaf sebelumnya. "Ada tim yang akan segera bergerak sebagai upaya pelepasan sandera seperti beberapa waktu lalu," ujarnya.
Langkah kedua, pemerintah Indonesia sedang memperkuat komunikasi dengan pemerintah Filipina. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi yang detail mengenai penyanderaan tujuh WNI tersebut. "Sudah ada informasi soal lokasi dan pihak penyandera, tapi masih butuh verifikasi," ucap Retno.
Adapun langkah ketiga, pemerintah Indonesia akan melanjutkan moratorium pengiriman batu bara ke Filipina Selatan. Moratorium dilakukan sampai ada jaminan keamanan dari pemerintah Filipina berkaitan dengan aktivitas pengiriman batu bara ke negara itu. "Lebih dari 90 persen kebutuhan batu bara Filipina Selatan bergantung pada ekspor dari Indonesia," tuturnya.
Kelompok yang diduga sebagai Abu Sayyaf, Rabu, 22 Juni 2016 lalu, dikabarkan menyandera tujuh warga negara Indonesia. Mereka adalah anak buah kapal tarik Charles milik PT Rusianto Bersaudara dari Samarinda, Kalimantan Timur.
Kapal Charles dengan 13 orang ABK berlayar membawa batu bara menuju Filipina Selatan pada awal Juni 2016. Sesuai jadwal, kapal itu seharusnya kembali ke Samarinda hari ini, atau Sabtu, 25 Juni 2016. Namun, dalam perjalanannya terjadi penyanderaan terhadap tujuh orang ABK. Enam lainnya melarikan diri dengan kapal.