Kaskus

Entertainment

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anakikanmasAvatar border
TS
anakikanmas
Sinetron Indonesia Kualitasnya Tak Mendukung Sama Sekali
Sinetron Indonesia Kualitasnya Tak Mendukung Sama Sekali



Jakarta- Halo Sobat Souja, tahukah anda bahwa bisnis pertelevisian swasta di Indonesia terbilang cukup subur. Sejak tahun 1990, mulai lahiran stasiun-stasiun televisi swasta untuk melengkapi layar kaca masyarakat Indonesia. Menampilkan sajian berbeda, televisi swasta ingin memberi warna dunia hiburan Tanah Air. Bila di televisi Republik Indonesia, TVRI lebih banyak menyajikan berita, kesuksesan pemerintah dan budaya tradisonal, televisi swasta coba melengkapi dengan tayangan musik, perbincangan santai, hingga memproduski sinema elektronik alias sinetron.

Istilah sinetron digunakan secara luas di Indonesia setelah pertama kali dicetuskan oleh Soemardjono, salah satu pendiri dan mantan pengajar Institut Kesenian Jakarta. Sinetron yang ditayangkan menceritakan kehidupan sehari-hari, yang kemudian dibumbui dengan berbagai macam persoalan. Di awal kemunculannya di televisi swasta, bisa dikatakan cerita yang disajikan masih mengusung unsur kehidupan masyarakat sederhana.

Bahkan tak sedikit yang mengandung pesan pendidikan maupun moral. Namun seiring berkembangnya industri pertelevisian, sering ditemukan tayangan yang kualitasnya sangat buruk. Apalagi khusus tayangan sinetron, adegan yang ditampilkan melulu soal kekuasaan, kekayaan, kekerasan hingga percintaan. Parahnya lagi, sinetron tersebut tayang di jam-jam anak di bawah umur belum tidur. Durasi tak pun terlalu lama.

Bayu Wardhana, pokja jaringan Koalisi Nasional Reformasi Penyiaran (KNRP) mengamini, kualitas tayangan di televisi swasta sangat buruk.

"Betul sekali, secara mutu sangat buruk. Cerita yang disajikan tak jauh-jauh dari kekerasan, kekayaan dan merendahkan kelompok lain," katanya.

Sebenarnya, kata dia, kondisi itu bisa saja diperbaiki asalkan KPI sebagai lembaga penyiaran bertindak tegas. Toh, kata dia, Indonesia sendiri telat memiliki pedoman penyiaran.

"Sehingga ketika mendapatkan tayangan yang tak ada nilai edukasinya, KPI bisa menghentikan tayangan tersebut tidak cuma memberi denda. Itu yang tidak dilakukan KPI sekarang," jelasnya.

Masalah lainnya, karena ada monopoli media itu sendiri. Bayangkan saja, saat ini seorang pengusaha bisa kuasai tiga sampai empat media.

"Ini menunjukkan persaingan tidak sehat, kalau satu media dimiliki satu orang, saya rasa mereka akan bersaing buat tontonan bermutu," bebernya.

Dia tak melihat buruknya kualitas tayangan televisi swasta khususnya yang menyajikan sinetron karena cost produksi yang sangat tinggi. Justru yang terjadi, kata dia, saat ini sebuah tayangan hanya dilihat dari rattingnya saja.

"Umpamanya lagi tren manusia serigala atau harimau, di salah satu televisi sukses, nah yang lain pasti ikut. Karena televisi kita dipandu rating."

"Bukan kami menolak rating, di banyak negara dipakai, tapi perlu diaudit sistemnya, metodologi yang dipakai. Karena publik tidak bisa mengaudit atau lembaga lah yang mengaudit apakah ratingnya benar atau tidak. Karena pihak produser tertekan juga kadang, bagus menurut dia, tapi acaranya jeblok, Bikin yang ecek-ecek tapi ratingnya naik," sambungnya.

Itu sebabnya, lanjut dia, KPI dan Kominfo harus bergandengan tangan menertibkan televisi swasta khususnya untuk tayangan mereka yang tak ada nilai edukasinya.

Sumber: Sinetron Indonesia Kualitasnya Tak Mendukung Sama Sekali

Baca juga nih artikel-artikel menarik lainnya di Soul of Jakarta
0
2.4K
25
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
KASKUS Official
924.1KThread87KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.