Jurnalekonomi.co.id



Diluar dugaan, ketika PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menunda hajatan besar mereka, yakni peluncuran satelit BRIsat.

Misi peluncuran BRIsat atau VA 230 sedianya dilakukan pada 8 Juni 2016 waktu Kourou, Guyana Perancis, atau 9 Juni dini hari waktu Indonesia. Anomali pada satu fluid connector pada roket peluncur menjadi penyebab penundaan ini.

Uniknya, secara keseluruhan satelit itu dinyatakan aman. Arianespace, perusahaan antariksa yang bertanggung jawab atas peluncuran satelit tersebut, menyatakan bahwa BRIsat kondisinya aman dan berstatus stand-by. Arianespace akan mengumumkan jadwal baru peluncuran secepatnya.

Pihak BRI sendiri tampak tak cemas dengan penundaan itu. BRI mengatakan bisa mengerti dan menyerahkan sepenuhnya pada Arianespace terkait jadwal peluncuran. “Tentunya Arianespace sebagai salah satu perusahaan peluncur terbesar dunia akan selalu menjaga reputasi. Untuk itu, kami serahkan pada pertimbangan Arianespace kapan BRIsat siap untuk diluncurkan,” kata Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam kepada media, Selasa (7/6).

Sejatinya, proyek BRIsat ini merupakan kebanggaan nasional. Berawal dari ide besar agar Indonesia bisa memiliki sarana komunikasi independen sehingga tidak tergantung terhadap asing, BRI menggandeng anak-anak bangsa lulusan S2 dan S3 yang sebagian merupakan didikan perusahaan roket terkemuka Space System Loral (SSL), untuk mengoperasikan satelit ini kelak.

Dan untuk diketahui, proyek satelit ini telah dirintis sejak era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Rencana peluncuran BRIsat ini sendiri sudah ada sejak dua tahun lalu, tepatnya 28 April 2014.

Oleh sebab itu, proyek ini merupakan kebijakan positif dari era SBY yang perlu dilaksanakan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Seperti halnya beberapa contoh kebijakan positif lainnya dari era SBY, antara lain holding BUMN yang kini sedang mendekati kenyataan, sudah sepatutnya pemerintahan Jokowi membuat proyek BRIsat ini pun menjadi nyata.