- Beranda
- The Lounge
Mengenal Calon Kapolri Baru Komjen Tito Karnavian
...
TS
williamflank
Mengenal Calon Kapolri Baru Komjen Tito Karnavian
Quote:
Spoiler for Pic:
Quote:
Pengalaman Pribadi
Saya sudah mengenal Bapak Tito Karnavian sejak beliau menjabat sebagai Kapolres Serang di Banten, beliau merupakan polisi yang jujur dimana beliau tidak mau menerima uang suap sama sekali. polisi yang sangat profesional menurut saya. terakhir saya bertemu Bpk Tito sudah menjabat sebagai Kapolda Metro menyandang Bintang 2 di acara kepolisian beliau berkata pada saya masi hidup u ternyata, dengan gaya bicara yang bercanda. hari ini saya melihat berita dimana-mana tentang beliau yang menjadi calon kapolri baru, saya tertarik untuk mengenalkan sosok polisi yang benar berkualitas kepada agan semua.
Saya sudah mengenal Bapak Tito Karnavian sejak beliau menjabat sebagai Kapolres Serang di Banten, beliau merupakan polisi yang jujur dimana beliau tidak mau menerima uang suap sama sekali. polisi yang sangat profesional menurut saya. terakhir saya bertemu Bpk Tito sudah menjabat sebagai Kapolda Metro menyandang Bintang 2 di acara kepolisian beliau berkata pada saya masi hidup u ternyata, dengan gaya bicara yang bercanda. hari ini saya melihat berita dimana-mana tentang beliau yang menjadi calon kapolri baru, saya tertarik untuk mengenalkan sosok polisi yang benar berkualitas kepada agan semua.
Hari ini spekulasi nama-nama Kapolri Baru terbantahkan sudah diluar prediksi, Presiden Joko Widodo telah memilih Komjen Pol Drs HM Tito Karnavian MA, Ph.D.
Prestasi yang ditorehkan Tito membuat Presiden Joko Widodo telah memutuskan Tito sebagai Calon Tunggal Kapolri Baru menggantikan Jenderal Polisi Badrodin Haiti yang memasuki masa pensiun.
Dengan pengajuan Tito sebagai Calon Tunggal Kapolri maka patahlah semua asumsi yang berkembang.
Presiden Joko Widodo memang selalu menginginkan lompatan-lompatan Prestasi kepada para pembantunya. Tradisi urut kacang sudah tidak berlaku di era Presiden Joko Widodo digantikan oleh tingkat prestasi!
Quote:
Latar Belakang
Komjen. Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D. (lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964; umur 51 tahun) adalah seorang perwira Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang ikut bergabung dengan tim yang berhasil membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin Moch Top. Kombes Pol. H.M.Tito Karnavian naik pangkat menjadi Brigjen Pol. dan naik jabatan menjadi Kepala Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Tito Karnavian menggantikan Komjen Pol. Saud Usman Nasution, yang menjabat Direktur I Keamanan dan Transnasional Bareskrim Mabes Polri.
Sekarang melalui TR Kapolri 14 Maret 2016 Komjen. Pol. Tito Karnavian telah diangkat menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menggantikan Komjen. Pol. Saud Usman Nasution yang memasuki masa pensiun. Sebelumnya Tito Karnavian diangkat menjadi Kapolda Metro Jaya. Komjen. Pol. Tito Karnavian pun menjadi Angkatan AKABRI 1987 pertama yang telah mampu menembus pangkat jenderal bintang tiga.
Tito termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Bareskrim, yang melumpuhkan teroris Dr Azahari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005[1]. Ia mendapat penghargaan dari Kapolri saat itu, Jenderal Sutanto bersama dengan para kompatriotnya, Idham Azis, Petrus Reinhard Golose, serta Rycko Amelza Dahniel, dkk.
Komjen. Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D. (lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964; umur 51 tahun) adalah seorang perwira Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang ikut bergabung dengan tim yang berhasil membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin Moch Top. Kombes Pol. H.M.Tito Karnavian naik pangkat menjadi Brigjen Pol. dan naik jabatan menjadi Kepala Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Tito Karnavian menggantikan Komjen Pol. Saud Usman Nasution, yang menjabat Direktur I Keamanan dan Transnasional Bareskrim Mabes Polri.
Sekarang melalui TR Kapolri 14 Maret 2016 Komjen. Pol. Tito Karnavian telah diangkat menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menggantikan Komjen. Pol. Saud Usman Nasution yang memasuki masa pensiun. Sebelumnya Tito Karnavian diangkat menjadi Kapolda Metro Jaya. Komjen. Pol. Tito Karnavian pun menjadi Angkatan AKABRI 1987 pertama yang telah mampu menembus pangkat jenderal bintang tiga.
Tito termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Bareskrim, yang melumpuhkan teroris Dr Azahari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005[1]. Ia mendapat penghargaan dari Kapolri saat itu, Jenderal Sutanto bersama dengan para kompatriotnya, Idham Azis, Petrus Reinhard Golose, serta Rycko Amelza Dahniel, dkk.
Quote:
Riwayat Jabatan
Perwira Samapta Polres Metro Jakarta Pusat (1987)
Kanit Jatanras Reserse Polres Metro Jakarta Pusat (1987–1991)
Wakapolsek Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat (1991–1992)
Wakapolsek Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat
Sespri Kapolda Metro Jaya (1996)
Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat (1996–1997)
Sespri Kapolri (1997–1999)
Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya (1999–2000)
Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya (2000–2002)
Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulawesi Selatan (2002)
Koorsespri Kapolda Metro Jaya (2002 – 2003)
Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya (2003 – 2005)
Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya (2004 – 2005)
Kapolres Serang Polda Banten (2005)
Kasubden Bantuan Densus 88 Anti Teror Polri (2005)
Kasubden Penindak Densus 88 Anti Teror Polri (2006)
Kasubden Intelijen Densus 88 Anti Teror Polri (2006 – 2009)
Kadensus 88 Anti Teror Polri (2009-2010)
Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (2011-21 Sept 2012)
Kapolda Papua (21 Sept 2012-16 Juli 2014)
Asrena Polri (16 Juli 2014-12 Juni 2015)
Kapolda Metro Jaya (12 Juni 2015-16 Maret 2016)
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (16 Maret 2016-sekarang)
Perwira Samapta Polres Metro Jakarta Pusat (1987)
Kanit Jatanras Reserse Polres Metro Jakarta Pusat (1987–1991)
Wakapolsek Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat (1991–1992)
Wakapolsek Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat
Sespri Kapolda Metro Jaya (1996)
Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat (1996–1997)
Sespri Kapolri (1997–1999)
Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya (1999–2000)
Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya (2000–2002)
Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulawesi Selatan (2002)
Koorsespri Kapolda Metro Jaya (2002 – 2003)
Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya (2003 – 2005)
Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya (2004 – 2005)
Kapolres Serang Polda Banten (2005)
Kasubden Bantuan Densus 88 Anti Teror Polri (2005)
Kasubden Penindak Densus 88 Anti Teror Polri (2006)
Kasubden Intelijen Densus 88 Anti Teror Polri (2006 – 2009)
Kadensus 88 Anti Teror Polri (2009-2010)
Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (2011-21 Sept 2012)
Kapolda Papua (21 Sept 2012-16 Juli 2014)
Asrena Polri (16 Juli 2014-12 Juni 2015)
Kapolda Metro Jaya (12 Juni 2015-16 Maret 2016)
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (16 Maret 2016-sekarang)
Quote:
Riwayat Pendidikan
SD di Palembang (1976)
SMP di Palembang (1980)
SMA Negeri 2 Palembang (1983)
Akademi Kepolisian (1987); Penerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik.[2]
Master of Arts (M.A.) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993)
Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) (1996); Penerima bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan PTIK terbaik
Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand (Sesko) (1998)
Bachelor of Arts (B.A.) in Strategic Studies, Massey University, New Zealand (1998)
Sespim Pol, Lembang (2000)
Lemhannas RI PPSA XVII (2011) penerima Bintang Seroja sebagai peserta Lemhanas terbaik.
Ph.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization at S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore (magna cum laude) (2013)
SD di Palembang (1976)
SMP di Palembang (1980)
SMA Negeri 2 Palembang (1983)
Akademi Kepolisian (1987); Penerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik.[2]
Master of Arts (M.A.) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993)
Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) (1996); Penerima bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan PTIK terbaik
Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand (Sesko) (1998)
Bachelor of Arts (B.A.) in Strategic Studies, Massey University, New Zealand (1998)
Sespim Pol, Lembang (2000)
Lemhannas RI PPSA XVII (2011) penerima Bintang Seroja sebagai peserta Lemhanas terbaik.
Ph.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization at S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore (magna cum laude) (2013)
Quote:
Referensi
Tito Karnavian Jadi Kapolda Metro Jaya, FPI Tiarap dan Silent
Aksi-aksi sweeping FPI yang biasanya marak pada saat bulan ramadhan, kali ini hampir tak terdengar. Sejak mulai puasa 18 Juni 2015 lalu, kita tak mendengar lagi khususnya di wilayah DKI Jakarta sepak terjang FPI. Sejumlah pihak yang kerap diusik oleh keberadaan FPI mulai bertanya-tanya, kemana gerangan FPI? Apakah FPI sudah tobat? Kalau tobat, syukurlah. Apakah FPI sedang tiarap? Kalau memang sedang tiarap, apakah ada hubungannya dengan kedatangan Tito Karnavian sebagai Kapolda Metro Jaya? FPI memang sedang tiarap, sedang dilanda sunyi senyap (silent). Gelagat tiarap FPI ini sangat erat kaitannya dengan tiga hal. Pertama, kedatangan Tito Karnavian, kedua, keberadaan sosok Kabareskrim Budi Waseso, dan ketiga, sosok garang amat berani Gubernur DKI Jakarta, Ahok. Mari kita cermati sunyi-senyapnya FPI di bulan Ramadhan ini dengan hati sabar dan pikiran jernih. Pertama, Kedatangan Tito Karnavian.
Kedatangan Inspektur Jenderal Tito Karnavian, M.A, Ph.D sebagai Kapolda Metro Jaya, membuat nyali FPI benar-benar ciut. Mengapa? latar belakang Tito sebagai mantan Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, menjadi jaminan keamanan Ibu Kota Jakarta dari gangguan radikalisme seumpama FPI. Siapakah sebenarnya Inspektur Jenderal Tito Karnavian? Tito Karnavian (50 tahun) yang lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964, adalah seorang perwira tinggi Polri angkatan 1987. Ia adalah salah satu perwira polisi yang berprestasi. Seiring dengan prestasinya, karir Tito pun di kepolisian melesat cepat hingga menjadi Kapolda bergengsi sekarang ini, Kapolda Metro Jaya, Jakarta. Sebelum Tito jadi Kapolda Metro Jaya, Tito telah meniti sejumlah karir cemerlang di lingkungan Polri. Pada tahun 2001, Tito ditugaskan memimpin Tim Kobra kepolisian untuk menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra (mantan) Presiden Soeharto dalam kasus pembunuhan Hakim Agung Syarifudin.
Tugas itu berhasil diemban oleh Tito dengan sukses menangkap Tommy. Kemudian pada tahun 2004, ketika Densus 88 Antiteror Polda Metro Jaya dibentuk untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia, Tito yang saat itu menjabat Ajun Komisaris Besar (AKBP) dipercaya memimpin tim antiteror yang terdiri dari 75 personel, dan berhasil gilang gemilang melakukan tugasnya. Setahun kemudian Tito bersama timnya berhasil melumpuhkan teroris Dr. Azahari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005. Sukses menangkap Dr. Azahari, Titopun mendapat penghargaan dari Kapolri saat itu, Jenderal Sutanto bersama dengan para kompatriotnya, Idham Azis, Petrus Reinhard Golose, dan Ryco Amelza Dahniel.
Pada saat itu juga Tito mendapat kenaikan pangkat luar biasa menjadi Kombes Polisi. Tidak lama kemudian Kombes Tito bersama Densus 88 Antiteror, berhasil lagi menangkap puluhan tersangka yang masuk dalam DPO di Kecamatan Poso Kota, 2 Januari 2007. Tito dan sejumlah perwira Polri lainnya juga sukses membongkar konflik Poso dan meringkus orang-orang yang terlibat di balik konflik tersebut. Dari prestasi ini Kombes Tito pun mendapat kenaikan pangkat menjadi Brigjen Polisi dan menjabat sebagai Kepala Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
Pada tanggal 12 juni 2015, Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti melantik Inspektur Jenderal Tito Karnavian menjadi Kapolda Metro Jaya di Mabes Polri menggantikan Inspektur Jenderal Unggung Cahyono, yang kini mengemban jabatan Asisten Kepala Polri Bidang Operasi (Asops Kapolri). Irjen Polisi Tito Karnavian pun menjadi Angkatan Akpol 1987 pertama yang telah mampu menembus pangkat jenderal bintang dua. Diangkatnya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menjadi Kapolda Metro Jaya, membuat FPI ketakutan. Sosok Tito Karnavian yang sarat pengalaman dalam memberantas terorisme dan radikalisme, membuat FPI melakukan strategi tiarap. Kali ini FPI tidak berani ngotot lagi untuk menyerbu balaikota Gubernur Ahok. FPI juga tidak berani melakukan onar semacam sweeping di wilayah Jakarta. Dan kalau berani, FPI akan berhadapan dengan Jenderal Tito yang pernah menangkap Tommy Soeharto. Kedua, sosok Kabareskrim Budi Waseso.
Keberadaan Kabareskrim Budi Waseso benar-benar ikut membuat nyali anarkis, demo berlebihan FPI menjadi ciut. Hal itu karena Budi Waseso benar-benar tidak menoleransi aksi-aksi radikalisme dan aksi main hakim sendiri di wilayah DKI saat ini. Penangkapan dan penetapan tersangka Habib Novel Bamukmin bersama 21 anggota FPI terkait demo anarkis di depan Gedung DPRD dan Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (3/10/2014), telah menyisakan trauma dan ketakutan tersendiri kepada FPI. Pada saat itu Kapolda Metro Jaya yang masih dipegang oleh Irjen Polisi Unggung Cahyono memimpin langsung pengepungan markas FPI di Jalan Petamburan, Jakarta Pusat.
Kini Tito Karnavian bahu-membahu dengan Kabareskrim Budi Waseso untuk membungkam total FPI. Ketiga, sosok keberadaan Gubernur Ahok. Mungkin Ahok adalah satu-satunya gubernur atau kepala daerah yang berani mengajukan kepada pemerintah pusat untuk membubarkan FPI. Berbeda dengan para gubernur sebelumnya yang kebanyakan merangkul FPI, Ahok dengan sangat berani langsung menyerang dan mau berhadapan secara frontal dengan FPI. Akibatnya setelah Ahok tak tergoyahkan di kursi Gubernur DKI 1 oleh gerakan habis-habisan FPI bersama GMJ plus Lulung dan Taufik, akhirnya semangat FPI menjadi turun di titik nadir untuk bereaksi di bulan Ramadhan ini.
Bila masih ngotot berani, maka FPI akan berhadapan dengan trio maut: Tito Karnavian, Budi Waseso dan Ahok. Tentu saja aksi tiarap atau silent FPI ini menjadi buah simalakama. Bila mereka terus tiarap, maka nama FPI di percaturan politik di tanah air, semakin hilang ditelan jaman. Namun jika mereka memaksakan diri untuk bereaksi, maka mereka harus siap ditangkap, dijadikan tersangka sebagai pelaku anarkis dan kemudian berurusan dengan hukum. Padahal aksi-aksi ekstrim FPI sebelumnya yang membuat nama mereka melejit, terkenal dan disegani bahkan ditakuti oleh para kepala daerah, Kapolri, Kapolda, Kapolres, ormas-ormas lainnya dan bahkan mantan Presiden SBY sendiri.
Namun sekarang, jaman telah berubah, Jokowi telah menjadi Presiden yang tegas dan bukan lagi SBY yang terkenal lembek terhadap FPI. Maka ucapan yang paling cocok sekarang ini adalah: “Selamat datang kepada Bapak Tito Karnavian, selamat bertiarap kepada FPI”.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/lahagu/tit...7a612416a6fb36
Tito Karnavian Jadi Kapolda Metro Jaya, FPI Tiarap dan Silent
Aksi-aksi sweeping FPI yang biasanya marak pada saat bulan ramadhan, kali ini hampir tak terdengar. Sejak mulai puasa 18 Juni 2015 lalu, kita tak mendengar lagi khususnya di wilayah DKI Jakarta sepak terjang FPI. Sejumlah pihak yang kerap diusik oleh keberadaan FPI mulai bertanya-tanya, kemana gerangan FPI? Apakah FPI sudah tobat? Kalau tobat, syukurlah. Apakah FPI sedang tiarap? Kalau memang sedang tiarap, apakah ada hubungannya dengan kedatangan Tito Karnavian sebagai Kapolda Metro Jaya? FPI memang sedang tiarap, sedang dilanda sunyi senyap (silent). Gelagat tiarap FPI ini sangat erat kaitannya dengan tiga hal. Pertama, kedatangan Tito Karnavian, kedua, keberadaan sosok Kabareskrim Budi Waseso, dan ketiga, sosok garang amat berani Gubernur DKI Jakarta, Ahok. Mari kita cermati sunyi-senyapnya FPI di bulan Ramadhan ini dengan hati sabar dan pikiran jernih. Pertama, Kedatangan Tito Karnavian.
Kedatangan Inspektur Jenderal Tito Karnavian, M.A, Ph.D sebagai Kapolda Metro Jaya, membuat nyali FPI benar-benar ciut. Mengapa? latar belakang Tito sebagai mantan Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, menjadi jaminan keamanan Ibu Kota Jakarta dari gangguan radikalisme seumpama FPI. Siapakah sebenarnya Inspektur Jenderal Tito Karnavian? Tito Karnavian (50 tahun) yang lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964, adalah seorang perwira tinggi Polri angkatan 1987. Ia adalah salah satu perwira polisi yang berprestasi. Seiring dengan prestasinya, karir Tito pun di kepolisian melesat cepat hingga menjadi Kapolda bergengsi sekarang ini, Kapolda Metro Jaya, Jakarta. Sebelum Tito jadi Kapolda Metro Jaya, Tito telah meniti sejumlah karir cemerlang di lingkungan Polri. Pada tahun 2001, Tito ditugaskan memimpin Tim Kobra kepolisian untuk menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra (mantan) Presiden Soeharto dalam kasus pembunuhan Hakim Agung Syarifudin.
Tugas itu berhasil diemban oleh Tito dengan sukses menangkap Tommy. Kemudian pada tahun 2004, ketika Densus 88 Antiteror Polda Metro Jaya dibentuk untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia, Tito yang saat itu menjabat Ajun Komisaris Besar (AKBP) dipercaya memimpin tim antiteror yang terdiri dari 75 personel, dan berhasil gilang gemilang melakukan tugasnya. Setahun kemudian Tito bersama timnya berhasil melumpuhkan teroris Dr. Azahari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005. Sukses menangkap Dr. Azahari, Titopun mendapat penghargaan dari Kapolri saat itu, Jenderal Sutanto bersama dengan para kompatriotnya, Idham Azis, Petrus Reinhard Golose, dan Ryco Amelza Dahniel.
Pada saat itu juga Tito mendapat kenaikan pangkat luar biasa menjadi Kombes Polisi. Tidak lama kemudian Kombes Tito bersama Densus 88 Antiteror, berhasil lagi menangkap puluhan tersangka yang masuk dalam DPO di Kecamatan Poso Kota, 2 Januari 2007. Tito dan sejumlah perwira Polri lainnya juga sukses membongkar konflik Poso dan meringkus orang-orang yang terlibat di balik konflik tersebut. Dari prestasi ini Kombes Tito pun mendapat kenaikan pangkat menjadi Brigjen Polisi dan menjabat sebagai Kepala Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
Pada tanggal 12 juni 2015, Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti melantik Inspektur Jenderal Tito Karnavian menjadi Kapolda Metro Jaya di Mabes Polri menggantikan Inspektur Jenderal Unggung Cahyono, yang kini mengemban jabatan Asisten Kepala Polri Bidang Operasi (Asops Kapolri). Irjen Polisi Tito Karnavian pun menjadi Angkatan Akpol 1987 pertama yang telah mampu menembus pangkat jenderal bintang dua. Diangkatnya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menjadi Kapolda Metro Jaya, membuat FPI ketakutan. Sosok Tito Karnavian yang sarat pengalaman dalam memberantas terorisme dan radikalisme, membuat FPI melakukan strategi tiarap. Kali ini FPI tidak berani ngotot lagi untuk menyerbu balaikota Gubernur Ahok. FPI juga tidak berani melakukan onar semacam sweeping di wilayah Jakarta. Dan kalau berani, FPI akan berhadapan dengan Jenderal Tito yang pernah menangkap Tommy Soeharto. Kedua, sosok Kabareskrim Budi Waseso.
Keberadaan Kabareskrim Budi Waseso benar-benar ikut membuat nyali anarkis, demo berlebihan FPI menjadi ciut. Hal itu karena Budi Waseso benar-benar tidak menoleransi aksi-aksi radikalisme dan aksi main hakim sendiri di wilayah DKI saat ini. Penangkapan dan penetapan tersangka Habib Novel Bamukmin bersama 21 anggota FPI terkait demo anarkis di depan Gedung DPRD dan Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (3/10/2014), telah menyisakan trauma dan ketakutan tersendiri kepada FPI. Pada saat itu Kapolda Metro Jaya yang masih dipegang oleh Irjen Polisi Unggung Cahyono memimpin langsung pengepungan markas FPI di Jalan Petamburan, Jakarta Pusat.
Kini Tito Karnavian bahu-membahu dengan Kabareskrim Budi Waseso untuk membungkam total FPI. Ketiga, sosok keberadaan Gubernur Ahok. Mungkin Ahok adalah satu-satunya gubernur atau kepala daerah yang berani mengajukan kepada pemerintah pusat untuk membubarkan FPI. Berbeda dengan para gubernur sebelumnya yang kebanyakan merangkul FPI, Ahok dengan sangat berani langsung menyerang dan mau berhadapan secara frontal dengan FPI. Akibatnya setelah Ahok tak tergoyahkan di kursi Gubernur DKI 1 oleh gerakan habis-habisan FPI bersama GMJ plus Lulung dan Taufik, akhirnya semangat FPI menjadi turun di titik nadir untuk bereaksi di bulan Ramadhan ini.
Bila masih ngotot berani, maka FPI akan berhadapan dengan trio maut: Tito Karnavian, Budi Waseso dan Ahok. Tentu saja aksi tiarap atau silent FPI ini menjadi buah simalakama. Bila mereka terus tiarap, maka nama FPI di percaturan politik di tanah air, semakin hilang ditelan jaman. Namun jika mereka memaksakan diri untuk bereaksi, maka mereka harus siap ditangkap, dijadikan tersangka sebagai pelaku anarkis dan kemudian berurusan dengan hukum. Padahal aksi-aksi ekstrim FPI sebelumnya yang membuat nama mereka melejit, terkenal dan disegani bahkan ditakuti oleh para kepala daerah, Kapolri, Kapolda, Kapolres, ormas-ormas lainnya dan bahkan mantan Presiden SBY sendiri.
Namun sekarang, jaman telah berubah, Jokowi telah menjadi Presiden yang tegas dan bukan lagi SBY yang terkenal lembek terhadap FPI. Maka ucapan yang paling cocok sekarang ini adalah: “Selamat datang kepada Bapak Tito Karnavian, selamat bertiarap kepada FPI”.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/lahagu/tit...7a612416a6fb36
SUMUR
Sekian thread ane, kalo ada kata kurang berkenan maaf ya
Quote:
Terima Kasih Admin Sudah Menjadi Hot Thread
Quote:
Beberapa Threat yang ada:
1. mengenal-calon-kapolri-baru-komjen-tito-karnavianHT Gan
2. 14-foto-barang-yang-terlihat-seperti-makanan-saat-puasa
3. 25-benda-buatan-manusia-yang-hampir-mustahil-untuk-dihancurkan
4. amazing-life-without-the-internet-in-the-village-of-indonesia
0
47.4K
Kutip
318
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925.2KThread•91.3KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya