Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bentar.nrAvatar border
TS
bentar.nr
Logika Terbalik
Logika terbalik.

Entah apakah ada yang sengaja memulai, apa penyebabnya, atau ada apa di baliknya, tapi faktanya ada sebagian dari bangsa ini mulai terbalik pikirannya. Sebelum membaca lebih lanjut, ane mau disclaimer bahwa ane nulis ini dalam posisi pihak yang netral dan no SARA. emoticon-No Sara Please

Ya, ane membicarakan hal yang sedang “in” belakangan ini, toleransi. Banyak orang yang mulai menggembar-gemborkan toleransi yang menurut ane salah salah kaprah. Sebenarnya apa sih artinya toleransi itu? Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia yang ane punya, toleransi berasal dari kata toleran yang artinya: meneggang (tenggang rasa, red.), menghargai, membiarkan pendirian yang berbeda dengan pendiriannya sendiri. Sedangkan toleransi sendiri berarti sebagai sikap toleran tersebut.

Tapi lantas seperti apa tolerasi itu sendiri? Banyak sekali contohnya. Misalnya ketika kita memiliki teman yang tidak bisa berlari karena suatu hal, ya kita bersikap toleran dengan berjalan saja. Bukan sebaliknya, karena kita pengennya berlari, kita buat teman kita yang tidak bisa berlari untuk ikut berlari. Atau jika ada tetangga kita yang sedang berduka, maka kita menahan diri dulu dari kita yang mungkin punya kebiasaan menyetel musik dengan keras. Bukan sebaliknya kita meminta keluarga yang sedang berduka tersebut untuk ikut menikmati musik yang kita setel dengan lantang. Begitulahlogika toleransi yang saya pahami. Hal yang sama juga berlaku dalam peribadatan. Misalnya saya, sebagai umat Islam, menghormati tetangga yang sedang merayakan nyepi dengan tidak menyalakan alat hiburan dengan keras; atau juga mentoleransi kawan saya yang Kristen yang sedang merayakan natal. Nah, begitu juga sebaliknya, karena bulan ini adalah bulannya umat Islam, gantianlah umat agama lain yang bertoleransi kepada saya, bukan sebaliknya saya yang bertoleransi terhadap umat agama lain ataupun sesama muslim yang karena alasan tertentu tidak menjalankan ibadah puasa.

Kasus warung dirazia itu contoh yang paling lucu.

Kenapa ada saja orang yang kontra dengan larangan Perda di Serang itu dengan alasan umat Islam harus bertoleransi kepada orang yang tidak berpuasa. Hello... Bukankah yang sedang beribadah orang Islam, kenapa harus orang yang berpuasa juga yang harus bertoleransi terhadap orang yang tidak berpuasa? Mestinya gantian orang yang tidak berpuasalah yang bertoleransi kepada umat Muslim sebagaimana umat Muslim telah bertoleransi juga kepada mereka yang beragama lain, ataupun, sekali lagi, umat muslim lainnya yang dengan alasan tertentu tidak melaksanakan rukun islam yang satu ini.

Lucunya lagi, sumbangan yang mengalir pun seolah menjadi pembenaran bahwa tidak ada yang salah dengan apa yang dilakukan oleh si ibu yang dagang di siang hari di Serang.

Padahal jelas-jelas si ibu yang melanggar Perda yang sudah tertulis, kecuali Perda tersebut tidak pernah ada, maka si ibu bisa dianggap tidak bersalah. Ini bukan masalah halal atau haram atas aktifitas berdagangnya si ibu (masalah halal haram dibutuhkan diskusi mendalam oleh para ulama, tapi ane yakin lebih condong keburukannya (ane gak bilang haram) mengingat adanya aturan yang berlaku di daerah tersebut yang melarang berjualan di siang hari), ini masalah ketaatan pada peraturan yang berlaku. Kalau ads yang bilang razia jangan tebang pilih, toko-toko besar pun mestinya ikut dirazia. Lah, apanya yang mau dirazia wong mereka dengan kesadaran sendiri sudah menutup tokonya sendiri mengikuti Perda yang berlaku.

Jadi, sebenarnya ibu itu gak jauh beda dengan para PKL yang menggelar dagangannya di area terlarang. Tapi hebatnya, tidak seperti PKL lain, ibu itu dirazia malah ketiban rejeki nomplokemoticon-Hammer2 Seperti tidak ada lagi yang berhak menerima sumbangan di negeri ini. Masih banyak yang seperti ini yang lebih layak dibantu.

Yah, ane sih berharap nantinya tetap ada transparansi atas semua dana yang masuk, dan mudah-mudahan semua sumbangan netizen dibalas Allah dengan berlipat-lipat dan semoga si ibu juga bisa naik haji.

Perihal Perda tersebut, menurut ane sah-sah saja karena setiap daerah berhak membuat aturan yang berdasarkan beberapa pertimbangan bisa mengakomodir masyarakat dan daerahnya. Peraturan dibuat sebagaimana kebutuhan masyarakatnya, tidak asal saja. Misalnya perda aceh yang tentu saja jauh berbeda dengan Perda DKI ataupun Papua. Perda dapat dikatakan sebuah hasil manifestasi dari homogenitas masyarakat wilayahnya. Apalagi mengingat beragamnya masyarakat Indonesia yang tentu saja tidak bisa disamakan, begitu pula dengan Peraturan yang mengaturnya. Tapi memang, arogansi petugas dalam penegakkan peraturan ini tidak bisa diabaikan. Ini juga tidak bisa dibenarkan. Seharusnya petugas lebih arif dalam bekerja, apalagi di bulan Ramadhan. Berharap saja petugas Satpol PP yang sering berhadapan dengan kerasnya jalanan, bisa mengamankan lingkungan dengan kesantunan dan lemah lembut sehingga orang-orang yang “ngeyel” bisa tertib.


Tapi apapun itu, Pemda serang membuat Perda tersebut dalam upaya meningkatkan akhlak, iman, dan taqwa masyarakatnya, khususnya umat Muslim. Dengan tidak adanya warung ataupun tempat makan, maka diharapkan orang Islam yang malas berpuasa dengan berbagai alasannya akan ikut puasa juga, he3. Masalahnya bukan ada di Perdanya, tapi pada masyarakat kita yang jaman sekarang ini terlalu reaktif akan suatu hal, menelan semua informasi bulat-bulat tanpa menelaah lebih lanjut, dan sulit memahami suatu hal karena logikanya sudah terlanjur kebolak-balik.
Diubah oleh bentar.nr 15-06-2016 05:40
0
5.7K
48
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.