Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

alizainalAvatar border
TS
alizainal
Ciremai, berasa gunung milik sendiri (Pendakian 2-3 Maret 2016)

Assalamualaikum... Salam Lestari

Kembali berbagi gan, perjalanan ane ke Mt Ciremai 3078 Mdpl emoticon-Traveller


Rasa penasaran begejolak tatkala angan kembali berhasrat untuk lagi-lagi menginjakan kaki pada dataran tinggi. Tepatnya pertengahan Mei tahun 2015 yang lalu terakhir kali kaki ini melangkah menyusuri jalur gunung Semeru yang begitu gagah. Naik dengan beban carier dipundak, berjalan riang menusuri jalur setapak, dan detak jantung yang kian berdetak kala puncak semeru semakin dekat, sampai akhirnya kembali turun dengan kepala tegak. Yap, kurang lebih 10 bulan lamanya sejak turun dari semeru, diri ini cukup lama beristirahat untuk menanjak. Ada target lain dalam rentang waktu tersebut, yang harus saya selesaikan sehingga porsi mendaki dikurangi.

Waktu yang dianti akhirnya tiba. Tanggal 2-3 Maret 2016 adalah waktu yang kami pilih untuk menapaki Gunung Ciremai. Yap, Taman Nasional Gunung Ciremai, belum pernah kami ke sana. Saya, Dedi dan Ihsan memang berasal dari Jawa Barat. Sejak pertemuan kami yang tidak disengaja saat tersesat malam di Papandayan 3 tahun yang lalu, kami kemudian berkawan. Gunung Ciremai seakan tidak asing bagi kami karena berada Jawa Barat. Sialnya kami memang belum pernah menuju sana walau ke merbabu sudah dijamah, bahkan puncak tertinggi Jawa sudah dikunjungi, tapi belum pernah berdiri di puncak tertinggi provinsi sendiri.

Singkat cerita, deal! kami bertiga berencana naik ke Ciremai, dan Week day menjadi pilihan kami dengan pertimbangan kalau week end selalu saja gunung itu ramai dikunjungi. Persiapan-pun dimulai tahap demi tahap, mulai dari persiapan fisik dan “pesak”. 10 bulan lamanya tak menanjak mungkin akan sedikit menjadi hambatan bagi saya. Terlebih dalam perjalan nanjak sebelumnya, keram lutut kerap menyerang saya jika berjalan lebih dari 6 jam dengan kondisi menanjak. Jadi, olahraga jauh-jauh hari menjadi pilihan agar otot2 tak telalu terasa ngilu saat menapaki tanjakan demi tanjakan di jalur Apuy yang katanya cukup mengerikan.

Di hari2 terakhir sebelum pemberangkatan, adik saya memutuskan ikut mendaki ciremai (sebelumnya pernah dia berkunjung via palutungan). Jadilah kami ber-4! Dedi dan Ihsan berangkat dari Garut menuju Majalengka via Cileunyi-Sumedang-Maja, sementara saya dan adik saya dari Tasikmalaya via Ciamis-Kawali-Cikijing-Maja.

01 Maret Ihsan dan Dedi berangkat terlebih dahulu ke Majalengka dan menunggu di Terminal Maja Selatan, sementara saya berangkat pagi tanggal 2 Maret dari Tasik. Sempat bimbang antara naik bis menuju Maja atau bawa mobil sendiri, namun akhirnya mengingat jarak yang tidak terlalu jauh sementara dua kawan saya itu sudah menunggu di terminal maja akhirnya saya bawa juga Katana “kolot” saya menuju majalengka. Pukul 7 pagi berangkat dari kota tasik melewati Ciamis-Kawali sampai di pertigaan Cikijing, belok kiri menuju Majalengka dan sampai di Terminal Maja jam 9.30 dan bertemu dua kawan saya yg sejak semalam tadi menepi di mushala.

Mendung! Itulah kata yang menggambarkan kondisi cuaca saat itu. Sepanjang perjalanan menuju Maja, sampai tiba di Terminal Maja-pun sy tidak melihat deretan bukit dan gunung Ciremai, semuanya tertutupi kabut. Walaupun begitu, tidak kemudian menyurutkan semangat kami untuk menjamah-nya, tetap positif seraya “memohon” agar cuaca memihak.
Spoiler for term maja:

Setelah sarapan, berangkatlah kami dari terminal menuju atas (belok kiri dari terminal maja) jam 10.15. Perjalanan menanjak dengan mobil pas berpenumpang empat, ditemani kabut yang kian pekat. Saya selaku supir pun agak kesulitan saat itu. Semakin atas jarak pandang terbatas terhalang kabut, sampai akhirnya kesasar cukup jauh karena salah belok. Akhirnya saya putar balik menujul lajur yang benar setelah diberi petunjuk oleh tukang Bakso Ikan. Tibalah kami akhirnya di Desa Apuy, desa terakhir sebeum menuju basecamp pos 1 Berod pada pukul 11.10. Baru saja tiba di Desa Apuy, dua orang petugas base Apuy turun dan menyapa kami, menanyakan apakah kami berencana naik? Spontan kami bilang “iya”. “Wah gaboleh mas, pendakian ditutup. Cuaca buruk, ada badai” ujar si mas. “tapi kalau mau camp di pos 1 atau 2, masih boleh” lanjutnya. Wahhhh kacauu ini mah. Baru aja datang sudah dapat kabar gak enak.
Spoiler for kabut menuju Apuy:

Spoiler for Kabut:

Kami sudah datang jauh-jauh akhirnya agar tidak terlalu penasaran, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Pos 1 Berod. Jalannya makin sempit, hanya cukup untuk 1 mobil, kondisi jalan rabat beton makin menanjak. Beberapa kali mobil saya selip dan harus mengambil ancang2 agar kuat di tanjakan nan licin (maklum si katy masih 2wd emoticon-Stick Out Tongue). Tepat jam 11.30 alhamdulillah kami tiba di pos 1 Berod, block mesin terasa begitu panas, namun kanvas kupling tidak tercium menyengat.

Dua orang petugas pos Berod langsung menyapa kami persis halnya seperti petugas yang kami temui di bawah tadi. Keduanya begitu kompak berujar kalau pendakian ditutup. Di pos Berod sendiri berdiri dua tenda rombongan pendaki yang katanya sejak kemarin menunggu izin, beberapa diantaranya ada perempuan perawakan ABG. Mereka gambling berharap cuaca membaik, sehingga memilih camp di pos 1 berod. Namun nyatanya mereka tetap tidak diizinkan petugas karena terlalu riskan mengingat ada perempuan diantaranya.
Spoiler for Pos berod:

Spoiler for plang:

Spoiler for Horor:

Spoiler for pos Berod:

Spoiler for Si Katy!:

Yasudahlah, apaboleh buat. Aturan ya tetap kami ikuti, tidak ingin kami memaksa, berdoa saja semoga keajaiban menghampiri. Kami kemudian ngopi, gudud, nyemil bersama kedua petugas sembari berbincang ngaler ngirul khas sunda, mengakrabkan diri, sekedar menghangatkan suasana yang kala itu memang terasa begitu dingin walau hujan tak turun.
Spoiler for ngobrol:

Entah bagaimana ceritanya, di tengah obrolan kami tiba-tiba salah satu petugas berkata “kang mangga wae pami bade naek mah”(silahkan saja kalau mau naik). Sontak kami pun kaget dan bertanya kenapa tiba2 memberi izin!? Petugas itu (lupa lagi namanya) kemudian mengatakan “cuaca sakieu mah moal nanaon lah, insya allah” (cuaca segini mah gapapa). Lagipula katanya dari gaya bicara sama tampilan kami beda (padahal sy pake celana jeans, dan sendal jepit. Perintilan masih di mobil emoticon-Bingung (S)), ditambah kami semua laki2, “aman lah” katanya. Ahaaaa.... mendengar itu kami pun lega. Namun kami diminta untuk menunggu dulu rombongan itu pulang, agar tidak “sisirikan” (diskriminasi-red emoticon-Stick Out Tongue). Kamipun menyanggupinya. Nah, saat kami shalat dzuhur di mushala kebetulan rombongan yang sedang camp semuanya pergi ke curug. Kami semuanya diminta petugas untuk segera mengemasi barang2 dan mulai naik (kek kucing-kucingan yak emoticon-Stick Out Tongue).”Cepet kang, sekarang aja bisi keburu balik lagi anak2 yang tadi” kata petugas. Kamipun segera bersiap. Berkemas, ganti baju, dan membayar simaksi. Kebaikan petugas kembali menghampiri kami saat akan membayar simaksi, ketika kami tanya harus berapa kami bayar, petugasnya malah bilang: “Sok we sabaraha, meuni alabatan” (silahkan saja berapa, seikhlasnya. kira2 begitulahhh). Ahaha... baik kali ini petugas, kami akhirnya memberi uang 100 ribu untuk 4 orang, yang seharusnya Simaksi Pendakian TNGC seharga 50ribu/orang. Alhamdulillah....
Spoiler for Team (Ane, Dedi, Ihsan, Aliza):


Berdoalah kami bersama-sama (petugasnya pun ikut berdoa emoticon-Stick Out Tongue), dan akhirnya kami mulai berangkat dari pos 1 Berod pada jam 12.50, ditemani kabut yang begitu pekat saat itu.
Perjalanan kami mulai dengan santai menuju pos 2. Trek masih landai, nanjak-nanjak dikit dengan kondisi memasuki hutan yang masih terbuka. Belum sampai pos 2, Dedi tiba2 lututnya terasa kram. Mungkin kurang pemanasan, dan katanya terakhir nanjak setahun yang lalu. Berhenti cukup lama saat itu, memulihkan otot2 agar tidak terlalu kaku. Saat beristirahat, tiba2 hujan turun cukup deras, hingga mau tidak mau kami akhirnya memakai jas hujan dan langsung melanjutkan perjalanan dengan harapan hujan segera reda.
Spoiler for Menuju pos 2:

Spoiler for menuju pos 2:

Spoiler for Ihsan bergaya:

Tepat pada jam 13.30 kami tiba di pos 2 Arban. Ada sebuah bangunan tembok ber-atap yang cukup untuk sekedar berteduh di pos Arban. Kembali kami berhenti cukup lama, sambil ngebul sebatang menunggu hujan reda. Namun sayang, api rokok sudah hampir menyentuh "merk-nya", hujan tak kunjung reda sehingga kami putuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan.
Spoiler for pos 2 Arban:

Dari pos 2 Arban kita mulai memasuki hutan tertutup, pohon2 tinggi di kanan kiri khas pegunungan, trek yang makin menanjak, ditambah hujan yang terus mengguyur, kabut tebal dan angin kencang, membuat suasana perjalanan saat itu terasa menyedihkan. Apalagi jarak dari pos 2 ke pos 3 adalah yang terjauh di jalur Apuy ini. Dan memang benar saja, lama sekali kami tak menjumpai papan penanda pos sejak pos 2 tadi. Yang ada hanyalah tanjakan yang makin aduhaaai syekalii, licin pula. Namun tekad kuat mengimbangi. Langkah demi langkah dilalui dengan senang hati, terhibur dengan kicauan burung di tengah hutan lebat yang membuat adem hati.
Spoiler for Trek menuju pos 3:

Spoiler for Trek menuju pos 3:

Spoiler for Trek menuju pos 3:

Spoiler for Masih begini treknya:

Hujan tak kunjung reda. Sesekali hujan rintik, tak lama lebat lagi, membuat badan kami sebagian basah tercampur keringat. Kami memutuskan berhenti sejenak, menghangatkan diri di tanah lapang untuk membuat kopi, dan berlindung dari tetesan hujan dengan flysheet yang dibentang. Namun makin lama kami terdiam, rupanya makin dingin udara terasa. Kami kembali berkemas dan melanjutkan perjalanan agar kembali panas, masih dengan ditemani hujan. Tanjakan demi tanjakan dilalui dengan santai, mengingat Dedi lututnya sering kram. Akhirnya sampailah di pos 3 Tegal Masawa pada pukul 16.20.
Spoiler for Ngopdul:

Spoiler for Pos 3 Tegal Masawa:

Di pos 3 ini tak lama kami berhenti, seketika lanjut langsung menuju pos 4. Hujan masih betah menemani perjalanan kami, dan kabut makin pekat membuat jarak pandang makin pendek. Trek menuju pos 4 hampir sama seperti trek sebelumnya, sesekali ada bonus namun tanjakan begitu dominan.
Spoiler for menuju pos 4:

Spoiler for menuju pos 4:

Jam 17.16 kami akhirnya tiba di pos 4 Tegal Jamuju. Di pos 4 ini kami juga tidak ingin berhenti terlalu lama, badan yang sudah panas akan kembali menyusut dingin jika terlalu lama terdiam. Terlebih hari sudah terlalu sore, sementara pos Goa walet, tempat dimana kami akan camp masih jauh. Perjalanan kami lanjutkan menuju pos 5. Hutan makin lebat di jalur ini, tanjakannya pun semakin menyulitkan, jalur sempit, ditambah kabut tebal, dan angin kencang. Beruntung hujan sedikit mereda, sehingga paling tidak masih ada harapan positif ditengah-tengah kesulitan perjalanan saat itu.
Spoiler for pos 4 Tegal jamuju:

Spoiler for Dilarang Vandalism!:

Perjalanan menuju pos 5 memang menyulitkan. Kami berjalan dengan santai mengingat dedi masih berkutat dengan kram lututnya. Sedikit semi sedikit terus berusaha berjalan di beberapa tanjakan yang aduhai. Hari makin malam, kami akhirnya tiba di pos 5 Sanghiang ragkah sekitar jam 18.30.
Spoiler for Jalur menuju pos 5:

Spoiler for kabut:

Spoiler for Trek menuju pos 5:

Di pos 5 ini kami kembali memasang flysheet, dan memasak mie dan bubur instan, untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Niat ingin memasak nasi, namun mengingat waktu pasti akan lebih lama, alhasil cukup mie instan dan bubur instan biar cepat dibuat. Angin kencang saat itu berhembus di pos 5, sehingga membuat api kompor kami sering padam. Kami berempat saling merapat menghalangi angin agar api kompor tetap menyala, dan tak lama kemudian masakan pun matang. Tidak istimewa memang, hanya mie instan dan bubur seduh instan, ditaburi pilus sebagai pelengkap. Rasa lelah melanda, perut yang lapar di tengah hutan, dan cara makan kami yang saling mengoper nesting (karena sendok saat itu hanya 2 biji) membuat kenikmatan saat itu sungguh tidak bisa dibeli, alhamdulillah. Tidak ada dokumentasi yang saya lakukan, gelap brayyy.

Kurang lebih 45 menit kami istirahat, perjalanan kemudian dilanjutkan menuju pos 6 Goa Walet. Alhamdulillah, angin kencang dan hujan saat itu seketika reda. Trek menuju pos 6 luar biasa syekalii emoticon-Stick Out Tonguetanjakannya ampuuunn gustiiiii, ditambah jalur makin sempit. Hutan lebat semakin kami tinggalkan, dan pepohonan makin terbuka. Trek tanah kemudian batuan cadas menjadi pijakan kami selama perjalanan saat itu. Ngeri memang, terpeleset sedikit saja mungkin akbitanya fatal. Bisa-bisa tergelincir ke bawah dengan turunan curam. Hanya semangat yang membuat kami terus berjalan saat itu walau trek menanjak, dan malam makin gelap. Yang ada memang keheningan, sejak awal perjalanan sampai saat itu memang tidak dijumpai pendaki yang turun atau naik, hanya kami ber-4.
Terus berjalan, akhirnya kami tiba di pertemuan jalur Apuy dan Palutungan. Luar biasa cuaca makin cerah saat itu. Kabut menghilang, angin seakan terdiam, dan menoleh ke belakang adalah keindahan lampu kelap-kelip perkotaan yang kami yakini adalah wilayah Kuningan dan Majalengka. Perjalanan yang katanya sebentar lagi kemudian kami lanjutkan, terus menanjak di bebatuan cadas akhirnya kami sampai pada plang tertancap bertuliskan Pos Goa Walet. Sementara untuk menuju Pos Goa Walet sendiri yang biasa dipakai sebagai tempat camp pendaki Ciremai, tinggal melipir turun ke arah kanan. Tibalah kami di Goa Walet pada jam 21.30, dan krik-krik-krik sepi sekali, tidak ada orang selain kami. Terdengar hanya suara tetesan air yang jatuh dari stalagtit goa yang gelap. Luar biasa begitu sunyi suasana saat itu (walau agak takut juga sih emoticon-Stick Out Tongue). Ini adalah pengalaman pertama mendaki tanpa menjumpai rombongan lain di perjalanan atau di tempat camp. Teringat dulu ketika ke semeru, lahan ranu kumnolo benar2 penuh sesak layaknya pasar tumpah, sehingga untuk sekedar melangkahpun kaki kadang tersangkut di tali pasak tenda orang.
Spoiler for Plang pertemuan jalur:

Spoiler for In memorian:

Spoiler for Papan penanda Goa Walet:

Diubah oleh alizainal 20-03-2016 12:56
0
7.3K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
Catatan Perjalanan OANCKASKUS Official
1.9KThread1.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.