Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

vierna.ansAvatar border
TS
vierna.ans
Apa Sih Fenomena Déjà Vu Itu?
Apakah kamu pernah mengalami perasaan mengenali tempat yang baru pertama kali kamu kunjungi? Atau perasaan bahwa percakapan dengan seseorang pernah terjadi sama persis sebelumnya?

Itu dikenal sebagai déjà vu (istilah Perancis yang berarti “telah melihat”). Laporan penelitian menyebutkan 60 sampai 80 persen orang pernah mengalaminya. Déjà vu muncul sebagai pengalaman yang hampir selalu cepat berlalu dan itu terjadi secara acak.

Apa sih ini sebenarnya, dan apa penyebabnya?

Meskipun banyak orang memandang ini sebagai hal yang biasa terjadi, tapi penjelasan ilmiah soal pengalaman déjà vu masih kurang dipahami. Soalnya, Déjà vu terjadi sebentar, tanpa peringatan dan tidak memiliki gejala yang nampak selain pernyataan, “Aku baru saja mengalami déjà vu”. Banyak peneliti mengusulkan penjelasan ringkas, bahwa fenomena ini adalah pengalaman berbasis memori otak.

Sistem Memori

Dalam hal sistem memori otak, ada istilah Lobus Temporal Medial yang berperan penting terkait retensi kenangan jangka panjang, peristiwa dan fakta-fakta. Daerah tertentu dari area ini penting dalam deteksi keakraban, pengetahuan atau pengakuan. Hal-hal yang bertentangan dengan ingatan rinci peristiwa.

Para ahli sudah mengusulkan teori dimana deteksi keakraban tergantung pada fungsi korteks rhinal, sedangkan ingatan rinci terkait dengan hippocampus. Keacakan pengalaman déjà vu pada orang sehat membuat obyek ini sulit untuk dipelajari secara empiris. Soalnya, hasil berbagai penelitian berbeda-beda bergantung pada pengalaman unik dari tiap orang.

Gangguan dalam matriks

Terdapat fakta yang menunjukkan dimana subset dari pasien epilepsi secara konsisten mengalami déjà vu. Yaitu, ketika gejala kejang mempengaruhi lobus temporal medial. Temuan ini menjadi arahan bagi para peneliti dalam menentukan cara yang terukur dalam meneliti déjà vu.

Sekedar informasi tambahan, Epilepsi terjadi karena adanya perubahan dalam aktivitas listrik di neuron otak. Khususnya di area fokal dari otak. Disfungsi aktivitas neuron bisa merambat ke seluruh otak seperti gelombang gempa bumi. Daerah otak yang dapat terpengaruh gelombang adalah area lobus temporal medial. Gangguan sistem saraf ini menghasilkan bayangan berupa déjà vu sebelum kejadian epilepsi.

Dengan mengukur debit neuronal di otak pasien, para ilmuwan bisa mengidentifikasi di daerah otak manakah sinyal déjà vu itu bermula. Hasilnya, peneliti menemukan bahwa déjà vu lebih mudah diinduksi pada pasien epilepsi melalui stimulasi listrik dari korteks rhinal. Area yang bertentangan dengan hippocampus. Pengamatan ini memunculkan spekulasi bahwa déjà vu disebabkan oleh debit listrik disfungsional di otak. Dan kondisi ini dapat terjadi secara alami pada orang tanpa epilepsi. Contoh dari ini adalah hyponogogic Jerk (kondisi dimana orang tiba-tiba tertidur, namun hanya sejenak dan terbangun juga dengan tiba-tiba) termasuk juga kedutan.

Para ilmuwan juga menyampaikan bahwa ada kemungkinan déjà vu dipicu oleh gejala yang mirip pada saraf yang sama, sehingga memunculkan rasa aneh yang akrab. Beberapa peneliti juga berpendapat bahwa jenis déjà vu yang dialami oleh pasien epilepsi lobus temporal berbeda dari déjà vu yang dialamai kebanyakan orang sehat.

Para ilmuwan juga berpendapat bahwa bentuk déjà vu pada penderita epilepsi mungkin bersifat berkelanjutan, dan bukan sekedar perasaan sekilas orang pada umumnya. Pada orang tanpa masalah epilepsi, pengetahuan dan pengalaman secara intrinsik mendasari terjadinya pengalaman déjà vu.

Ketidaksesuaian dan sirkuit pendek

Déjà vu pada orang sehat juga menunjukkan adanya kesalahan memori yang mengekspos sifat sistem memori. Beberapa peneliti berspekulasi bahwa déjà vu terjadi karena perbedaan dalam sistem memori, terkait urutan tak tepat rincian memori pengalaman sensorik baru. Artinya, informasi hanya melewati memori jangka pendek dan bukannya mencapai memori jangka panjang.

Dalam sudut pandang ini, déjà vu awalnya adalah ketidaksesuaian antara masukan sensorik, output memori dan ingatan. Ini menjelaskan mengapa pengalaman baru bisa terasa sudah pernah terjadi, tapi tidak berwujud sebagai memori yang sepenuhnya teringat.

Teori lain menunjukkan aktivasi sistem saraf rhinal, yang terlibat dalam deteksi keakraban pada tempat atau peristiwa, terjadi tanpa aktivasi sistem ingatan dalam hippocampus. Hal ini menyebabkan perasaan pengakuan tanpa rincian spesifik.

Terkait dengan teori ini, diusulkan bahwa déjà vu merupakan reaksi dari sistem memori otak untuk pengalaman baru, namun memiliki banyak unsur yang sudah dikenali, meskipun sedikit berbeda. Contohnya, saat seseorang berada di sebuah restoran di negara asing yang memiliki tata letak yang sama seperti bar lain yang sering Ia kunjungi.

Tak hanya itu, banyak masih banyak teori lain mengenai penyebab déjà vu. Mulai teori paranormal, kehidupan masa lalu, penculikan alien dan mimpi precognitive, dimana kenangan terbentuk dari pengalaman yang samar seperti adegan di film.

Meski belu ada penjelasan menyeluruh soal mengapa déjà vu bisa terjadi, namun kemajuan dalam teknik neuroimaging (pencitraan gelombang syaraf) terus dipakai untuk membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang memori dan trik dalam pikiran kita.

sumbernya dimari
0
3.1K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
EducationKASKUS Official
22.5KThread13.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.