Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

KokusanAvatar border
TS
Kokusan
300 WNI Bergabung dengan ISIS, 50 Jihadis Indonesia Tewas
Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengatakan, terorisme merupakan agenda politik. Mereka melakukan aksi tergantung situasi politik terkini.

"Di kita kelihatannya agak reda. Tapi ingat tenangnya itu bukan berarti selesai. Kebetulan sekarang agak landai-landai saja. Tidak ada hal menonjol. Ini perlu betul-betul kewaspadaan kita. Masalahnya ini beda dengan kejahatan biasa. Dia menyangkut masalah politik, sosial, ekonomi, ideologi. Kalau tidak kita ikuti, kita akan selalu tetap kecolongan," ungkapnya.

Melihat ancaman terorisme tak bisa hanya melihat ancaman di kampung kita aman. Ini masalah global dan semua berkaitan. Apa yang terjadi di ujung dunia sana berhubungan dengan kita disini.
"Satu aksi teroris terjadi di satu titik di dunia, itu ancaman juga bagi kita di Pontianak. Ancaman kemanusiaan," katanya.

Sejak akhir 2015, sampai hari ini sudah belasan kali terjadi tindak terorisme. Mulai dari teror di Ankara, Turki, teror bom di Lebanon, serangan pada Polisi dan Militer di Mesir, hingga serangan terhadap Paspampres di Tunisia.


Ansyaad mengatakan, di dalam negeri situasinya sudah lebih kurang 300 WNI ke Syiria dan Irak bergabung dengan ISIS . Sudah lebih dari 50 jihadis dari Indonesia tewas di medan perang disana.
"Artinya apa, tingkat kenekatan teroris dari kita tidak kalah dengan teroris di sana. Tidak kalah. Teroris di Paris yang menghebohkan tidak jauh berbeda dari pada teroris yang dari kita. Sama nekatnya," kata dia.

Dari jumlah yang meninggal itu, satu anak Imam Samudera, satu anak Abu Jibril dan satu Polisi. Tentara belum kelihatan, bukan berarti tidak ada.

"Sebab tak mengenal Polisi, Tentara, ulama pegawai negeri direkrut semua. Karena ini masalah ideologi," katanya.

Sudah pengalaman perang disana, ada 190 jihadis yang dideportasi oleh Turki. Sementara 45 jihadis kembali dari Syiria, dimana baru 11 yang ditangkap dan diadili.

"Nah orang-orang ini dimana? Ada di antara kita. Mudah-mudahan tidak disini," katanya.

Mantan Kapolres Pontianak ini mengatakan, mengantisipasi hal itu, penindakan terhadap pelaku terorisme harus terus dilakukan. Selain itu, program deradikalisasi harus terus berjalan.

"Deradikalisasi secara masif harus dilakukan dengan sasaran proteksi masjid dan tempat ibadah lainnya dari infiltrasi paham radikal. Lembaga pendidikan seperti kampus harus diproteksi dari masuknya paham radikal," katanya.

Selanjutnya adalah media campaign secara masif melalui televisi, radio, koran, dan media sosial. Ansyaad juga menyarankan agar ada perbaikan dalam sistem pembinaan Lapas.

"Sebab ada Lapas yang dihuni narapidana terorisme , justru sipirnya menjadi pengikut. Jadi nara pidana terorisnya tidak bertobat, justru sipir penjara yang ikut menjadi teroris," katanya.

Dirinya menegaskan, dua substansi dari terorisme. Pertama mengkafirkan orang lain karena menganggap pemahamannya paling benar mengkafirkan dan yang kedua faham ekstream terhadap jihad. "Ini dua hal yang bisa dijadikan indikasi teroris," ujarnya.

http://pontianak.tribunnews.com/2016...ndonesia-tewas

300 WNI Bergabung dengan ISIS, 50 Jihadis Indonesia Tewas

emoticon-Leh Uga
Diubah oleh Kokusan 03-06-2016 05:46
0
4.2K
57
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.