Halo agan dan sistah, apa kabar? Semoga selalu dalam lindungan Yang Maha Pencipta Allah SWT. Ini Thread kedua ane di Kaskus. Sebagai nubi dengan status silent reader setahun lebih untuk belajar banyak bikin thread di Kaskus, ane tercengang thread perdana ane kemarin yang berjudul
7 Mega Konstruksi Pembangunan dan Ikon Indonesia di Panggung Dunialangsung diganjar HT. Makasih agan dan sista yang sudah negeramein thread ane. Salam hormat buat momod yang kece.
Quote:
Quote:
Di thread kedua ini, ane mau bahas sedikit tentang Pilkada Jakarta yang makin mendidih meskipun pilkadanya setahun lagi.
Quote:
Quote:
Nah, di Twitter nih lagi ramai perseteruan antara akun @Kurawa dan beberapa petinggi Tempo. @Kurawa yang bernama asli Rudi adalah pendukung garis keras dan die hard Ahok. Dia sih bilang relawan. Tapi, di Jakarta mana ada sih makan siang gratis.
@Kurawa kemungkinan besar dibayar untuk mati-matian membela Ahok. Ya, seperti buzzer yang lain. Jumlah resminya 20 orang, yaitu mereka yang pernah diundang makan malam di rumah Ahok. Dimana dalam jamuan makan malam tersebut, buzzer ketahuan minum bir. Foto-foto mereka beredar luas dan masif di sosial media.
Sebagai buzzer, @Kurawa tentu disuplai data-data dan informasi oleh Ahok dan timnya. Termasuk dibekali informasi untuk mencitrakan Ahok dan menghajar yang kontra Ahok. Karena itu, ane percaya data-data dan informasi soal bos Tempo yang mengajukan mengajukan 'proposal proyek riset' tapi ditolak Ahok dan akhirnya meledak menjadi sumber sakit hati.
Ini foto para buzzer Ahok
Quote:
Quote:
Dililit Utang Rp 100 Miliar, Tempo Terancam Bangkrut?
Semakin hari, kecurigaan politisasi dan eksploitasi reklamasi semakin mencuat. Banyak pihak yang, meminjam bahasa majalah Tempo, TERENDUS ikut bermain. Antara lain pengusaha yang merasa terancam oleh kompetitor, politisi dan bahkan media.
Terakhir, yang jadi pergunjingan adalah Majalah Tempo yang dulu adalah pemuja fanatik Ahok, secara mengherankan tiba-tiba berbalik menyerang. Seorang selebtwit, @Kurawa dalam kicauannya di twitter menuding Tempo berkomplot menyerang Ahok terkait reklamasi karena proposal-proposalnya ditolak.
Kurang jelas, apa yang dimaksud adalah proposal iklan untuk media-media milik Tempo. Belakangan, media ini memang disinyalir merugi dan didera masalah keuangan. Dan Pilkada DKI adalah momentum untuk meraup laba sebesar-besar untuk kemakmuran pemiliknya.
Di salah satu media nasional, Bisnis Indonesia memberitakan, per Maret 2016 laba bersih Tempo diberitakan anjlok (Bisnis Indonesia : Laba Bersih Tempo Inti Media Anjlok 79% . Hanya Rp 6,8 miliar. Dengan keuntungan sekecil itu, darimana kira-kira Tempo bisa menggaji wartawan dan karyawan serta menjaga kelangsungan operasional bisnis jika tidak kreatif menjadi pendanaan.
Quote:
Sebetulnya, sudah lama Tempo hampir gulung tikar. Ibaratnya, sudah megap-megap.
Laporan keuangan PT. Tempo Inti Media Tbk yang dipublikasikan EMIS (Emerging Markets Information Service) tahun 2012 menyebutkan perusahaan mengalami kerugian. Pada bisnis kuartal 1 (Jan-Mar 2012), PT. Tempo Inti Media Tbk mengalami kerugian bersih Rp. 1,4 Milyar. Secara kumulatif pada kuartal 2 (Jan-Juni 2012), total kerugian bersih PT. Tempo Inti Media Tbk menjadi Rp. 8,5 Milyar. Ini kondisi tahun 2012. Saat ini? Sama saja.
Sebetulnya, waktu itu Tempo sudah kelimpungan dan hampir tutup. Namun karena sesepuh Tempo, Goenawan Muhamad mendukung pemerintahan SBY-Boediono, maka Tempo selamat. Tempo banyak mendapat orderan iklan dari kementrian. Coba saja cek kliping koran Tempo tahun-tahun ketika SBY-Boediono masih berkuasa, setiap hari Koran Tempo dihiasi iklan dari kementrian.Terutama iklan lelang atau tender proyek. Ini fakta!Sekarang, sepertinya lagi gersang. Tempo memutar otak mencari dana segar untuk menjaga keberlajutan hayat mereka. Maka, yang paling mungin adalah ikut "bermain" di Pilkada Jakarta.
Quote:
Saat ini Tempo masih dililit utang sebesar Rp 100 Miliar. Karenanya, Tempo berencana melakukan right issue pada tahun 2016 ini. Jadi saat ini, kondisi keuangan Tempo memang tidak sehat. Itu diakui oleh Toriq Hadad, Direktur PT Tempo Inti Media Tbk.
Quote:
Memburu Triliunan Dana Pilkada
Pilkada DKI adalah momentum emas untuk meraup untung. Harus ada yang terjaring dari triliunan uang yang beredar dalam percaturan politik lima tahunan di Ibu Kota ini.
Ditambah dengan reklamasi yang dikerjakan oleh sejumlah developer raksasa Indonesia, maka siapa yang tak tergiur. Singkatnya, pilkada dan reklamasi adalah proyek ribuan triliun. Harus kreatif dimainkan agar menghasilkan.
Payahnya,
reklamasi yang bertujuan untuk pembangunan malah diseret-seret ke ranah politik dan hukum. Masyarakat yang tidak tau apa-apa dipanas-panasin, diprovokasi untuk menolak reklamasi dengan berbagai dalih yang dibuat-buat dan dangkal. Reklamasi diasosiasikan secara kuat ke dalam person politikus tertentu. Tapi, masyarakat tak tinggal diam. Gelagat kotor politisisasi dan perburuan rente dalam kasus reklamasi terendus.
Dari penelusuran berbagai pihak, sederet fakta terkuak ihwal politisasi reklamasi.
Salah satunya terkait penggusuran Pasar Ikan Luar Batang. Penggusuran pemukiman liar di kawasan Pasar Ikan Luar Batang di Penjaringan, Jakarta Utara, ramai dikait-kaitkan dengan proyek pembangunan apartemen dan megaproyek reklamasi Blok G (Pluit City) yang dikembangkan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN). Pluit City adalah proyek kota baru yang rencananya akan dikembangkan di atas lahan reklamasi.
Diketahui, bahwa saat ini reklamasi menjadi bola panas jelang Pilkada. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, tidak dipermasalahkan. Bahkan ketika reklamasi tersebut mulai berjalan. Baru belakangan, reklamasi dikait-kaitkan dengan suksesi kepemimpinan di DKI.
Benarkah Luar Batang digusur supaya lahannya bisa dipakai proyek Podomoro? Atau ini cuma komoditas politik belaka untuk menjegal langkah Ahok di arena pemilihan Gubernur Jakarta 2017 mendatang?
Berikut ini, kutipan analisa salah satu media, bareksa.com membeberkan data dan faktanya pada kita.
Quote:
Sebagaimana terlihat di peta, lokasi Pluit City ternyata terpaut jauh dengan Luar Batang, berjarak sekitar 10 kilometer. Hal ini terang dinyatakan dalam materi presentasi Agung Podomoro Land pada tahun 2015 lalu.
Quote:
Selain itu, juga berseliweran kabar bahwa pasar ikan tersebut digusur karena lahannya kelak akan digunakan untuk proyek apartemen milik Agung Podomoro. Faktanya, setelah ditelusuri, di areal Luar Batang itu Agung Podomoro tidak memiliki land bank.
Dalam laporan keuangan tahun 2015, tercatat cadangan lahan milik Agung Podomoro hanya berlokasi di Tanjung Duren 6.775 meter persegi, Klender 95.000 meter persegi, dan Kelapa Gading 4.000 meter persegi. Pejabat Investor Relations APLN, Wibisono, menyatakan kepada Bareksa bahwa hingga kini apartemen milik Agung Podomoro di kawasan Pluit hanyalah Green Bay Pluit.
Quote:
Adapun apartemen terdekat dari kawasan Luar Batang adalah Pluit Sea View--terpaut jarak 2 kilometer. Dan kompleks apartemen tersebut bukan milik Podomoro, tapi dibangun oleh PT Binakarya Propertindo Group, induk PT Binakarya Jaya Abadi Tbk (BIKA).
Manajemen Agung Podomoro Land telah membantah tudingan yang mengaitkan penggusuran Luar Batang dengan dua proyek perusahaannya itu. "Enggak lah. Luar Batang kan baru saja dibongkar. Lagi kondisi begini, bisa lebih parah. Kami belum ada cerita apa pun di internal mengenai hal itu. Sekarang ini kami sedang konsolidasi proyek yang ada," kata Alvin Andronicus, General Manager Marketing.
Quote:
Selain itu, jika diperiksa di peta zonasi tata ruang Jakarta, lokasi Pasar Ikan Luar Batang terang dinyatakan merupakan lahan milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta, yang diperuntukkan bagi lahan ruang terbuka hijau, bukan untuk pemukiman.
Quote:
Fakta-fakta yang tersaji di sini bukanlah data eksklusif. Sudah banyak beredar luas di luar sana. Thread ini hanya membantu memintal menjadi satu tenun cerita yang utuh sembari menuntun kita menemukan apa yang sesungguhnya terjadi.
Di sini, kita membuka dengan terang benderang bahwa reklamasi yang mestinya menjadi agenda pembangunan ekonomi, ternyata dikorbankan. Dipolitisasi sedemikian rupa. Mereka yang berburu rupiah, tau bahwa ada uang triliunan yang berputar untuk proyek reklamasi dan pilkada DKI. Berbagai cara pun dilakukan, termasuk mengorbankan kepentingan rakyat.
Sebetulnya, dalam beberapa hal berita-berita Tempo sangat bagus. gaya menulisnya juga khas. Tapi entah kenapa jika berita berkaitan dengan politik, Tempo sangat tendensius. Jangan membenci media, jika ia jujur mengungkap kebenaran.
Juga jangan mau dicekoki dengan provokasi murahan, untuk kepentingan perut segelintir pihak yang tidak mau melihat Indonesia maju.
Dan ingat, media memiliki tugas suci menyampaikan kebenaran. Bukan memutar balik kenyataan demi meraup keuntungan. Jika media sudah main serong, maka saatnya kita eliminasi agar terjungkal dari gelanggang. Toh, sekarang informasi sudah melimpah dan mudah kita dapatkan.
Demikian thread sederhana ane. Bila sekiranya ada yang kurang berkenan dan salah-salah kata, mohon dimaafkan. Manusia adalah tempatnya cela, tapi saling mencela bukanlah budaya kita.
Referensi dan data-data ane ambil dari media berbasis ekonomi, agar lebih jernih dan tidak tercemar aroma politis.
Quote: