Mengenal Jenis Kepribadian Ketiga, Ambivert

Beranda

...

The Lounge
Mengenal Jenis Kepribadian Ketiga, Ambivert

monprodon

29-05-2016 02:39

Mengenal Jenis Kepribadian Ketiga, Ambivert

Quote:

Spoiler for "REPSOL":

Tidak Ada Repsol di Antara Kita

Quote:

Agan dan sista sering suka Selfie? Berapa kali melakukan selfie? Kegiatan selfie ini rasanya sudah menjadi kebiasaan yang asik dilakukan, tidak kenal usia, pekerjaan, generasi. Semua suka selfie. Seperti yang satu ini nih

Quote:

Bagaimana menurut kalian mengenai foto narsis diatas? Apakah kalian yakin visual diatas telah mencerminkan bagaimana kepribadian yang sesungguhnya dari orang tersebut? Soal kepribadian tiap-tiap orang, selama ini kita hanya mengenal istilah introvert dan ekstrovert. Bahkan para psikolog menyebut bahwa dua jenis kepribadian ini akan tetap stabil sepanjang hidup manusia. Hingga akhirnya pada tahun 1940-an, para psikolog mulai menggunakan istilah ambivert sebagai jenis kepribadian yang ketiga.

Quote:

“Ambiversion is falling more or less directly in the middle. An ambivert is moderately comfortable with groups and social interaction, but also can enjoy time alone, away from a crowd”

Quote:

Menurut para psikolog, orang ambivert adalah mereka yang memiliki ciri-ciri ekstrovert dan introvert. Mereka yang tergolong ambivert disebut-sebut lebih baik dalam memahami emosi orang lain karena gabungan sifat terbuka dan tertutup tadi. Dari hasil searching di beberapa situs di internet, kepribadian ambivert adalah kepribadian gabungan dari kepribadian introvert dan ekstrovert. Dimana, seseorang yang memiliki kepribadian Ambivert dapat menunjukan pribadi introvert di suatu waktu, dan di waktu lainnya pribadi ini menunjukan seorang yang introvert.

Nah, kehadiran ambivert ini ternyata seringkali kita lupakan. Di saat banyak orang mendiskusikan si ekstrovert dan si introvert, mereka yang ambivert merasa bingung. Karena mereka tidak merasa benar-benar ekstrovert dan tidak sepenuhnya introvert. Banyak dari mereka, para ambivert, mengalami pergumulan batin yang cukup rumit juga. Daripada terus bertanya-tanya, mending langsung aja kita ke TKP

Quote:

1. Kita merasa nyaman berada di tengah kerumunan orang yang ramai. Tapi, kita cenderung hanya mengamati dan tidak melakukan interaksi.

Quote:

You are most comfortable in crowded spaces, but when you are in them, you don’t tend to seek out interaction.

Quote:

Mereka yang introvert biasanya akan merasa tidak nyaman dan membuat barikade pengaman jika harus berada di tengah sebuah kerumunan. Sedangkan kita, sama seperti ekstrovert, tidak merasa gelisah bila harus berada di suatu tempat yang dipadati oleh khalayak ramai.

Quote:

Hanya saja, kalau orang ekstrovert biasanya menikmati situasi tersebut dengan memulai percakapan dengan orang baru. Kita justru menikmatinya dengan hanya sekadar mengamati sekitar kita saja. Kita, sama seperti introvert, tidak berinisiatif untuk melakukan interaksi terlebih dahulu.

Ketika seorang ekstrovert sangat menyukai keramaian dan introvert menyukai suasana sepi, kaum ambivert bisa nyaman di keramaian tetapi tidak terlalu berinteraksi dengan orang sekitarnya. Ini bukan berarti dia anti-sosial. Dia hanya cukup nyaman dengan keadaan sebagaimana adanya.

Quote:

2. Kita bisa merasa lelah setelah banyak bersosialisasi. Dan juga merasa gerah bila terlalu lama menyendiri.

Quote:

Spending too much time with other people can be exhausting.

Quote:

Orang ekstrovert akan merasa hidup dan bersemangat apabila mereka bertemu dan berkomunikasi dengan orang lain. Dan akan merasa sangat suntuk jika mereka hanya berdiam diri sendirian. Sebaliknya, orang introvert justru mendapatkan energinya dari kesendirian dimana mereka bisa asyik bergelut dengan pikiran mereka sendiri.

Quote:

Kita yang ambivert, berdiri di antara keduanya. Kita akan merasa jengah bila terlalu lama sendirian. Karena kita juga membutuhkan adanya komunikasi dengan orang lain. Tapi, bersosialisasi dengan orang lain dalam kurun waktu yang lama juga bisa membuat kita merasa lelah dan kehabisan energi. Kalau kita sudah merasa seperti ini, berarti sudah waktunya bagi kita untuk kembali ke dunia kita sendiri dan mengecas ulang baterai kita yang sudah hampir mati. Melakukan hal yang membuat suasana hati kita kembali seperti sedia kala. Entah di mana pun dan kapan pun kita pasti pernah dong yang namanya selfie.

Tidak jarang remaja masa kini merasa bahwa selfie adalah sesuatu yang menyenangkan dan dapat mengembalikkan mood kita yang habis karena melakukan banyak kegiatan sepanjang hari bersama kerabat terdekat. Ngomong-ngomong soal selfie, nggak lengkap rasanya kalau melewati selfie seperti yang satu ini nih

Quote:

Semuanya pasti ingin foto natural pakai F1 Plus camera phone dengan 16 MP revolution camera

Quote:

3. Kepribadianmu bisa berubah tergantung dengan siapa kita bicara.

Quote:

You adjust your personality based on the energy level of the company you are in.

Quote:

Orang ambivert itu fleksibel. Kita mampu menggeser kepribadian kita sesuai dengan siapa kita bertukar kata. Kalau kita sedang berbicara dengan si ekstrovert, maka kita akan lebih berperan sebagai lawan bicara yang introvert. Kita akan membiarkan mereka bercerita dan kita akan lebih mendengarkan dengan setia.

Quote:

Sedangkan jika kita berhadapan dengan si introvert, maka kita akan melakoni si pribadi yang ekstrovert. Kita akan mengambil posisi yang lebih banyak berbicara, sementara mereka akan duduk manis dan menyediakan telinga. Dalam peran yang manapun, kita si ambivert tidak akan merasa janggal.

Quote:

4. Kita bisa berkompromi dengan pembicaraan ringan dan basa-basi. Namun, kita akan lebih tertarik ketika terlibat dalam percakapan yang mendalam dan spesifik.

Quote:

When a topic of interest comes up in conversation, you’re more than happy to talk in great detail about it.

Quote:

Kita yang ambivert tidak merasa malas meladeni sebuah pembicaraan kecil dan ringan, yang mungkin hanyalah sebuah basa-basi. Apa yang sedang terjadi di dalam dunia musik sekarang ini? Apa drama Korea yang lagi hitsakhir-akhir ini? Kita bisa ikut berbincang dan menikmati soal semua itu.

Quote:

Tapi, kita akan merasa jauh lebih bersemangat ketika percakapan tersebut mulai merujuk pada sebuah topik yang spesifik. Topik yang lebih mendalam dan sesuai dengan minat kita. Kita lebih tertarik pada percakapan yang berbau filosofi. Sebuah percakapan yang membahas tentang kehidupan. Orang ambivert itu, seperti si introvert, biasanya adalah seorang deep conversationalist.

Quote:

5. Dalam sebuah komunikasi, kita tak selalu diam dan tak senantiasa bersuara. Kita hanya menunggu waktu yang tepat saja.

Quote:

But as soon as that’s done, you’ll happily sit listening to the conversation without saying another word.

Quote:

Kita tidak selalu diam seperti si introvert. Tapi, tidak juga senantiasa bersuara seperti si ekstrovert. Orang ambivert umumnya intuitif. Jadi kita, si ambivert, tahu kapan saatnya harus angkat bicara dan kapan saatnya harus diam dan mendengarkan. Kita akan melakukan keduanya secara bergantian di waktu yang tepat.

Quote:

6. Bagi kita, berkenalan dengan orang baru itu boleh-boleh saja. Berada di tempat baru juga baik-baik saja. Tapi, berkenalan dengan orang baru di tempat yang baru itu baru luar biasa.

Quote:

Generally, you’re always happy to meet new people, but you’ll probably be uncomfortable if you have to do it without any of your existing friends with you.

Quote:

Kita itu seperti si ekstrovert yang suka dengan suasana baru. Tapi, juga seperti si introvert yang butuh sesuatu yang familiar. Makanya ketika kita ingin pergi ke suatu tempat yang baru, kita akan lebih suka pergi dengan orang yang sudah kita kenal.

Quote:

Dan jika kita harus berkenalan dengan orang baru, kita akan memilih untuk bertemu di tempat yang kita sudah akrab. Berkenalan dengan orang baru di tempat yang baru akan terasa berlebihan dan membuat kita merasa kurang nyaman.

Quote:

7. Kita agak sulit memilih rencana akhir pekan. Pergi ke sebuah pesta mewah atau bergelut sendiri di rumah, duduk menonton film. Di antara keduanya, tidak ada masalah.

Quote:

You can’t decide which is a better memory – that one party or that night spent alone watching Netflix.

Quote:

Sekali lagi, kita bisa menjadi si ekstrovert yang terangsang oleh stimulasi dari luar. Dan juga bisa menjadi si introvert yang terangsang oleh stimulasi dari dalam. Jadi untuk urusan memutuskan rencana di akhir pekan, kita akan merasa cukup kesulitan.

Quote:

Pergi bersosialisasi ke luar atau bermalas-malasan di rumah, kita suka dengan dua-duanya. Jadi ujung-ujungnya, kita biasanya akan memutuskan berdasarkan pada moodyang sedang kita rasakan. Tapi biasanya kalau kita ingin pergi, kita akan melontarkan pertanyaan ini: “Nanti yang datang ada siapa saja?”

Quote:

8. Kadang kita terlihat ambigu. Bergaul dengan mereka yang ekstrovert dan menepi bersama mereka yang introvert. Kita bisa menyesuaikan diri.

Quote:

Kita bisa memahami teman kita yang memiliki kepribadian ekstrovert dan introvert. Selain itu, kita bisa menempatkan diri di posisi mereka. Ketika orang ekstrovert tidak tahan dengan suasana sepi, kita bisa. Ketika orang introvert tidak bisa tahan dengan suasana ramai, kita bisa. Itu disebabkan karena kita memang jenis orang yang sangat fleksibel.

Quote:

Kita bisa berbaur dengan para introvert dalam sebuah klub pecinta buku. Kita juga begitu leluasa bercengkerama dengan para ekstrovert dari jurusan ilmu komunikasi. Kita para ambivert mampu beradaptasi dengan mudahnya di setiap komunitas. Bukannya tidak konsisten, melainkan kita bisa memahami masing-masing dari mereka. Jadi, tidak heran kalau teman-teman kita tidak hanya terpaku pada salah satu kubu.

Quote:

9. Soal pekerjaan, kita juga tidak begitu ambil pusing. Buat kita, pengerjaan proyek secara berkelompok atau individu itu tidak ada bedanya.

Quote:

Group projects or solo ones – you always achieve the same (high) level.

Quote:

Para ambivert tidak memiliki preferensi tersendiri mengenai cara penyelesaian sebuah proyek. Kalau orang ekstrovert biasanya lebih memilih untuk mengerjakannya secara berkelompok. Sedangkan orang introvert cenderung lebih suka untuk menyelesaikannya secara individu.

Quote:

Tapi buat kita yang ambivert, dua opsi ini tidak memberikan dampak yang berbeda. Bukannya bersikap apatis. Tapi, berkelompok ataupun individu, kita tetap dapat mengerjakannya secara optimal.

Quote:

10. Kesimpulan dari semua itu, kita bingung menentukan apakah kita termasuk ekstrovert atau introvert. Karena sesungguhnya, kita memang dua-duanya.

Quote:

So if you can’t figure out whether you’re an introvert or an extrovert, maybe it’s because you’re actually an ambivert!

Quote:

Ini merupakan pergumulan batin yang paling signifikan. Kita, dan juga teman-teman kita, bingung menentukan apakah kita ekstrovert atau introvert. Kita mempunyai kualitas si ekstrovert. Tapi, kita juga memiliki ciri-ciri si introvert. Kadang kita menjadi si ekstrovert yang senang sosialisasi. Kadang kita adalah si introvert yang suka dengan privasi. Tenang saja! Kita tidak labil, kok. Karena kita memang dua-duanya.

Kita = si ambivert

Quote:

Meskipun berada di antara dua ‘label’ kepribadian dan kadang terlihat ambigu, seorang ambivert tetap mempunyai keunggulan. Berdasarkan Journal of Psychological Science, penelitian yang dilakukan oleh Adam Grant menyimpulkan bahwa orang-orang ambivert merupakan sales peopleyang berhasil.

Quote:

Gimana? Jadi untuk urusan jual-menjual, kita para ambivert terbukti mempunyai keahlian yang lebih mumpuni dibandingkan mereka yang ekstrovert dan introvert. Karena kita yang ambivert tahu pentingnya keseimbangan antara berbicara dan mendengarkan. Kita paham dengan benar kapan harus maju dan melakukan persuasi, serta kapan harus berhenti dan mendengarkan dengan teliti.

Semoga bermanfaat. Semoga kita semua dapat menuju ke arah yang lebih baik.
:terimakasih