Wah tak terasa yah sudah mau puasa aja ya..
Nih guys hati hati dengan segala kejahatan atau pencurian dikalangan bulan puasa ini,
Uang rupiah palsu di kantor Bank Indonesia (BI), Jakarta Februari 2014. Jelang puasa, seiring naiknya aktivitas ekonomi masyarakat, peredaran uang palsu juga meningkat.
© Imam Sukamto /Tempo
Bulan Ramadan tinggal sepekan lagi. Jelang puasa, ragam kejahatan pencurian tumbuh subur.
Menurut Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Moechgiyarto, telah terjadi peningkatan kejahatan jelang Ramadan. Peningkatan itu, kata Moechgiyarto, terutama terjadi dalam kasus konvensional seperti '3C' yakni Curas (pencurian dengan kekerasan), Curat (pencurian dengan pemberatan), dan Curanmor (pencurian kendaraan bermotor).
Pada pekan ke 19, tingkat kejahatan dari jenis 3C ini naik kurang lebih 20 persen. Untuk pekan terakhir, belum diketahui apakah ada kenaikan. "Minggu ini belum kami evaluasi," ujarnya, seperti dikutip dari
Detik.com.
Kenaikan kejahatan jenis ini, menurut Moehgiyarto banyak faktornya. Salah duanya, faktor ekonomi dan juga peningkatan operasi kepolisian. "Operasi Pekat, kejahatan meningkat karena banyak yang kita tangkap, itu juga bisa berpengaruh," ujarnya.
Jenis kejahatan lain adalah peredaran uang palsu. Seiring naiknya kebutuhan masyarakat di bulan puasa, aktivitas ekonomi juga makin meningkat. Meningkatnya aktivitas jual beli ini kerap dimanfaatkan oknum tidak bertanggung jawab untuk mengedarkan uang palsu.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono polisi bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk
merazia uang palsu. Kepala Divisi Penanggulangan Uang Palsu BI, Hasiholan Siahaan mengatakan, kejahatan uang palsu sudah dalam tahap mengkhawatirkan.
Karenanya, Hasiholan menyarankan masyarakat, agar tidak menggunakan transaksi tunai jika hendak bertransaksi dalam jumlah besar. Karena jumlah besar, pendeteksian uang palsu susah dilakukan. "Lebih baik melalui transfer atau cek," ujarnya seperti dipetik dari
Detik.com.
Hasiholan menyatakan, rasio uang palsu pada 2014 adalah sembilan per sejuta lembar uang yang beredar di masyarakat.
Data statistik pun menunjukkan peredaran uang palsu kian meningkat. Pada 2014, ditemukan 120.417 lembar uang palsu. Setahun kemudian naik jadi 319.641 lembar atau rasionya jadi 21 lembar per sejuta lembar. Tahun 2015, Hasiholan menjelaskan peredaran uang palsu tertinggi ada di Jawa Timur lalu disusul Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Bali. "Hingga Maret tahun ini, 55.441 lembar uang palsu, itu sudah empat lembar dalam satu juta lembar," katanya.
Sosiolog dari Universitas Airlangga, Surabaya Profesor Mustain meyakini angka kriminalitas masih akan terus naik. Menurutnya, kenaikan ini seiring dengan tingkat kebutuhan yang juga naik. Terlebih saat ini antara puasa, hari raya, pendaftaran sekolah datang hampir bersamaan.
"Saya rasa akan tetap terjadi, jika melihat kondisi seperti sekarang masih banyak pengangguran, PHK, maupun tenaga kontrak," ujarnya seperti dikutip dari
Koran Sindo.
Faktor yang mendasari orang nekat melakukan kriminalitas, menurut Mustain, salah satunya ingin mencukupi kebutuhan hidup dan menunjukkan eksistensi.
"Bulan seperti ini, sering orang menunjukkan eksistensi. Ingin dianggap mampu sesuai ukuran orang yang melihatnya," ujarnya. Karena tak ingin dianggap tidak mampu dan panik, mereka nekat, termasuk melanggar hukum.
Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng deh