PROLOG:
Percayalah, dunia ini tak akan pernah damai jika masih ada ego dalam diri kita. Entah kenapa, aku selalu memikirkan hal itu. Tentang dunia dimana semua orang hidup saling berpegangan. Mungkin itu hanyalah fatamorgana, yang aku lihat di luasnya gurun dengan terik matahari yang sangat panas. Disisi lain, ego dalam diri tidak mungkin bisa hilang meskipun hanya secuil. Meskipun bisa, aku pikir itu adalah hal yang aneh. Ego yang ada di dalam diri manusia akan tetap bersarang bahkan sampai manusia itu mati.

Malam itu, dibawah terangnya gemerlap bintang di langit, kuarahkan kedua mataku pada satu titik bintang yang kuanggap terang dari yang lainnya. Disanalah anganku hinggap dalam lamunan yang dalam. Menusuk alam bawah sadarku. Aku memikirkan tentang dunia yang dapat aku ubah semauku sendiri. Ah, tak mungkin aku bisa mendapatkan impianku itu.

Tiba-tiba saja aku sadar dari lamunanku, titik cahaya yang paling kuanggap terang itu, semakin lama semakin mendekat. Pancaran sinarnya semakin menerangi kamarku malam itu. Dan tiba tiba.

“aahh.. apa ini?... aw, panas….. Aneh, kenapa bisa jatuh tepat dikamarku. Benda apa ini.?”

Benda yang berpijar sangat panas itu jatuh tepat di kamarku, masuk melalui jendela kamar yang saat itu masih kubuka. Benda yang memiliki bentuk segi lima itu aku pegang. Tiba-tiba pancaran sinarnya semakin terang dan menyinari gelapnya kamarku malam itu. Sesuatu hal aneh terjadi. Secepat kilat, benda itu menempel dan masuk kedalam telapak tanganku dan membentuk gambaran segi lima.

Dan malam itu adalah awal dari kehidupanku selanjutnya. Kehidupan yang jauh berbeda dari aku yang sebelumnya.