Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

liana.lihayAvatar border
TS
liana.lihay
Karena Gubernurnya Bukan Ahok


Meskipun tak ada keterkaitannya dengan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, kerusuhan berupa bentrokan warga dengan pasukan Satpol PP dan pasukan polisi dan TNI yang terjadi di dekat lokalisasi prostitusi dan Kampung Nelayan Dadap Baru, Kabupaten Tangerang, pada Selasa, 10 Mei 2016 itu, memperlihatkan kepada siapa saja yang mau melihat dengan hati, bahwa pihak-pihak yang selama ini melawan Ahok dengan keras dan vulgar, dengan mengatasnamakan memperjuangkan keadilan demi rakyat miskin yang tergusur di wilayah DKI Jakarta itu, semuanya palsu. Penuh dengan kemunafikan, kebencian SARA, dan pamrih politik dengan memperalat dan memanfaat rakyat miskin hanya demi semata-mata kepentingan (politik) mereka sendiri.

Betapa tidak kasus penertiban (penggusuran) di Kampung Nelayan Dadap, Kabupaten Tangerang, yang meliputi 418 bangunan, dan 387 keluarga itu sangat mirip, bahkan lebih buruk daripada yang di DKI Jakarta, tetapi pihak-pihak yang sama, seperti: FPI, Ratna Sarumpaet, Wanita Emas Mischa Hasnaeni Moein, Haji Lulung, Lieus Sungkharisma, Tantowi Yahya dan anggota DPR lainnya, partai politik (PKS dan Gerindra), dan Yusril Ihza Mahendra, tak ada satupun yang bersuara dan hadir untuk membela warga di sana dan menentang kebijakan pemerintah daerahnya.

Kenapa? Karena tidak ada Ahok, karena tidak ada gubernur Cina kafir di sana, yang harus disingkirkan di sana (untuk mengamankan kepentingan-kepentingan mereka), jadi perduli amat dengan warga miskin korban penggusuran itu.

Yusril Ihza Mahendra tidak punya selera membela warga miskin Kampung Nelayan Dadap itu, karena jelas di sana tak ada pilkada DKI Jakarta 2017.
Padahal dibandingkan dengan nasib warga yang terkena penertiban oleh Pemprov DKI Jakarta, nasib yang dialami warga di lokalisasi dan Kampung Nelayan Dadap, jauh lebih buruk.

Mereka yang menempati tanah negara itu digusur begitu saja oleh pemerintah daerahnya, selain tanpa ganti rugi juga tanpa disediakan tempat tinggal baru (yang jauh lebih layak), sebagaimana yang dialami oleh warga tergusur di DKI Jakarta, yang direlokasi di rusunawa yang dilengkapi dengan perabot, diberi dibina dan diberi modal usaha, diberikan Kartu Jakarta Sehat (KSJ) untuk berobat gratis, dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) untuk sekolah gratis, bus TransJakarta gratis, dan bus sekolah antar-jemput gratis

Meskipun sudah mendapat perlakuan yang sedemikian baik dari Pemprov DKI Jakarta, tetap saja, -- karena gubernurnya Ahok, -- para lawan dan pembenci Ahok itu menuding Ahok telah melakukan pelanggaran HAM terhadap korban penggusuran itu. Sebaliknya, terhadap kasus yang dialami warga Kampung Dadap, Tangerang itu, tiada terdengar bunyi sama sekali dari dari orang-orang yang sama.

Seperti yang juga dituduhkan kepada Ahok oleh para “pembela rakyat miskin” di Jakarta itu bahwa Ahok melakukan penggusuran tanpa sosialisasi terlebih dahulu, demikian juga tuduhan warga kepada Bupati Kabupaten Tangerang Ahmed Zaki, yang dibantahnya. Demikian juga seperti di DKI, warga juga merasa sakit hati kepada sang Bupati, yang bersikap kasar dan dianggap menghina mereka, ketika di televisi dia berkata, warga Dadap makan uang haram dari prostitusi.

Padahal belum terjadi penggusuran saja, saat dilakukan persiapan sosialisasi dan penyampaikan surat peringatan kedua (SP-2), ratusan warga di sana sudah mengamuk dan menyerang petugas Satpol PP yang dikawal pasukan polisi dan TNI, dengan berbagai senjata tajam; golok, pisau, bambu runcing, pedang, tombak, bahkan bom molotov, sampai menyebabkan dua orang polisi menderita luka-luka dan terpaksa dirawat di rumah sakit. Suasana sempat mencekam, warga mengancam siapa saja yang berani masuk di kompleks itu, termasuk wartawan akan dibunuh.

Tetapi, sekali lagi, karena itu di Kabupaten Tangerang, dan kepala daerahnya bukan Ahok, maka “para pembela rakyat miskin” yang sangat berisik di DKI Jakarta itu pun pura-pura tidak tahu, diam seribu bahasa. Biarin, warga Kampung Nelayan Dadap itu mengurusi diri mereka sendiri.

Karena kepala daerahnya bukan Ahok, maka tidak ada pula di sana: Yusril Ihza Mahendra, Ratna Sarumpaet, FPI, PKS, Partai Gerindra, dan lain-lain sejenisnya.



Sebuah tulisan yang beredar di media sosial pun menggambarkan hal tersebut, demikian bunyinya:

Bukan bicara politik hanya informasi keadaan di dadap adanya Warga Dadap Lempar Batu Tolak Penggusuran, 2 Polisi Jadi Korban. Sementara di lokasi, warga mengancam ribuan aparat Kepolisian, TNI, Satpol PP dan sejumlah wartawan. "Siapa yang berani masuk bakalan mati, termasuk wartawan," teriak seorang warga. Beberapa fakta dilapangan yang bisa disampaikan:
01. Dadap itu lokasinya di Kab. Tangerang, Prov. Banten.
02. Bupati Tangerang namanya Ahmad Zaki Iskandar.
03. Gubernur Banten namanya Rano Karno.
04. Penggusuran di lakukan oleh Satpol PP di bantu #TNI dan #Polri.
05. Tidak ada rusun full furnished untuk warga yang mau di relokasi.
06. Tidak ada program seperti KJS dan jemputan sekolah gratis.
07. Tidak ada Profesor Yusril Ihza Mahendra yang bersedia pasang badan untuk warga disana.
08. Tidak ada Aktivis Ratna Sarumpaet yang datang dan tereak lantang membela warga disana.
09. Tidak ada Wanita Emas Mischa Hasnaeni Moein yang datang dan memberikan simpati pada warga disana.
10. Tidak ada Anggota DPR Tantowi Yahya yang hendak memanggil paksa Gubernur karena memakai unsur TNI dan Polri dalam penggusuran.
11. Tidak ada Ormas yang demo untuk melengserkan Bupati disana.
12. Tidak ada FPI yang berteriak "Gubernur Zholim" disana.
13. Lokasi penggusuran akan di jadikan fasum dan tempat wisata kuliner.
14. Disiarkan di TV Nasional, masuk portal berita juga, tapi mungkin tidak menarik untuk di bahas di sosmed.
15. Kayaknya sih yang salah tetep Presiden Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.
Saat kejadian penggusuran itu bukan di Jakarta, tiba-tiba :
- Parpol dan anggota DPR tidur semua.
- Tukang koar-koar, tukang nyinyir, tukang kritik bisu semua.
- Tukang hasut, tukang fitnah, tukang adu domba insyaf semua.
- Pembela rakyat kecil, tukang pasang badan, aktivis, pengacara, artis, dll amnesia semua.


#GagalPaham #SayaTobat #TanyaKen

0
4.9K
54
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.