Reklamasi bukan cerita baru bagi Indonesia. Sejak tahun 1980-an, Indonesia mulai melakukan proyek reklamasi pantai dengan tujuan mengantisipasi abrasi yang sewaktu-waktu menyusutkan ketinggian permukaan tanah. Selain itu, untuk meningkatkan pendapatan negara dari sektor pariwisata. Pada waktu itu, pembangunan di Ibu Kota Negara berkembang. Dengan menggandeng pengembang dari pihak swasata lokal maka proyek reklamasi menemukan jalannya.

Pesisisr pantai Pluit di Jakarta Utara menjadi mercusuar pertama reklamasi di Indonesia pada tahun 1980. Reklamasi dilakukan dengan cara penimbunan permukaan air dengan kedalaman tidak lebih dari 5 meter. Hasil dari reklamasi ini adalah pemukiman bagi penduduk dan menambah luas 400 meter kawasan pantai Pluit.




Disusul reklamasi kawasan pantai Ancol oleh PT Pembangunan Jaya pada 1981 di kedua sisi utaranya, pertama untuk kawasan industri dan yang kedua sebagai destinasi pariwisata. Kendati pada mulanya menuai protes keras dari masyarakat, namun seiring berjalannya waktu pantai Ancol terus berkembang hingga sekarang, dan menjadi destinasi favorit wisatawan lokal maupun mancanegara untuk pelesiran ke Ancol. Ancol adalah ikon destinasi wisata sejuta umat di Jakarta. Agan juga sudah pernah ke Ancol kan?



Pantai Indah Kapuk adalah salah satu contoh keberhasilan dari proyek reklamasi. Dibangun pada 1991, mula-mula pembangunan ini diperuntukkan sebagai pemukiman mewah, yang retribusinya dipergunakan bagi pengetasan daerah kumuh di sekitar Jakarta. Disusul kemudian pendirian kawasan industri di atas lahan reklamasi itu. Kendati sebenarnya masih banyak ribuan pulau kosong di negeri ini, kecenderungan untuk menambah luas kawasan ibu kota menjadi pilihan paling realistis. Menambah luas pesisir pantai berarti menambah luas daratan suatu wilayah.



Pada tahun 2014, pemerintah membentuk sebuah proyek prestisius bernama National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang membentang dari Tangerang, Jakarta, hingga Bekasi berbentuk Garuda Raksasa dengan 17 buah pulau buatan yang sekaligus berfungsi sebagai Tanggul Laut Raksasa atau Giant Sea Wall. Anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan ini menyentuh angka 2,3 trilyun rupiah. Dengan pasokan timbunan pasir didatangkan melalui rekanan pemerintah provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat.





Saat ini, rencana reklamasi kian marak di berbagai kota besar yang memang memiliki potensi ekonomi perdagangan dan wisata sekaligus. Sebutlah misalnya, reklamasi Pantai Utara Jakarta yang melibatkan Agung Podomoro Land, slah satu developer terbesar di Indonesia yang kabarnya dalam pembangunan pulau G menggandeng kontraktor internasional asal Benda, Royal Boskali dan Van Oord International Dredging and Offshore Contractor. Kedua perusahaan tersebut diketahui yang menggarap proyek reklamasi Palm Jumeirah dan The World di Dubai, Uni Emirat Arab. Untuk reklamasi pantai utara Jakarta yang menuai kontroversi, Presiden telah memutuskan untuk melanjutkan proyek tersebut dengan terlebih dahulu melakukan pembenahan. Jokowi Putuskan Lanjutkan Reklamasi


Ada pula reklamasi di Bali, Makassar dan Balikpapan. Jika reklamasi ini sukses, tentu kota-kota lain di sepanjang garis pantai Indonesia juga tergiur.


Kendati muncul kritik atas proyek-proyek reklamasi yang digagas pemerintah dan swasta, diyakini bahwa apabila pembangunan reklamasi selesai, kritik itu akan berbalik menjadi dukungan apabila pemerintah dan pengembang sanggup menjalankan tahapan-tahapannya sesuai prosedur dan mengutamakan kepentingan rakyat. []