- Beranda
- Berita Luar Negeri
Jurnalis Prancis Menyusup ke Markas ISIS, Ini Temuannya
...
TS
edwardandez
Jurnalis Prancis Menyusup ke Markas ISIS, Ini Temuannya
Quote:
TEMPO.CO, Paris - Seorang wartawan
Prancis berhasil menyusup ke satu sel
kelompok ekstrimis Islam untuk merekam
aktivitas dan rencana serangan yanag akan
mereka lakukan atas nama Negara Islam
Irak dan Suriah (ISIS). Dia melakukan
penyelidikan dan membuat sebuah film
dokumenter berjudul "Tentara Allah".
Sebagaimana dikutip dari laman Channel
News Asia, wartawan Muslim yang
menggunakan nama samaran Said Ramzi itu
merekam dengan kamera tersembunyi.
Hasil karya jurnalistik Ramzi akan
ditayangkan di Prancis, Senin, 2 Mei 2016,
malam waktu setempat. Tujuan penayangan
ini adalah memberikan wawasan pada anak-
anak muda yang berpotensi dan terancam
direkrut ekstrimis.
Untuk dapat bergabung dengan kelompok
ISIS, Ramzi menceritakan dirinya sebagai
seorang Muslim yang terlibat dalam
serangan 13 November di Paris yang
menewaskan 130 orang tewas.
"Tujuan saya adalah untuk memahami apa
yang terjadi di dalam kepala mereka. Salah
satu pelajaran utama adalah bahwa saya
tidak pernah melihat apapun berkaitan
dengan Islam dalam urusan ini. Tidak ada
keinginan untuk memperbaiki dunia. Hanya
kebingungan, frustrasi, rasa ingin bunuh
diri," ujar Ramzi.
"Mereka mengalami nasib sial saat lahir di
era ISIS. Hal ini sangat menyedihkan.
Mereka adalah anak-anak yang mencari
sesuatu dan itulah apa yang mereka
temukan," tambahnya.
Untuk melakukan kontak dengan kelompok
ISIS, Ramzi mengatakan langkah pertama
cukup mudah, bergabung dan berinteraksi
dengan orang-orang yang berbicara
tentang jihad di Facebook.
Kemudian, dia bertemu dengan orang yang
disebut sebagai "emir" dari kelompok
sekitar selusin pemuda. Beberapa dari
mereka lahir dari keluarga Muslim, lainnya
mualaf. Pertemuan terjadi di Chateauroux,
sebuah kota di pusat-barat Prancis.
'Emir', katanya adalah warga negara
Prancis-Turki bernama Oussama. Pada
pertemuan pertama mereka ia mencoba
untuk meyakinkan Ramzi bahwa dia tahu
tentang Abu Hamza - surga yang
menantinya jika ia melakukan misi bunuh
diri.
"Menuju surga, itu adalah jalan," kata
Oussama, dengan senyum dingin di
wajahnya, sebagaimana dapat terlihat
dalam rekaman. "Ayo, saudara, mari kita
pergi ke surga, perempuan menunggu kita di
sana, dengan malaikat sebagai pembantu.
Anda akan memiliki istana, kuda bersayap
emas dan batu rubi."
Dalam satu pertemuan di depan sebuah
masjid di Stains, pinggiran Paris, anggota
kelompok itu juga tampak menunjuk
sebuah pesawat yang mendekati bandara
Bourget. "Dengan satu roket peluncur,
Anda dapat dengan mudah mendapatkan
salah satu dari mereka. Anda melakukan
sesuatu seperti itu dalam nama ISIS, dan
Prancis akan trauma selama satu abad."
Ramzi mengatakan bahwa selain Oussama
beberapa anggota kelompok telah mencoba
bergabung bersama ISIS di Suriah.
Oussama sendiri ditangkap oleh polisi Turki
dan diserahkan kembali ke Prancis. Selama
lima bulan ia mendekam di penjara.
Sementara ia harus menjalani wajib lapor di
kantor polisi setempat sekali sehari, ia
tetap berhubungan dengan kelompoknya
melalui aplikasi pesan terenkripsi Telegram,
mengatur pertemuan di mana mereka
berencana meluncurkan serangan.
"Kita harus menyerang sebuah pangkalan
militer," kata Oussama. "Ketika mereka
makan, mereka semua berbaris ... ta-ta-ta-
ta-ta," tambahnya, meniru suara tembakan
senjata otomatis.
https://m.tempo.co/read/news/2016/05...bution-partner
Prancis berhasil menyusup ke satu sel
kelompok ekstrimis Islam untuk merekam
aktivitas dan rencana serangan yanag akan
mereka lakukan atas nama Negara Islam
Irak dan Suriah (ISIS). Dia melakukan
penyelidikan dan membuat sebuah film
dokumenter berjudul "Tentara Allah".
Sebagaimana dikutip dari laman Channel
News Asia, wartawan Muslim yang
menggunakan nama samaran Said Ramzi itu
merekam dengan kamera tersembunyi.
Hasil karya jurnalistik Ramzi akan
ditayangkan di Prancis, Senin, 2 Mei 2016,
malam waktu setempat. Tujuan penayangan
ini adalah memberikan wawasan pada anak-
anak muda yang berpotensi dan terancam
direkrut ekstrimis.
Untuk dapat bergabung dengan kelompok
ISIS, Ramzi menceritakan dirinya sebagai
seorang Muslim yang terlibat dalam
serangan 13 November di Paris yang
menewaskan 130 orang tewas.
"Tujuan saya adalah untuk memahami apa
yang terjadi di dalam kepala mereka. Salah
satu pelajaran utama adalah bahwa saya
tidak pernah melihat apapun berkaitan
dengan Islam dalam urusan ini. Tidak ada
keinginan untuk memperbaiki dunia. Hanya
kebingungan, frustrasi, rasa ingin bunuh
diri," ujar Ramzi.
"Mereka mengalami nasib sial saat lahir di
era ISIS. Hal ini sangat menyedihkan.
Mereka adalah anak-anak yang mencari
sesuatu dan itulah apa yang mereka
temukan," tambahnya.
Untuk melakukan kontak dengan kelompok
ISIS, Ramzi mengatakan langkah pertama
cukup mudah, bergabung dan berinteraksi
dengan orang-orang yang berbicara
tentang jihad di Facebook.
Kemudian, dia bertemu dengan orang yang
disebut sebagai "emir" dari kelompok
sekitar selusin pemuda. Beberapa dari
mereka lahir dari keluarga Muslim, lainnya
mualaf. Pertemuan terjadi di Chateauroux,
sebuah kota di pusat-barat Prancis.
'Emir', katanya adalah warga negara
Prancis-Turki bernama Oussama. Pada
pertemuan pertama mereka ia mencoba
untuk meyakinkan Ramzi bahwa dia tahu
tentang Abu Hamza - surga yang
menantinya jika ia melakukan misi bunuh
diri.
"Menuju surga, itu adalah jalan," kata
Oussama, dengan senyum dingin di
wajahnya, sebagaimana dapat terlihat
dalam rekaman. "Ayo, saudara, mari kita
pergi ke surga, perempuan menunggu kita di
sana, dengan malaikat sebagai pembantu.
Anda akan memiliki istana, kuda bersayap
emas dan batu rubi."
Dalam satu pertemuan di depan sebuah
masjid di Stains, pinggiran Paris, anggota
kelompok itu juga tampak menunjuk
sebuah pesawat yang mendekati bandara
Bourget. "Dengan satu roket peluncur,
Anda dapat dengan mudah mendapatkan
salah satu dari mereka. Anda melakukan
sesuatu seperti itu dalam nama ISIS, dan
Prancis akan trauma selama satu abad."
Ramzi mengatakan bahwa selain Oussama
beberapa anggota kelompok telah mencoba
bergabung bersama ISIS di Suriah.
Oussama sendiri ditangkap oleh polisi Turki
dan diserahkan kembali ke Prancis. Selama
lima bulan ia mendekam di penjara.
Sementara ia harus menjalani wajib lapor di
kantor polisi setempat sekali sehari, ia
tetap berhubungan dengan kelompoknya
melalui aplikasi pesan terenkripsi Telegram,
mengatur pertemuan di mana mereka
berencana meluncurkan serangan.
"Kita harus menyerang sebuah pangkalan
militer," kata Oussama. "Ketika mereka
makan, mereka semua berbaris ... ta-ta-ta-
ta-ta," tambahnya, meniru suara tembakan
senjata otomatis.
https://m.tempo.co/read/news/2016/05...bution-partner
anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
7.2K
Kutip
40
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
79.1KThread•10.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru