Sebelumnya,
Saya bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT dan Muhammad saw adalah Rosul dan utusannya.
Sebelumnya saya membuat thread ini kepada saudara saya yang muslim untuk saling menasehati sesama muslim untuk menghindari kebodohan dan kejumudan yang mana banyak dari kita cenderung mendahulukan mulutnya ketimbang akalnya.
kan sekarang sedang ramai nih berita ini yang diwakili gambar dibawah.
well bagaimana dengan ini ???
dan mereka semua itu pengikut kristen yang taat loh.
INI SEBENARNYA Menyedihkan sekali ............. Seharusnya setiap muslim sudah paham ini, karena kalau mereka belajar sejarah mereka pasti tahu tentang byzantium dan ibukotanya konstantinopel yang merupakan pusat Eastern Orthodox Church yang ditaklukan turki utsmani tahun 1453.
عن أبي قبيل قال : كنا عند عبدالله بن عمرو بن العاص وسئل : أي المدينتين تفتح أولا القسطنطينية أو رومية ؟ فدعا عبدالله بصندوق له حلق قال : فأخرج منه كتابا قال : فقال عبدالله : بينما نحن حول رسول الله صلى الله عليه و سلم نكتب إذ سئل رسول الله صلى الله عليه و سلم : أي المدينتين تفتح أولا : أقسطنطينية أو رومية ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : مدينة هرقل تفتح أولا . يعني : قسطنطينية
kembali ke kristen ortodox ya.
Sebenarnya kristen ortodox itu besar, tetapi di indonesia kalah pamor sama kristen katolik dan protestan yang gencar mencari pengikut disini dan banyak membangun gereja, terima kasih kepada belanda.
Ortodoksi tidak memiliki Kepausan ataupun keuskupan dengan ortoritas serupa. Sebutan "Timur" biasa digunakan, walaupun tidak resmi, diambil dari kaitannya secara geografis dengan gereja-gereja "Barat", yang sekarang dikenal sebagai Gereja Katolik Roma, dan karena Konstantinopel merupakan ibukota Kekaisaran Romawi Timur.
Secara sederhana kristen awal itu satu namun semua berubah seiring perubahan dan kepentingan politik di negara romawi tempat dimana ajaran jesus mulai berkembang.
Quote:
Pemisah-misahan dalam Kekaisaran Romawi pada gilirannya turut berperan pada pemisah-misahan dalam Gereja. Theodosius Agung, yang mangkat tahun 395, adalah kaisar terakhir yang memerintah atas Kekaisaran Romawi bersatu; setelah mangkatnya, daerah kekuasaannya dibagi menjadi wilayah Barat dan wilayah Timur, masing-masing diperintah kaisarnya sendiri. Menjelang akhir abad ke-5, Kekaisaran Romawi Barat jatuh dalam taklukan suku-suku Jerman, sementara itu Kekaisaran Romawi Timur (dikenal pula sebagai Kekaisaran Byzantium) tetap bertahan. Dengan demikian, kesatuan politik Kekaisaran Romawilah yang pertama-tama runtuh.
Banyak faktor lain yang menyebabkan Timur dan Barat makin saling menjauh. Bahasa dominan di Barat adalah Bahasa Latin, sedangkan di Timur adalah Bahasa Yunani. Segera sesudah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat, jumlah individu yang menguasai baik bahasa Latin maupun Yunani mulai berkurang, dan komunikasi antara Timur dan Barat menjadi makin sulit. Dengan lenyapnya kesatuan linguistik, kesatuan budaya pun ikut goyah. Dua bagian Gereja secara alami terbelah mengikuti alur-alur serupa; masing-masing mengembangkan ritus yang berbeda dan memiliki pendekatan yang berbeda terhadap doktrin-doktrin keagamaan. Meskipun skisma besar terjadi berabad-abad kemudian, garis-garis pemisahnya sudah tertoreh.
"Bahkan sesudah tahun 1054, hubungan baik antara Timur dan Barat terus berlanjut. Kedua belah kubu dunia Kristiani itu belumlah menyadari jurang lebar perpisahan yang terbentang di antara mereka. . . . Permasalahan yang terjadi masihlah sesuatu yang sangat tidak disadari oleh umat Kristiani awam di Timur dan Barat" (Ware, 67).
Tak ada satu peristiwa tunggal yang menandai perpecahan itu. Justru kedua Gereja terjerumus dan keluar dari skisma selama satu periode waktu dalam beberapa abad, ditandai dengan rekonsiliasi sementara. Akan tetapi dalam Perang Salib IV para serdadu Latin, dalam perjalanan mereka ke Timur, menjarah Konstantinopel dan mencemari Hagia Sophia. Periode kelam penguasaan atas Kekaisaran Byzantium yang habis dijarah itu masih dikenang umat Kristiani Timur sebagai Fragkokratia. Setelah itu, perpecahan menjadi permanen. Upaya-upaya rekonsiliasi yang kelak dilakukan, seperti Konsili Lyon II, hanya sedikit saja atau tidak menemui hasil.
Perampokan besar-besaran Konstantinopel oleh tentara Perang Salib Keempat pada tahun 1204 sering dipandang sebagai puncak konflik antara Gereja Barat dan Gereja Timur. Perampokan Church of Holy Wisdom dan pendirian Kekaisaran Latin sebagai upaya nyata menggantikan Kekaisaran Romawi Timur pada 1204 masih menyisakan dendam hingga sekian lama. Namun pada tahun 2004, Paus Yohanes Paulus II menyampaikan permintaan maaf secara formal atas kejadian tahun 1204 tersebut, yang mana perbuatan tersebut juga dikecam dengan keras oleh Paus Innosensius III (paus pada saat itu); permintaan maaf tersebut secara resmi diterima oleh Patriark Ekumenis Bartolomeus I. Permintaan maaf dari Gereja Barat juga disertai dengan pengembalian relikwi Santo Yohanes Krisostomus dan Santo Gregorius dari Nazianzus, yang dipercayai telah dicuri dari Konstantinopel saat peristiwa tahun 1204
https://id.wikipedia.org/wiki/Skisma...%E2%80%93Barat
https://en.wikipedia.org/wiki/Easter...rthodox_Church
kembali ke indonesia
Gereja Ortodoks Indonesia
Quote:
Gereja Ortodoks Indonesia (disingkat GOI; atau Indonesia Orthodox Church) adalah salah satu kelompok gereja Kristen di Indonesia yang beraliran Ortodoks.
Gereja ini menaungi lebih dari 2.000 orangpercaya dan terdiri dari 13 paroki (parish) yang tersebar di pulau-pulau Jawa, Bali, Sumatra, Sulawesi, Timor dan Papua (New Guinea). Gereja ini sekarang dipimpin oleh Mitra-Arkimandrit Romo Daniel, yang secara kanonikal berada di bawah Keuskupan Agung Sydney, Australia dan New Zealand dari Gereja Ortodoks Rusia di luar Rusia (Russian Orthodox Church Outside Russia atau ROCOR).
Di Jakarta ada Cathedral of the Holy Apostle Thomas (rektor: Pater Boris) dan gereja pusat Holy Apostolic Prince Vladimir di kediaman representatif Moscow Patriarchate di Indonesia (rektor: Pater Ioasaf).[1]
Sebagai kepala GOI, Pater Daniel terus mengusahakan persatuan dan hubungan erat dengan Gereja Ortodoks Rusia'. Malah sebelum penyatuan dengan ROCOR, jemaat-jemaat GOI yang tinggal atau menetap di Indonesia diberi kesempatan beribadah di Gereja Ortodoks Rusia resmi. Setelah penyatuan kedua gereja pada bulan Mei 2008, primate Gereja Ortodoks Rusia telah diberitakan dalam liturgi-liturgi di sini. Representatif GOI, David dan Christina Hadiningraty, turut hadir dalam penyatuan kedua gereja pada bulan Mei 2008 serta pada penahbisan khusus (enthronement) His Holiness Patriarch Kirill dari Moskow dan Seluruh Rusia pda bulan in Januari 2009.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja...doks_Indonesia
bahkan kristen ortodox itu minoritas di kalangan kristen sendiri dan para pendakwahnya berasal dari wilayah eropa timur seperti russia.
lihat para wanitanya,
Pada bulan April 2010 di Gereja Ortodoks Rusia St Foma di ibukota Indonesia diadakan requiem bagi para korban serangan teroris di Moskow dan Kizlyar.
http://jktmike.livejournal.com/28200.html
beberapa link luar:
http://www.gotquestions.org/Indonesi...s-Eastern.html
kalau kita mengambil sederhananya :
- Di indonesia banyak kristen dari gereja barat seperti katolik roma karena kita jajahan belanda. karenanya kita lebih kenal kristen ala gereja barat seperti katolik roma atau protestan.
- jauh sebelumnya karena romawi barat yang berpusat di kota Roma banyak terpengaruh suku-suku jerman, maka ritual2 gereja barat sedikit banyak terpengaruh oleh budaya eropa kuno, mirip islam kejawen.
- perbedaan bahasa antara gereja barat dan timur juga ikut mempengaruhi isi ajarannya keduanya.
- Saat konstantinopel jatuh ke tangan turki utsmani tahun 1453, maka pengaruh gereja ortodiks timur tidak sekuat di gereja barat dalam penyebaran ajarannya.
IMHO
Saran saya :
Quote:
Kenapa wanita kristen ortodox di indonesia tidak meniru gaya veil / kerudung ala kristen ortodox eropa timur dan tidak memakai veil / kerudung ala muslim indonesia.
Bagus juga modelnya kok dan pastinya anti mainstream. IMHO IMHO IMHO
ada tambahan dari kaskuser penganut kristen ortodox
Quote:
Original Posted By HsMQreez►
Gan ane adalah umat Orthodox Indonesia dari yurisdiksi Konstantinopel..
Sekilas penjelasan Kerudung dalam Gereja Orthodox biar paham dan gak salah ngerti..
Penggunaan Kerudung Bagi Wanita Saat Ibadah dalam Gereja Orthodox
Oleh : Arkhimandrit Rm. Daniel Byantoro
Wanita memakai jilbab bukanlah merupakan hal yang asing bagi kita di Indonesia. Sering penggunaan kerudung atau jilbab ini diasosiasikan dengan salah satu agama tertentu di Indonesia ini. Namun banyak orang yang tidak tahu bahwa penggunaan kerudung itu juga adalah praktek Iman Kristen Purba, yang tetap dipraktekkan dalam Gereja Orthodox.
Dan pemakaian kerudung terutama dalam ibadah adalah merupakan bagian dari Kitab Suci Kristen itu sendiri. Kerudung adalah penutup kepala yang digunakan oleh para wanita Orthodox pada saat mereka beribadah, dan bahkan sering pula dikenakan diluar ibadah.
Mengenai cara wanita saleh berpakaian dijelaskan oleh Kitab Suci demikian: ”Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah. Seharusnyalah perempuan itu berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkanya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri” (I Tim. 2:9-12).
Demikian juga dikatakan lagi: ”Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu….Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi….Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menyebut dia tuannya..." (I Petrus 3:1-6).
Dari kedua kutipan itu kita lihat ajaran Kitab Suci mengenai bagaimana cara perempuan saleh Atau perempuan kudus berdandan. Mereka tidak boleh terlalu berdandan dengan mewah: emas, mutiara, pakaian-pakaian mahal, dan rambut yang dikepang-kepang. Dandanan mereka haruslah dandanan batin yang menampakkan diri dalam perbuatan baik. Dan dandanan mereka harus dikaitkan dengan keberadaan mereka sebagai orang yang terikat dengan suami, dan tunduk dan taat kepada suami itu.
Berarti suami memiliki otoritas dan wewenang atas perempuan. Itulah sebabnya perempuan tidak diizinkan mengajar, yaitu tak dapat ditahbis sebagai sebagai imam, dan tidak diizinkan memerintah suami ( I Korintus 14: 34:35:” Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat.”), karena suami adalah “Kepala” dan imam bagi perempuan ( I Korintus 11: 3, Efesus 5: 22), dan karena tugas berkhotbah dan mengajar itu adalah kewajiban para Penatua / Presbyter, yaitu Gembala Gereja (I Petrus 5:1-2), sebagai pengganti-lanjut para Rasul yang semuanya laki-laki itu, karena para Penatua/Presbyter itu ditahbiskan para Rasul untuk melanjutkan karya mereka (Kisah Rasul 14:2).
Contoh kepatuhan isteri kepada suami itu adalah Sara kepada Abraham, sehingga dikatakan dalam ayat yang telah kita kutip diatas:” Sara taat kepada Abraham dan menyebut dia tuannya”. Dalam konteks ketaatan dan ketundukan wanita kepada suami itu maka mengenai cara Sara berdandan itu dikatakan oleh ayat diatas itu:“demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan”.
Jika Sara adalah contoh dandanan wanita yang tunduk kepada suami, bagaimanakah cara Sara itu berdandan? Kita tidak memiliki data bagaimana cara Sara berdandan, namun karena yang menjadi contoh dandan itu bukan hanya Sara saja tetapi juga “perempuan-perempuan kudus dahulu”, maka kita dapat melihat contoh lain tentang dandanan perempuan-perempuan kudus dahulu yang masih berada dalam kurun se-zaman dengan Sara, yaitu menantunya: Ribka. Ketika hamba Abraham berhasil membawa Ribka untuk dilamar bagi Ishak tuannya, dibawanyalah perempuan itu untuk menemui Ishak, dan Ishak melihat rombongan utusannya kembali dengan unta-unta, dan pada saat itu ”Ribka juga melayangkan pandangannya dan ketika dilihatnya Ishak, turunlah ia dari untanya. Katanya kepada hamba itu:’ Siapakah laki-laki itu yang berjalan di padang ke arah kita?’ Jawab hamba itu:’ Dialah tuanku itu’. Lalu Ribka mengambil TELEKUNGNYA (kerudungnya) dan BERTELEKUNGLAH (berkerudunglah) dia” (Kejadian 24:64-65).
Ribka tahu Ishak calon suaminya yang kepadanya ia akan tunduk, maka ia mengenakan “TELEKUNG” atau “KERUDUNG”. Dengan demikian cara perempuan kudus dahulu berdandan dalam konteks ketaatan dan kepatuhan dengan suami adalah dengan mengenakan “KERUDUNG” atau “TELEKUNG”. Pamahaman seperti ini dilanjutkan dalam Perjanjian Baru.
Dalam I Timotius 2:10 diatas dandanan wanita Kristen yang meneladani perempuan-perempuan kudus dahulu itu disebut sebagai dandanan “yang layak bagi perempuan yang beribadah” Dengan demikian cara berpakaian bagi perempuan juga ditentukan penggunaannya dalam kaitannya sebagai manusia beribadah. Itulah sebabnya beribadahpun sebaliknya memiliki caranya sendiri bagi perempuan dalam berdandan. Maka ke Gereja atau beribadah dengan menggunakan pakain yang seronok, memakai pakian yang ketat, baju berpotongan sedemikian rupa sehingga bagian dada dan bagian punggung terbuka lebar dan kelihatan orang, memakai rok atau pakaian yang ketat sehingga seluruh lekuk-plekuk badan kelihatan, atau pakaian-pakaian lain yang merangsang, itu sama sekalai tidak patut dan tidak selayaknya dan tidak sesuai dengan tekladan wanita-wanita kudus itu berpakaian, padahal wanita Kristen harus meneladani mereka dalam berpakaian. Jadi bagaimana seharusnya wanita Kristen Orthodox berdandan, terutama pada saat berniat untuk ibadah?
I Korintus 11: 2-15 mengajarkan yang berikut ini tentang pakaian perempuan dalam ibadah. Sama dengan contoh berdandan bagi wanita kudus Perjanjian Lama itu dikaitkan dengan ketaatan dan kepatuhan kepada suami, demikian juga konteks dari pasal ini juga mengkaitkan mengenai penggunaan kerudung itu dengan “ke-kepala-an suami” bagi wanita dalam hubungan rumah tangga. Menurut pasal ini “laki-laki adalah kepala perempuan”. (I Kor. 11:3), sementara Kristus adalah Kepala laki-laki dan Allah adalah Kepala Kristus. Ini disebabkan laki-laki pada awal penciptaannya tidak berasal dari perempuan namun sebaliknya perempuan itu yang berasal dari laki-laki, yaitu dimabil dari tulang iganya (I Kor. 11: 8), juga karena laki-laki tidak diciptakan karena perempuan namun perempuan yang diciptakan karena laki-laki, yaitu untuk menjadi penolong yang sepadan baginya (I Kor. 11:9). Meskipun dalam perkembangan hidup selanjutnya tidak ada laki-laki tanpa perempuan, dan tidak ada perempuan tanpa laki-laki, satu saling membutuhkan yang lain dalam kehidupan ini (I Kor. 11:11). Karena jika awalnya perempuan itu berasal dari laki-laki namun kemudian semua laki-laki itu dilahirkan oleh perempuan (I Kor. 11:12). Namun dalam awal penciptaannya laki-laki itu yang secara langsung dijadikan Allah tanpa perantaraan manusia , sehingga laki-laki itu “menyinarkan gambaran dan kemuliaan Asllah” (I Kor. 11:7), sementara perempuan, karena ia diciptakan melalui bahan dari tulang iga laki-laki, jadi bukan langsung tanpa perantaraan manusia, maka perempuan itu “ menyinarkan kemuliaan laki-laki”. Demikianlah laki-laki itu memang kepala bagi perempuan, dan perempuan itu hartus taat dan patuh kepada suami dalam hubungan rumah tangga. Demikianlah terdapat suatu hierarkhi fungsi tugas di dalam kehidupan ini. Karena laki-laki itu kepala dari wanita, dan ia secara langsung menyinarkan gambar dan kemuliaan Allah, maka “laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya” (I Kor. 11:7), bahkan itu akan menghina kepalanya jika ia memakai kerudung, terutama kalau ia berdoa dan bernubuat, yaitu beribadah. Karena ibadah itu langsung menghadap Allah, berarti laki-laki tidak memegang kodratnya sebagai yang menyinarkan kemuliaan Allah sebagai kepala jika ia memakai kerudung (I Kor. 11:4), dan dengan demikian menghina kedudukannya serta tidak menghormati Allah yang menjadikannya demikian, justru pada saat menghadapNya ini.
Sebaliknya perempuan, karena memang ia dibawah kewibawaan laki-laki, maka “perempuan itu harus memakai tanda wibawa di kepalanya" (I Kor. 11:10), terutama pada saat ibadah. Itulah sebabnya “ tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia “sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya” yaitu tidak punya mahkota, dengan demikian tidak punya kemuliaan (I Kor. 11: 6). Itulah sebabnya dari pada setengah hati, tidak mau pakai kerudung, padahal itu secara hukum sudah sama seperti perempuan gundul, maka sekalian saja ia harus menggunting rambutnya, yaitu gundul (I Kor. 11:6). Tetapi jika ia tak mau gundul karena merupakan penghinaan baginya “maka haruslah ia menudungi kepalanya” (I Kor. 11:6). Terutama dalam konteks ibadah. Perempuan itu menghadap Allah, dan Allah itu selalu dikelilingi para malaikat, dan para malaikat itu taatnya mutlak dan patuhnya mutlak kepada Allah sebagai Tuan dan Penguasanya, maka perempuan yang menghadap Allah harus meneladan ketaatan dan kepatuhan para malaikat ini, dengan menunjukkan simbol keberadaannya dibawah wibawa laki-laki, itulah sebabnya dikatakan: ”Sebab itu perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat” (I Kor. 11:10).
Demikianlah karena Iman Orthodox mengerti adanya hierarkhi dalam kehidupan, baik di Sorga ada hierarkhi antara Allah yang ditaati para malaikat yang masing-masingnya punya jenjang, dalam masyarakat juga ada jenjang antara penguasa dan rakyat, dalam Gereja antara kaum rohaniwan (episkop, presbiter, diakon) dan umat, dan dalam rumah tangga antara suami dan istri dengan suami sebagai kepala, maka taat kepada jenjang hierarkhi dalam kehidupan dan dalam rumah tangga inilah, maka sesuai dengan ajaran Kitab Suci diatas para wanita Orthodox mengenakan kerudung pada saat beribadah, atau boleh juga diluar ibadah seperti contohnya Ribka diatas.