Ilustrasi ponsel pintar
Hasil riset terbaru IDC (International Data Corporation) menunjukkan pasar ponsel pintar di dunia mengalami keadaan nyaris stagnan. Pertumbuhan penjualan ponsel pada kuartal pertama 2016 hanya meningkat 0,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

IDC mencatat pada periode Januari-Maret 2016 para pembuat ponsel pintar mengapalkan 334,9 juta unit ponsel. Hanya 0,6 juta unit lebih banyak dibandingkan periode yang sama tahun 2015. Angka ini merupakan pertumbuhan tahun-ke-tahun yang paling kecil yang pernah dicatat.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dianggap menjadi faktor utama penurunan pengiriman ponsel pintar. Tiongkok merupakan pasar ponsel terbesar, jadi tidak mengherankan jika pasar ini sedang dalam kondisi kurang baik, maka akan berpengaruh juga pada pasar di negara lain.

Dilansir dari CNBC, Kamis (28/4/2016), Linda Sui, Direktur Strategy Analytics mengatakan ini merupakan kali pertama terjadi kelambatan perkembangan pasar ponsel pintar sejak mulai berkembang pada 1996. Samsung dan iPhone merupakan dua manufaktur yang mengalami penurunan paling signifikan.

Meskipun begitu, Samsung masih menduduki posisi atas berkat bantuan dari Galaxy S7 dengan pengiriman sebesar 81,9 juta unit, turun dari sebelumnya 82,4 juta unit. Penurunan ini mengakibatkan pangsa pasar Samsung menyusut menjadi 24,5 persen dari sebelumnya 24,6 persen.

Sedangkan, pengiriman iPhone turun 16 persen menjadi 51,2 juta unit dari 61,2 juta unit pada periode sama tahun lalu. Anjloknya produk Apple ini diduga karena konsumen jenuh dan menunggu mereka untuk memproduksi gawai yang lebih inovatif. Pangsa pasar Apple turun menjadi 15,3 persen dari 18,3 persen pada tahun sebelumnya.

Tabel lima manufaktur ponsel pintar teratas periode Q1 2016Pasar Tiongkok beralih ke ponsel kelas atas
Yang menggembirakan dari hasil riset IDC tersebut adalah dua jenama Tiongkok berhasil merangkak naik. Oppo dan Vivo berhasil masuk ke posisi keempat dan kelima di peringkat vendor ponsel pintar teratas, menggantikan jenama sesama Tiongkok sebelumnya yakni Lenovo dan Xiaomi. Tergesernya Lenovo dan Xiaomi cukup mengejutkan,karena sejauh ini keduanya memiliki catatan yang baik dalam penjualan.

Oppo berhasil mengapalkan 18,5 juta unit pada kuartal pertama tahun ini, yang berarti mengalami kenaikan 153,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan Vivo menjual sebanyak 14,3 juta unit. Jumlah tersebut merupakan peningkatan signifikan dibandingkan tahun lalu dengan 6,4 juta unit, atau kenaikkan sebesar 123,8 persen.

Oppo dan Vivo memiliki strategi pemasaran yang lebih konvensional melalui toko luring, tidak seperti Xiaomi yang fokus pada penjualan daring. Selain itu India kini menjadi pasar terbesar kedua Oppo meskipun fokus utama perusahaan masih di Tiongkok.

Pasar Tiongkok tumbuh 2,5 persen pada 2015, namun angka itu menjadi kecil jika dibandingkan pertumbuhan 62,5 persen pada 2013.

Awalnya semua orang berpikir konsumen di Tiongkok lebih mementingkan harga murah, terbukti dari kesuksesan Xiaomi. Namun, jika melihat data IDC tahun 2015, telah terjadi pergeseran. Konsumen di Tiongkok kini lebih menyukai ponsel kelas atas. Harga rata-rata ponsel pintar yang terjual di Tiongkok naik dari USD207 (Rp2,7 jutaan) pada 2013 menjadi USD257 (Rp3,3 juta) tahun lalu.

Oleh karena itu, manajer senior riset IDC, Melissa Chau, memperkirakan bahwa Huawei, Oppo, dan Vivo --yang rata-rata menjual ponsel pintar seharga USD250 (Rp3,2 juta) ke atas-- kini memiliki posisi yang kuat untuk mendominasi pada 2016.

Tapi bukan berarti kondisi tersebut tidak bisa berubah, karena menurut Chau pasar ponsel bergerak sangat dinamis.

"Kedinamisan pasar telah menujukkan bahwa loyalitas konsumen sulit untuk dipertahankan, bahkan oleh jenama yang dikultuskan seperti Xiaomi," kata Chau.


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ai-titik-jenuh

---