Selamat Siang Agan/Sista,

Mohon maaf buat para sepuh, mod, atau agan2 posting hal ini di Lounge , karena beberapa alasan teknis yang nggak memenuhi persyaratan posting di subforum traveler, jadi postingnya disini aja. Ini trit pertama Butartrip mengenai "diary" butartrip untuk mengkampanyekan danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata yang menarik. Sebagai bagian dari mendukung Danau Toba kembali menjadi destinasi wisata nasional maupun Internasional, Butartrip berkomitmen untuk mempromosikan Danau Toba melalui paket wisata yang ditawarkan maupun sekedar menjadi guide.

Untuk episode kali ini, Butartrip menemani 4 orang asing yang berkunjung ke kawasan Tuktuk, Samosir, untuk menikmati alam Danau Toba dan Samosir. Keempatnya berasal dari empat negara berbeda. Ada Dedi (Dari Filipina), Pelon (USA), Nikita (Rusia), dan Jessica (Medan/ Indonesia).

Pelon, Nikita, dan Jessica adalah “kawan baru” yang dipertemukan di salah satu situs travel yang terkenal. Sementara Dedi adalah teman semasa masih menjadi ekspatriat di Filipina. Pada hari pertama, Dedi adalah orang pertama dari kelompok ini yang saya pandu untuk menikmati keindahan Danau Toba dan kebudayaan Batak. Pertemuan dengan Dedi berada di Tomok pada sore hari. Sorenya langsung menjajal Danau Toba dengan berenang di Danau Toba. Malam hari, Butartrip mengajak Dedi untuk menikmati jungle juice, atau Bahasa kerennya, Tuak, minuman khas Batak yang berasal dari fermentasi air nira.

Hari kedua, Butartrip memandu Dedi untuk menjelajahi pusat kebudayaan dari orang Batak Toba, kota Balige, yang berada di Kabupaten Tobasa. Perjalanan ditempuh dengan melintasi danau Toba menggunakan Kapal Motor Penyebrangan (KMP). Horas! Selamat Datang di Balige! Butartrip dan Dedi tiba di pelabuhan Balige dan melanjutkan perjalanan menuju sebuah desa bernama Pagar Batu. Di desa inilah terdapat makam pahlawan nasional Sisingamangaraja XXII dan Museum Batak. Yang pertama kali dikunjungi adalah Makam Sisingamangaraja XXII. Meski terkesan minimalis, hanya ada makam dan sebuah sumur kecil, namun lokasinya yang bersih dan ada pepohonan membuat lokasi ini sejuk dan sangat cocok untuk mengabadikan momen-momen perjalanan.

Perjalanan berikutnya adalah mengunjungi Museum Batak. Museum Batak adalah sebuah museum yang memiliki berbagai jenis peralatan, aksesoris, dan berbagai hasil kebudayaan khas suku batak dari masa ke masa. Dalam museum ini dapat ditemukan berbagai peralatan khas batak sebut saja Tataring (alat memasak), Ulos (selendang adat), tukkot (Tongkat sakti nan sakral), Hudon (periuk), hingga aksesoris yang menghiasi bagian tubuh seperti gelang dan berbagai patung ukiran berukuran mini. Di luar museum ada replika rumah Batak yang khas dan berbagai patung. Dari lokasi ini memungkinkan untuk melihat pemandangan danau Toba yang begitu indah. Perjalanan di Balige ditutup dengan mengunjungi Lumban Silintong, sebuah desa di pesisir Danau Toba yang memiliki banyak café. Menikmati Danau Toba, angin sepoi-sepoi sembari menyantap hidangan khas Batak memang menciptakan pengalaman yang tak terlupakan.


Hari Ketiga, sesuai dengan pembicaraan sebelumnya, Butartrip akan memandu tiga orang lainnya, selain Dedi. Mereka adalah Pelon (USA), Nikita (Rusia), dan Jessica (Medan). Perjalanan dimulai dengan berangkat menuju Pangururan dengan menggunakan sepeda Motor. Perjalanan ditempuh kurang lebih 1-2 jam dari Tuktuk, lokasi basecamp Butartrip. Awalnya, Pelon & Nikita penasaran dengan hotspring yang dimiliki oleh Pangururan. Namun melihat situasi dan kondisi yang kurang tepat, niat itu diurungkan. Butartrip dan keempat traveler dari empat negara ini memilih untuk makan siang, menikmati makanan khas Batak. Tepat, pilihan ikan mujahir panggang dengan sambel Natinombur (sambel khas Batak) adalah makanan yang cocok untuk mengisi kekosongan perut sekaligus memberikan pengalaman baru bagi mereka.

Perjalanan berikutnya adalah menikmati Mual Sipitu Dai (artinya : Mata Air Tujuh rasa). Mata air ini sangat sakral dan keramat karena dulu memiliki tujuh rasa. Dikabarkan bahwa mata air ini menjadi keramat karena sempat digunakan oleh Sisingamangaraja XXII semasa zaman peperangan.Perjalanan dilanjutkan ke Parbaba Beach, sebuah lokasi pantai pasir putih yang ada di Samosir. Disini, Butartrip dan keempatnya mengabadikan momen bersama sembari menikmati suasana pantai. Ini adalah akhir dari perjalanan Butartrip pada hari ini, karena Pelon akan berangkat menuju Medan. Nikita dan Jessica besok akan melanjutkan perjalanan ke Lumban Toga, Uluan, Tobasa bersama Butartrip.




Untuk cerita, gambar, dan video lainnya bisa didapat di

Halaman Facebook Butartrip
Situs Resmi Butartrip

Tunggu cerita berikutnya, dalam ekspedisi menjelajahi Toba dan Tanah Batak bersama Butartrip. Buat agan-agan, kami tunggu ya kedatangannya ke kawasan Danau Toba

Tidak Menolak